Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 4. Tulah Dan Perkenalan

Share

Bab 4. Tulah Dan Perkenalan

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 20:33:34

Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.

“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.

“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.

“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.

“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.

“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.

“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.

Namun Bimo sendiri tak merasakan apapun, bahkan terasa di senggol pun tidak! Rupanya perisai ghaib dari kekuatan Mustika Delima Merah telah bekerja secara otomatis melindungi Bimo.

Bimo nampak tetap berdiri tenang di tempatnya, tanpa menunjukkan ekspresi kesakitan sedikitpun.

“Huhh..! Cepat gantikan tugasku dulu cemen..!” seru Paul sambil bertolak pinggang.

“Baiklah Paul,” ujar Bimo, seraya melangkah keluar dari ruangan itu.

Namun diam-diam Paul merasa heran. Karena kakinya tadi terasa bagai tersengat sedikit aliran listrik, saat sepakkannya membentur betis Bimo.

“Ayo Paul! Kita harus berangkat sepagi mungkin, supaya kita bisa mendapatkan semua logistik yang dibutuhkan,” ujar Luki.

“Siap..!” sahut Paul antusias. Dilupakannya kejadian aneh pada kakinya tadi. Namun tanpa disadarinya, sesungguhnya sesuatu tengah ‘berproses’ secara perlahan di kaki Paul!

***

Siang itu Bimo baru saja selesai dengan tugasnya merapihkan barang-barang dapur kantor. Saat didengarnya suara ribut-ribut di ruang OB, yang terletak di sebelah ruang dapur kantor itu.

“Arrhhks..!” raungan kesakitan Paul terdengar dari dalam ruang OB, di sertai suara-suara panik para rekan OB di dalamnya.

Bergegas Bimo keluar dari dapur menuju ke ruangan OB itu. Nampak sosok Paul tengah terbaring di sofa ruangan, dengan dikerumuni para rekan OB lainnya.

Terlihat jelas oleh Bimo, wajah para rekan OB di dalam ruangan yang menyiratkan keterkejutan, kepanikkan, serta kecemasan menatap Paul.

“Kau kenapa Paul..?!” seru Wanti panik dan cemas.

“K-ka.. Kakiku..! Arrghks..!” seru terbata Paul menahan rasa sakit di kakinya, lalu dia pun kembali berteriak kesakitan.

“Cepat buka sepatunya..! Sejak perjalanan pulang belanja logistik tadi, dia memang terus berteriak kesakitan..!” seru Luki memerintahkan.

Dino rekan Paul dan Luki segera membuka sepatu kanan Paul, yang sejak tadi memang memegangi bagian itu dengan tubuh bergetar kesakitan.

“Hahh..!!” seruan kaget serentak terdengar di ruangan OB itu, saat mereka melihat mata kaki kanan Paul yang membengkak kebiruan sebesar telur puyuh.

“Aaarrghks..!” raungan Paul pun semakin menjadi, disertai tubuhnya yang berkelojotan menahan rasa sakit.

Ya, kini Paul merasa kakinya seperti dijalari arus listrik yang panas menyengat, bagaikan ribuan semut api yang berlarian hingga ke lututnya. Sungguh perih, pedih, dan menyakitkan!

“Gila..! Cepat kita bawa dia ke klinik kantor..!” seru Luki bergetar ngeri.

Akhirnya dengan tergesa, para OB lelaki menggotong tubuh Paul menuju ke klinik kantor. Sementara Bimo hanya terpaku melihat kejadian itu, dia sendiri bingung kenapa Paul bisa sampai seperti itu. 

Paul diam-diam menatap ngeri pada Bimo, saat dia digotong melintasi dirinya. Paul seperti telah menduga, bahwa sakit yang di deritanya dikarenakan dirinya menyepak Bimo tadi pagi. Namun Paul berpikir lebih baik memendam rahasia itu, dan tak mengatakannya pada siapapun. 

Ya, tak ada satu pun dari para OB itu yang berpikir ataupun menyadari. Bahwa sakit yang di derita Paul itu, adalah karena tulah perbuatannya menyepak betis Bimo..! Kecuali Paul sendiri..! 

***

Senja itu Bimo pulang dari kantornya dalam kondisi lelah dan lesu.

