Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 14. Rasa Nyaman Dan Kedatangan

Share

Bab 14. Rasa Nyaman Dan Kedatangan

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 20:07:40

"Ahhh..! Apakah kehadiranku nanti tak mengaganggu keleluasaanmu bergerak di sana Lidya?" sentak Bimo agak terkejut seraya bertanya.

"Tentu saja tidak Mas Bimo. Kehadiranmu justru membuatku merasa aman dan nyaman. Karena Mas adalah konsultan dan juga pengawal pribadiku. Hehe..!" sanggah halus Lidya, seraya terkekeh senang.

"Ohh, baiklah kalau begitu Lidya," sahut Bimo akhirnya, dengan wajah agak jengah. Karena ucapan Lidya saat menyebut dirinya sebagai pengawal pribadi wanita itu, sungguh terdengar intim bagi Bimo.

Ya, entah mengapa Lidya kini merasakan dirinya semakin percaya diri dan nyaman, saat dirinya di dampingi oleh Bimo.

Akhirnya Bimo tiba kembali di kostnya, namun Lidya tak ikut turun menemui Rindy. Karena dia hendak langsung kembali ke kantornya, untuk memimpin sebuah meeting para stafnya.

"Sampaikan saja salamku pada Kak Rindy ya Mas Bimo. Kita akan tetap berkomunikasi via ponsel nanti ya," ucap Lidya, setelah Bimo turun dari mobilnya.

"Baik Lidya, akan kusampaikan nan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 15. Kepo Tapi Cemburu

    'Ahh..! Mobil Devi. Ada apa gerangan?' batin Bimo agak terkejut. Klekh! "Malam Bimo. Kebetulan sekali aku bisa langsung bertemu denganmu," sapa Devi yang baru turun dari mobilnya. "Malam Bu Devi. Mari kita masuk saja dan bicara di teras Bu," ujar Bimo tersenyum ramah. "Hmm. Baiklah Bimo. Tapi sebaiknya kau memanggil namaku saja Bimo. Kita tidak sedang di kantor saat ini," ujar Devi, seraya ulaskan senyumny pada Bimo. "Baiklah Devi," sahut Bimo mengerti.Bimo dan Devi pun melangkah masuk halaman menuju ke teras kediaman Rindy. Teras itu memang dibebaskan oleh Rindy, untuk digunakan menerima tamu atau teman para penghuni kost itu. "Wah, siapa Mo..?" sapa Riko, rekan kost Bimo yang bekerja sebagai teknisi listrik pabrik. Sepasang matanya nampak menatap kagum pada kecantikkan Devi. Riko juga hendak keluar mencari makan malam, saat dia berpapasan dengan Bimo dan Devi. "Dia Devi, atasanku di kantor Rik," sahut Bimo santai. "Saya Riko, Mbak Devi. Teman kost Bimo," ucap Riko, seraya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 16. Fantasi Tante Dan Pagaran

    "Hahh..! B-baru seminggu Bimo..?!" seru gugup tak percaya Devi. 'Bagaimana mungkin dalam waktu seminggu Bimo bisa nampak begitu akrabnya dengan Lidya. Seperti dua sahabat yang telah saling kenal sejak lama!' bathin Devi tak percaya. "Benar Devi. Dan kebetulan Lidya adalah adik sepupu dari Tante Rindy tadi," sahut Bimo tersenyum. Dia bisa membaca ketak percayaan di wajah Devi.Namun Bimo tak hendak menceritakan perihal bantuannya pada Lidya, soal kejadian aneh yang menimpa gadis itu. Baginya itu adalah hal rahasia yang harus dijaganya. Akhirnya tak lama kemudian Devi pun pamit pulang pada Bimo. Dan saat mereka tiba di dekat mobil berkelas Devi,.. "Sebentar Bimo. Ada sesuatu yang harus kukembalikan padamu," ujar Devi, seraya masuk ke dalam mobilnya. "Bimo, ini tas ranselmu yang tertinggal di kantor tadi. Terimalah," ujar Devi tersenyum, seraya mengangsurkan tas Bimo yang tertinggal di ruang OB tadi. "Wahh! Aku hampir lupa dengan tasku itu Devi. Terimakasih ya," Bimo terkejut dan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 17. Kutukan Ilmu Leluhur

    "Ahhk..!" Lidya pun menggeragap kaget. Karena mendengar suara Bimo yang serasa dekat sekali dengannya. Lidya pun spontan celingukkan menatap ke sekeliling kamarnya, namun dia sama sekali tak melihat sosok Bimo dalam kamarnya itu. 'Ahh, luar biasa kau Mas Bimo..!' bathin Lidya takjub. Kini bahkan dirinya bertambah yakin dan merasa aman, karena Bimo ternyata juga mampu memantaunya dari kejauhan. Dan sosok Bimo pun perlahan semakin jelas, memasuki lingkaran kehidupan Lidya. Malam itu Lidya tidur sangat pulas, dengan secercah senyuman di wajahnya. *** Hal yang sama juga dilakukan oleh Bimo. Bimo langsung tertidur nyenyak, usai dia melakukan pagaran pada diri Lidya dan kediamannya. Ya, daya batinnya memang cukup terkuras, setelah dia melakukan hal itu. Hingga saat dini hari, saat Bimo masih terlelap dan jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 2 dini hari lewat. Splash..! Sukma Bimo pun lepas dari raganya dan masuk ke pusaran dimensi masa lampau. "Hahh..! Di mana aku..?" sentak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 18. KERAS HATI DAN BAYARAN

    "Bagaimana keadaanmu Luki..?" tanya Paul, yang pagi itu menyempatkan diri menengok Luki di klinik 24 jam dekat kantornya. "Uhhss..! Entahlah Paul. Seharusnya rasa sakitnya sudah berkurang, karena aku sudah diberi obat pereda nyeri oleh Dokter. Namun .. Ahhsk..! Sakitnya terasa masih sama saja seperti kemarin. Uhhsk..!" erang Luki menahan rasa sakitnya, sambil berkata-kata. "Aku ikut prihatin Luki. Tapi maukah kau mendengar saranku demi kesembuhanmu..?" ucap Paul setengah berbisik. Sungguh dia tak tega melihat wajah Luki hingga dadanya, yang dipenuhi dengan tempelan perban berwarna merah. "Ahks..! Saran apakah itu Paul. Seribu persen pasti akan kulakukan, jika saranmu bisa menyembuhkanku dari rasa sakit sialan ini..! Uhhkss..!" "Kau minta maaflah pada Bimo, Luki. Itulah saranku padamu," ucap Paul lirih. Ya, Paul hanya bisa sebatas itu menyarankan pada Luki. Karena dia terikat janji pada Bimo, untuk tak menceritakan kesembuhan dirinya berkat kemampuan ajaib Bimo. "A-apa..?! Cuihh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 19. Serangan Dan Aura Sesepuh

    Malam harinya di kediaman Lidya.Malam itu di kediaman Lidya. Tak ada yang aneh dengan suasana jelang tengah malam di sekitar kediaman itu. Namun Lidya telah berada di kamarnya sejak jam 9 malam dan berdiam di dalamnya. Ya, malam itu adalah malam yang paling mencekam bagi Lidya. Karena Bimo telah mewanti dirinya untuk tetap berada dalam rumah malam itu. Ya, Lidya memang sudah terbiasa hidup mandiri sejak dia berusia 18 tahun. Dan pada usianya yang ke-23 tahun lalu, Lidya sudah memutuskan untuk tinggal di rumah yang dibelinya sendiri, terpisah dari kedua orangtuanya. Hendra Winata sang ayah dan Helda ibunda Lidya, keduanya adalah orang sibuk dan sama-sama pebisnis handal. Hal yang terbukti dengan semakin kokoh dan megahnya kerajaan bisnis Winata Group, yang berhasil mereka bangun dan kembangkan. Namun hal itu tak membuat Lidya terlena dan menjadi anak manja. Rupanya gen pebisnis juga kental mengalir dalam diri Lidya. Walau ada hal yang harus dikorbankan keluarga Winata, untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 20. Menyerah Dan Kecelakaan