Betapa tidak..?!

Karena menjelang pulang tadi dia dipanggil bagian logistik kantor, dan mendapat sangsi pemotongan gaji sebesar 600 ribu.

Tentu saja semua itu atas laporan dari Luki, yang memberitahu soal kejadian pecahnya beberapa piring mahal dari para staf kantor oleh Bimo.

Dan setibanya Bimo di kostnya, nampak Tante Rindy tengah duduk sendiri di teras rumahnya. Dan mau tak mau Bimo memang harus melewati teras itu, untuk menuju ke kamar kostnya.

Di tengah kebingungannya, akhirnya Bimo memutuskan untuk bicara saja dengan pemilik kostnya itu, soal kemungkinan dia akan menunggak sewa kost bulan depan.

“Permisi Tante Rindy, Bimo mau bicara dengan Tante,” ujar Bimo sopan.

“Silahkan saja Bimo. Tumben ini,” ujar Rindy tersenyum senang. Karena memang tujuan dia duduk di teras itu, adalah hendak melihat sosok Bimo yang pulang dari kantornya.

Ya, Rindy memang diam-diam mengagumi kegagahan dan kedewasaan sosok Bimo, anak kostnya itu. Sesungguhnya ada hasrat terpendam di dalam hati Rindy terhadap Bimo. Pemuda yang sungguh memiliki bibit unggul di matanya.

Akhirnya Bimo pun menceritakan kondisi keuangannya yang agak sulit, sehingga dia tak bisa membayar sewa kostnya untuk bulan depan.

“Tak apa Bimo. Tenang sajalah, aku mengerti kok dengan kondisimu. Tak perlu dipikirkan soal sewa kostmu itu Bimo. Tante akan merahasiakan hal ini dari teman-teman kost yang lain,” ucap Rindy, dengan senyum maklum. 

Ya, rata-rata penghuni kost miliknya memang pekerja yang berusia muda. Ada yang kerja di restoran, satpam, buruh pabrik, dan sebagainya. 

“T-terimakasih atas pengertian Tante. Bimo janji pasti akan membayarnya kalau keuangan Bimo sudah lega nanti,” ujar terbata Bimo serak.

Ya, Bimo sungguh tersentuh dengan pengertian dan kebaikkan ibu kost cantiknya yang satu itu.

Setahu Bimo, selama dia kost di situ. Tidak hanya satu dua pria mapan dan berkelas, yang nampaknya menaruh hati dan kerap mendatangi rumah Rindy.

Namun nampaknya semua pria itu ditolak oleh Rindy, yang memang adalah janda muda yang cantik itu. Entah dengan alasan apa.

Tinn.. Tinn..!

Terdengar suara klakson dari mobil sport berkelas, yang berhenti tepat di depan pagar kediaman Rindy. Sosok wanita cantik pun turun dari dalamnya.

“Sore Kak Rindy..!” seru seorang wanita cantik seraya tersenyum, seraya lambaikan tangannya dari depan pagar kediaman Rindy.

“Hei..! Lidya..! Masuk saja Lidya, pagarnya tak dikunci kok..!” seru riang Rindy.

“Lidya adalah sepupuku Bimo. Kau pasti belum pernah bertemu dengannya,” ujar Rindy, memberitahukan Bimo.

“Wah..! Apakah kedatanganku mengganggu pembicaraan kalian..?” ujar Lidya yang tiba di depan teras rumah, seraya ulaskan senyum manisnya pada Rindy dan Bimo.

‘Cantik sekali..! Selevel dengan Devi’, batin Bimo memuji Lidya.

Ya, Lidya memang jauh lebih muda dibanding Rindy, usianya saat itu baru 26 tahun. Wajahnya nampak cantik dan cerah, dengan lesung pipit samar yang kerap nampak.

Pakaian kerja eksklusif yang dikenakannya saat itu cukup mencetak lekuk tubuhnya, yang indah dan proporsional. Sungguh kecantikkan yang berkelas, dibalut dengan sifat ramah dan periang yang nampak nyata. Indah..! 

Namun jangan salah! Karena Lidya bukan hanya cantik jelita, dia adalah pewaris tunggal perusahaan ‘Winata Group’ milik ayahnya.

“Kenalkan Bimo. Dia adalah Lidya, adik sepupuku,” ujar Tante Rindy, memperkenalkan Lidya pada Bimo.

“Bimo Setiawan. Salam kenal Mbak Lidya,” ucap Bimo tersenyum hangat, seraya ulurkan tangannya.

“Lidya Mayesti. Lam kenal kembali Bimo,” sambut Lidya ramah. Namun...

“Ahh..!” sentak terkejut Bimo, saat tiba-tiba sebuah lintasan buruk tentang Lidya terbayang di benaknya.

“Hei..! K-kenapa Bimo..?!”...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
BayS
lanjut ka..makasih
goodnovel comment avatar
Umar Hussein
tiap episode baru, selalu ada kejutan baru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 5. Lelah Dan Mimpi

    “Hei..! K-kenapa Bimo..?!” seru heran dan terkejut Lidya.“Ada apa Bimo..?!” seru Rindy yang ikut merasa kaget dan heran melihat sikap Bimo.“Mbak Lidya. Apakah ada rekan pria sekantor Mbak Lidya yang mengendarai Rubicon hitam dan mengenakan jam Rolex..?” tanya Bimo dengan wajah serius.“Heii..! Bagaimana kau bisa mengenali Rudy manajer pemasaran di perusahaanku Bimo..?! Apakah kau pernah bertemu dengannya..?” sentak terkejut Lidya, mendengar ciri-ciri Rudy disebutkan dengan tepat oleh Bimo.“Sama sekali aku tak pernah bertemu dengannya Mbak Lidya. Hanya saja sebaiknya Mbak Lidya berhati-hati dengan orang itu. Apakah dia tadi memberikan sesuatu pada Mbak Lidya..?” ujar Bimo tenang, seraya bertanya.“Hahh..! Rudy memang memberikan parfum untukku tadi siang Bimo. Katanya itu hadiah dari temannya yang baru kembali dari Paris. Memangnya ada apa dengan parfum itu Bimo..?” seru heran Lidya lagi, merasa takjub dengan ketepatan terawangan Bimo.“Bisa kulihat parfum yang diberikan si Rudy itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 6. Ungkapan Rindy

    'Heii..! Siapa Devi itu..?!' sentak penasaran batin sang penyelinap itu. Perlahan dia menghampiri ranjang tempat Bimo terbaring pulas. Perlahan dengan dada berdebar sosok penyelinap itu menatapi sosok Bimo, yang diam-diam telah lama mencuri hati dan menjadi obyek fantasinya. Ya, sosok itu adalah Rindy, sang pemilik kost! Malam itu usai Lidya pulang ke rumahnya, tiba-tiba saja Rindy merasa harus menuntaskan keinginan yang telah lama direncanakannya. Memiliki anak dari benih Bimo! Bahkan Rindy sudah mempersiapkan sebuah rumah di desa. Yang disiapkan untuk ditinggalinya, jika dia hamil dari benih Bimo nantinya. Dan dia akan kembali ke Kajarta setelah anaknya dilahirkan. Sementara dalam tidurnya, Bimo tiba-tiba saja bermimpi berada dalam ruangan Devi. Dalam mimpinya itu, Devi menyatakan rasa cintanya pada Bimo, dan tentu saja Bimo menerimanya. Bimo heran dengan keagresifan Devi dalam mimpinya itu, karena Devi dengan lincahnya membuka bajunya, sleetingnya, dan juga memelorotkan celan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 7. KESEPAKATAN RAHASIA

    "Bimo..! Kemarilah cepat..!" seru Luki memanggil dari arah pintu utara gedung kantor. Bimo pun bergegas menghampiri seniornya itu. "Ada apa Kak Luki..?" "Bimo, kau harus menjenguk Paul di klinik sebelah kantor secepatnya. Paul terus memanggil-manggil namamu sejak semalam. Sepertinya dia ingin bertemu denganmu!" seru Luki kesal. Karena sebenarnya dia enggan dan malas mengabarkan hal itu pada Bimo. 'Entah apa hubungannya Bimo dengan penyakitmu Paul', batin Luki bingung. "Baik Kak Luki. Aku akan menemuinya di klinik sebelah setelah berganti pakaian," sahut Bimo, seraya beranjak hendak masuk ke gedung kantor. "Baik! Cepatlah Bimo!" seru Luki lagi. Akhirnya usai berganti dengan pakaian kerjanya, Bimo pun langsung keluar kantor dan menuju ke klinik 24 jam yang berada di sebelah kantornya itu. Nampak Wanti, Tia, Dino, serta rekan OB lainnya yang tengah menunggui Paul, karena memang saat itu belum masuk jam kerja. "Ahh! Akhirnya kau datang Bimo! Lekaslah kau temui Paul, sejak semalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 8. Kesombongan Memuakkan