    "Bedebah..! Aku tak peduli siapa pun yang berada di belakangmu Bimo..! Kau hadapilah Keris Kalageniku ini..!" seru Ki Sukmo, seraya angkat tangannya ke atas. Blaph! Seketika sebilah keris yang diselimuti kobaran api tergenggam di tangan Ki Sukmo yang terangkat itu. Nampak sekujur tubuh Ki Sukmo perlahan juga mulai diselimuti oleh kobaran api yang merambat dari Keris Kalageninya itu. Hawa panas pun menebar di seantero kamar itu. Hal yang membuat Rudy tergopoh berlari keluar dari kamar itu. Karena dia merasa tersengat oleh hawa sangat panas, dan juga rasa ketakutan. Pandangan bathin Bimo melihat semua itu, dan sementara dibiarkannya saja Rudy berlari keluar dari kamar itu. Karena Bimo bermaksud membereskan urusannya dulu dengan Ki Sukmo. 'Raden Bimo. Tengadahkan tangan kananmu di depan dada..'. Sebuah suara bergema di batin Bimo. Dan dengan tenang, Bimo tengadahkan tangan kanan di depan dadanya. Dan... Blashp! Sebilah keris pancarkan cahaya merah keemasan seketika muncul dan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 21. Sahabat Dan Panti

    "Semuanya sudah berlalu Bi Inah. Kini Bi Inah bisa kembali ke kamar. Terimakasih ya Bi," ujar Lidya tersenyum pada pelayan setianya itu. "Baik Non. Syukurlah Non Lidya. Tadi itu seperti ada yang tak wajar Non. Hiyy..!" ujar Bi Inah, seraya bergidik ngeri membayangkan hal yang baru saja di alaminya. "Hihihii..! Tadi itu memang ada serangan halus yang tak wajar Bi Inah. Syukurlah Mas Bimo bisa mengatasinya," ujar Lidya seraya tertawa geli melihat ekspresi bi Inah. Dan Lidya berpikir memang sebaiknya bi Inah diberitahu sebab kejadian itu. "Wahh..! Ternyata Mas Bimo memiliki kemampuan dalam ilmu ghaib ya Non..? Hebat lho Non. Masih muda, gagah, punya kemampuan yang nggak sembarangan..!" seru terkejut bi Inah, saat dia mengetahui kemampuan Bimo. *** Pagi itu, Bimo baru saja tiba di warung nasi uduk, yang berada tak jauh dari kostnya. Ya, walau soal uang bukan lagi masalah bagi Bimo, namun sikap kesederhanaan masih melekat dalam diri pemuda itu. Warung nasi uduk Mpok Yatie tertulis di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 22. Terkejut Dan Kagum

    "A-apa Mas Bimo..?! T-tentu saja bisa, tapi apakah tidak akan menambah beban Mas Bimo nantinya..?" sentak heran dan terkejut Maya. Ya, tentu saja Maya terkejut, karena Bimo sempat bercerita tentang penghasilannya yang pas-pasan di tempat kerjanya. Bahkan Maya pernah beberapa kali menulis hutang makan nasi uduk Bimo di warungnya, walau akhirnya bisa di lunasi oleh Bimo. Jadi sama sekali tak ada dalam bayangan Maya, jika Bimo sampai bisa menyumbangkan dana untuk panti. "Tentu tidak Maya. Kebetulan bayaran di tempat kerja baruku lumayan menjanjikan. Berikan saja nomor rekeningmu padaku Maya," ujar Bimo tersenyum. Dia maklum dengan apa yang dipikirkan Maya. Ya, Bimo memang pernah dua kali mengunjungi panti 'Payung Ibu' itu bersama Maya. Dan Bimo memang melihat sendiri, betapa bangunan panti itu sudah memerlukan renovasi di beberapa bagian.Bahkan Bimo sempat melihat ada beberapa titik atap panti itu yang bocor di ruang depannya. Kondisi yang cukup memprihatinkan memang, di tengah kete

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 147.