    "Hai cantik..! Kok pagi-pagi sudah melamun di lobi..?" Seruan seorang pria mengejutkan Devi dari lamunannya, dia pun sontak menoleh ke arah suara itu. "Ahh! Tony mengejutkan saja. Hehe," sahut Devi terkejut seraya terkekeh. Setelah melihat sosok yang datang adalah Tony, putra sang Direktur Umum kantor itu. "Kenapa dengan OB tadi itu Devi..?" tanya Tony, yang rupanya ikut melihat ke arah pandangan Devi tadi. Jujur saja ada rasa kurang senang dan cemburu di hati Tony. Saat dia melihat cara Devi menatap hangat, pada sosok Bimo yang tengah berjalan tadi. Dan walau sekilas saja. Hal itu sudah cukup bagi Tony, untuk mengenali dan mengingat sosok Bimo. OB yang baru saja diperhatikan Devi. "Ahh! Tak ada apa-apa Tony. Hanya kebetulan saja aku sedang melihat ke arah sana," desah Devi menyahut. Dia agak terkejut, karena Tony mengetahui siapa yang tengah diperhatikannya barusan. "Oh begitu. Baik Devi, mari kita bicara di ruanganmu. Kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu," ajak To

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 9. PENGHINAAN DAN HADIAH

    "Tidak Bimo! Kau duduklah di lantai saja. Toh lantai ruangan ini dilapisi karpet, tak akan membuat celanamu kotor!" seru Tony lagi. "Baik Pak Tony." "Hhh..!" dan Devi pun hanya bisa menghela nafas sebalnya, terhadap prilaku semena-mena Tony di hadapannya. Namun dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela Bimo. 'Inilah yang menyebabkan aku tak sudi menerima cintamu Tony! Kau seperti anak kecil..!' sungut geram batin Devi. Dan memang sesungguhnya tak ada yang kotor atu pun salah dengan sepatu Tony. Dia hanya ingin menunjukkan kekuasaan dan kelebihannya saja atas diri Bimo, di hadapan Devi. Dengan berbuat begitu, maka Tony seperti ingin memperlihatkan pada Devi. Bahwa Bimo bukanlah apa-apa dan siapa-siapa dibanding dirinya! Sungguh Picik..! *** Akhirnya jam kerja pun usai. Bimo bergegas berganti pakaian dan beranjak hendak keluar dari gedung kantornya. "Bimo. Bisakah kita bicara sebentar di ruangku sebelum pulang?" ucap berbisik seseorang, yang bergegas menjajajri lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 10. Aji Impen Roso Dan Fitnah

    'Awas kau Bimo..! Jika aku sampai dipecat, akan kuhadang dan kuhabisi kau bersama grupku!' bathin Luki mengancam, sambil terus berjalan keluar dari kantor. *** "Ini benar kau sudah ada uangnya Bimo..?" tanya Rindy agak heran, saat Bimo datang dan membayar sewa kost untuk dua bulan di muka. Ya, tentu saja begitu. Karena baru kemarin Bimo bicara padanya, soal kemungkinan akan telat membayar sewa kostnya. "Kebetulan Bimo ada rejeki tak terduga Tante," sahut Bimo tersenyum tenang. Hal yang membuat Rindy gemas, dan ingin mencium wajah Bimo saat itu juga. Namun dia masih sadar, jika mereka berada di teras terbuka kediamannya. Bimo memang telah menghitung isi amplop pemberian pak Budi. Amplop itu ternyata berisi uang senilai 15 juta. Uang yang cukup besar bagi Bimo, yang berpenghasilan di bawah UMR itu. "Baiklah, aku terima uangnya ya Bimo. Kalau kau butuh sesuatu, kau jangan sungkan bilang padaku ya," ucap Rindy akhirnya. "Baik Tante, terimakasih." "O ya Bimo. Jangan lupa dengan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 11. Geger Dan Jatuh

    "Heii..! Bimo..! Kau sungguh OB yang tak tahu diri dan tak becus dalam bekerja..! Bisa hancur nama perusahaan Ayahku ini, jika kau terus bekerja di sini..!" seru keras Tony di tengah ruang lobi. Bimo pun hanya tertunduk diam, mendengarkan seruan serta caci maki Tony di ruang lobi terbuka itu. Namun wajah Bimo sama sekali tak menampakkan rasa takut atau panik, mendengar teguran keras Tony itu. Dan sontak para karyawan lain pun heboh. Dengan diam-diam mereka mencoba mengintip, atau pura-pura melintas di ruang lobi. Hanya untuk mengetahui kenapa Bimo mendapat teguran keras dari Tony. Nampak Devi, Pak Budi, serta beberapa staf lain juga berjalan menuju ke arah lobi. Bahkan para OB seperti Wanti, Dino, Paul, dan lainnya juga ikut menyaksikan dari sudut koridor di sisi ruang lobi. *** Sementara di saat yang sama.Masuk ke area kantor Bimo sebuah sedan Audi A8L hitam, yang langsung memarkirkan mobilnya di area parkir kantor. Klekh! Turun sepasang kaki jenjang seorang wanita cantik dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 12. Ancaman Dari Utara

    "Arrgghhkss..!!" Brughk..! Tony berteriak nyaring lalu ambruk ke lantai, bersama pecahan kaca kristal dan rangka lampu gantung yang cukup besar itu. "Arrghhksk..!!" Drap, drap, draph..!Sementara Luki yang berdiri tak jauh dari Tony juga berseru pilu, saat serpihan pecahan kaca lampu hias itu juga menerpa wajah dan tubuhnya. Dia pun berlari menjauh, sambil pegangi wajahnya yang berlumuran darah. "Ahhh..!!!" seru ngeri serentak semua orang yang menyaksikan hal itu. Nampak darah menggenang di sekitar sosok Tony, yang terkapar tak sadarkan diri seketika itu juga. "Ahh..! Tony..! Cepat siapkan mobil ambulan kantor..!" seru Donald panik dan sangat cemas, melihat putranya yang nampak terluka cukup parah itu. Dan kehebohan dan ketegangan pun kembali terjadi di lobi kantor. Kini semua orang nampak sibuk membantu mengamankan posisi Tony, yang tertimpa lampu gantung hias itu. Sementara Luki sendiri langsung di bawa ke klinik dekat kantor, oleh para rekan OBnya. Namun kini semua karyawan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 172.

    Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 171.

    "Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 170.

    "Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 169.

    "Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 168.

    'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 167.

    "Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 166.

    Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 165.

    'Ahh..! Tubuhnya masih diselimuti aura hijau itu', bathin Bimo. Dia pun kembali menutup mata bathinnya terhadap Lidya. Namun diam-diam kini timbul pertanyaan dan keheranan di hati Bimo terhadap Lidya. Ya, benda apa sesungguhnya yang berada dalam kantung merah dalam tas tangan Lidya, yang dilihatnya kemarin malam itu..?Karena benda itulah, yang menjadi sumber pancaran aura hijau, yang menyelimuti sosok Lidya. "Mas Bimo, duduklah. Ada camilan dan wedang jahe merah kesukaanmu nih. Bi Inah khusus membuatkannya buat Mas bImo," ujar Lidya tersenyum. "Wah..! Bi Inah tahu saja kesukaanku Lidya. Hehe," ujar Bimo terkekeh senang. Dan pembicaraan hangat dan santai pun terjadi di teras belakang kediaman Lidya itu. *** Sementara malam itu, di markas pusat gank Blantix yang telah diambil alih dan dikuasai oleh gank Shadow pimpinan Yoga. "Baik..! Kuputuskan 40 anggota Sahdow akan ikut aku ekspansi ke Kajarta..! Edo, kau paketkan 40 motor kita via ekspedisi. Kita akan jemput langsung motor i

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status