    "Hahh..! K-kamu punya perusaahaan..?!" sentak terkejut Hesti, seolah tak percaya. Ya, walau memiliki sebuah perusahaan ternama, penampilan Lidya memang terkesan biasa saja. Lidya memang tak suka menunjukkan perhiasan atau pun gemerlap pakaian, yang biasa dikenakan oleh orang-orang kelas elite. Padahal jika Hesti dan Darma berkesempatan melihat semua perhiasan yang dimiliki Lidya di lemari koleksinya. Niscaya mata mereka akan katarak dan buta seketika..!Karena saking berkilau, langka, dan banyaknya koleksi perhiasan Lidya..! "T-tapi perusahaannya harus ternama. Minimal kami mengenalnya Lidya..!" seru gagap Hesti, tak mau menyerah begitu saja. "Ayah..! Kenapa Ayah mempermalukan Tari di depan orang-orang..?! Tari bukan barang dagangan, Ayah..!" sentak Tari, yang merasa malu sekali, terhadap prilaku kedua orangtuanya. Di depan Iwan dan kedua pendampingnya itu. "Kamu diam dulu Tari..! Ini untuk kebaikkanmu sendiri, dan juga nama baik keluarga..!" hardik Darma, seraya membelalakkan mat

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 146.

    'Ahh..! Mas Bimo, Mbak Lidya..! Sebegitu besar bantuan kalian padaku..!' bathin Iwan tersentak kaget penuh keharuan. Dia pun menatap Bimo dan Lidya bergantian, dengan sepasang mata beriak basah. Dengan diam-diam Bimo menepuk pelan punggung Iwan, untuk mengisyaratkan agar Iwan tetap tenang dalam pembicaraan itu. Dan Iwan pun memahami isyarat menenangkan dari Bimo itu. "B-baik..! Kami akanmenghitung uang itu nanti," ujar Hesti seraya beranjak dari kursinya, hendak memanggil putrinya. Ya, Tari akhir-akhir ini memang lebih senang mengurung diri di kamarnya. Setelah peristiwa kekasihnya yang dipermalukan oleh kedua orangtuanya itu. Tok, tok, tok..! "Tari..! Keluarlah sebentar, ada tamu yang ingin bertemu denganmu Nak..!" seru sang ibu, setelah mengetuk pintu kamar Tari. Namun Tari yang berada dalam kamar itu merasa sangat enggan, untuk menyahuti seruan ibunya itu. Tari tetap tenggelam dalam lamunan dan kesedihannya. Dia tak ambil peduli dengan panggilan ibunya itu. Ya, perasaan Tari

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 145.

    "Hahh..! Kau lagi..! M-mau a.. Darma berseru keras pada Iwan, namun seketika seruannya terhenti di tengah jalan. Demi dilihatnya wanita cantik dan pemuda gagah penuh wibawa yang tersenyum di belakang Iwan. "Maaf Pak. Saya Bimo, kami datang menemani saudara kami Mas Iwan, untuk membicarakan sesuatu dengan keluarga Bapak," ujar Bimo tersenyum tenang. "Ohh..! Ehh..! I-iya Mas. I-itu mobil kaliankah..?" sahut gugup Darma, seraya menanyakan mobil berkelas yang parkir di depan rumahnya. "Benar Pak, itu milik kami," sahut Lidya tersenyum ramah. Kendati hati Lidya merasa jengkel, dengan cara Darma menerima kedatangan Iwan tadi. 'Hhh..! Bagusnya Iwan segera tinggal di rumah sendiri, setelah menikah dengan putrinya nanti', bathin Lidya.Ya, Lidya bisa membayangkan tekanan mental yang akan dialami Iwan, jika dia tinggal serumah dengan mertua yang berprilaku seperti Darma itu. "Ohh. Mari silahkan masuk..! Bu..! Ada Iwan datang..!" Darma segera mempersilahkan mereka masuk, seraya berseru mem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status