Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 98. Pengkhianatan Masa Lalu (1)

Share

98. Pengkhianatan Masa Lalu (1)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-10-27 00:05:54

Albert menatap bangunan bak istana di hadapannya kemudian menghela napas. Sudah lama dia tidak mengunjungi kediaman Raymond ini—atau lebih tepatnya kediaman ayahnya. Setiap kali Albert datang berkunjung, yang terjadi setelahnya tidak pernah baik. Dia hanya datang jika sedang terpaksa, persis seperti sekarang.

Millie Matthew, atau Millie Raymond, atau ibu tiri Albert, intinya… wanita itu menolak datang pada pertemuan bisnis yang hari ini telah diatur.

Adrian Raymond, ayah Albert, mempercayakan istri mudanya itu untuk memulai bisnisnya sendiri di bawah naungan Raymond Group.

Selama ini yang selalu menangani semuanya adalah sekretaris Millie sendiri. Tapi setiap kali ada pertemuan untuk membahas sesuatu, Millie-lah yang akan datang.

Hari ini, Millie seharusnya memang datang ke pertemuan di kantor, tapi dia merengek seperti anak kecil untuk melakukan pertemuan itu di rumah karena kondisinya yang sedang tidak enak badan.

Albert tentu saja menolak pada awalnya, karena untuk apa memaksakan d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   99. Pengkhianatan Masa Lalu (2)

    Millie tersenyum sedu, lalu menatap Albert. “Aku sungguh-sungguh tidak menyangka bahwa kau akan mencintaiku sampai sebesar itu.”Albert sebenarnya tidak lagi marah pada wanita di hadapannya. Rasa amarah yang tertinggal dalam diri Albert sekarang hanyalah amarah pada dirinya sendiri, kecewa akan seberapa mudahnya dia ditipu oleh seorang wanita dengan kecantikannya.“Mencintaimu sebesar itu? Sekarang aku bahkan ragu bahwa aku pernah merasakannya.” Albert mendengus sinis.Perasaan yang dulu Albert rasakan pada Millie begitu menggebu-gebu. Pada usianya yang masih terbilang muda, Albert sangat naif. Karena sejak kecil dia dibesarkan dan dididik sebagai seorang pewaris, sehingga tidak pernah memiliki waktu atau berpikir untuk berurusan dengan wanita selain menyangkut bisnis. Kemudian tiba-tiba saja Millie Matthew datang, menggodanya.Seharusnya Albert curiga sejak awal akan kenapa tiba-tiba saja wanita dari kelas bawah itu datang padanya. Namun, saat itu Albert menganggap bahwa godaan itu a

    Last Updated : 2024-10-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   100. Istri Yang Peduli

    Seperginya Albert dari kediaman Raymond, dia tidak langsung pulang dan memutuskan untuk mampir ke salah satu bar mewah. Albert mengajak serta Maurice untuk minum-minum, tapi asisten pribadinya itu menolak dan hanya menemani Albert sembari mengerjakan pekerjaannya di ruangan VIP itu.Albert tidak bisa pulang sebelum emosinya kembali membaik. Dia begitu marah pada Millie dan pada waktu yang terbuang sia-sia dengan menyetujui pertemuan itu.“Haruskah aku meneleponnya?” kata Albert berulang kali sambil menatap ke arah layar ponselnya.Maurice yang mendengar itu hanya menyahut di awal dan tidak lagi menghiraukan bossnya karena lelaki itu sudah tampak mabuk.“Sebaiknya Anda pulang, Sir. Istri Anda pasti sudah menunggu di rumah,” kata Maurice pada akhirnya.Albert menggeleng, meneguk segelas lagi minumannya. “Istriku yang cantik.” Albert mengusap layar ponselnya, pada wallpaper bergambar wajah Sophia yang tampak sangat cantik dibalut dress putih yang tampak bersinar diterpa sinar matahari, f

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   101. Masa Lalu dan Masa Depannya

    Jemari lentik berkuku panjang yang dipoles cat berwarna merah itu mengetuk layar ponsel yang menyala, menampilkan sebuah isi pesan yang membuat si pemilik benda pintar itu mengernyit.[Dia baik-baik saja.]Adalah jawaban singkat yang sama sekali tidak dia duga.Millie terus mengetuk-ngetuk layar ponselnya sambil berharap layar itu retak oleh kukunya yang cantik. Dia tidak habis pikir pada si pengirim pesan.“Bagaimana kau bisa setidak peduli itu?” gumamnya heran, berbalut kesal. Seolah dia tidak menerima jawaban semacam itu dari pesan yang dikirimnya sebelumnya.Tapi pesan tulisan tidak bernada. Millie tidak akan tahu bagaimana perasaan wanita si pembalas pesan kalau dia tidak mendengar suaranya sendiri.Sophia Abraham pandai mengontrol emosi dan selalu bersikap dingin, pikir Millie. Maka dari itu, dia pun mulai memencet tombol ‘panggil’ pada ponselnya, kemudian meletakkan benda pipih itu di dekat telinga.“Ya, halo,” jawab sebuah suara saat panggilan itu terjawab.“Kau tidak akan ber

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   102. Ruangan Mewah (1)

    Dana mengayunkan sendok penggorengan di depan wajah Sophia yang sontak membuat Sophia tersadar.“Liurmu hampir menetes,” bisik Dana padanya.Sophia refleks mengusap mulutnya dan mendapati bahwa Dana hanya menggoda saja. Wanita paruh baya itu pun terkekeh geli.“Sophie? Kau memasak sesuatu?” Albert membuka suara, bertanya heran.Sophia membantah dengan gelengan kepala. Nada ngeri pada suara Albert membuatnya sedikit tersinggung, jadi dia membuatkan Albert teh hangat untuk membuat lelaki itu merasa lebih baik setelah mabuknya semalam.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Sophia, meletakkan cangkir teh itu ke hadapan Albert.Albert tersenyum dan menggumam terima kasih. “Baik-baik saja,” jawabnya.“Syukurlah,” sahut Sophia.Setelah selesai menyajikan sarapan, Dana pamit pergi lebih dulu, meninggalkan Sophia dan Albert berdua saja.Sophia duduk di samping Albert dan mulai menikmati sarapannya.“Aku baru pertama kali melihat itu,” kata Albert, menunjuk pada kaktus di hadapan Sophia.Sophia tersenyu

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   103. Ruangan Mewah (2)

    Sekarang, berdiri di sana seorang diri membuat Sophia gugup. Terlebih karena Sophia yakin bahwa di dalam Albert pasti sudah menunggunya. Siap membicarakan sesuatu yang membuat Sophia semakin tegang. Untuk mencairkan suasana nanti, Sophia juga sudah menyiapkan sebuah topik yang hendak dia bahas dengan sang suami.Sophia mengetuk pintu kayu itu sebanyak tiga kali lalu menjedanya, sedikit mencongdongkan badan ke depan sehingga nyaris menempelkan telinganya ke pintu. Sophia tidak tahu kenapa dia melakukan itu, mungkin dia berharap bisa mendengar sesuatu dari dalam yang mampu mengurangi rasa gugupnya.Selama beberapa detik setelahnya, tidak ada tanda-tanda apapun atau suara apapun. Sophia mengetuk pintu lagi. “Apa dia belum datang?” gumamnya. Dia lalu membungkuk ke bagian kunci dan menutup sebelah matanya, mengintip dari lubang kunci itu berharap menemukan sesuatu, tapi yang Sophia lihat hanya gelap.Gelap, karena Albert berdiri di sana sebelum membuka pintu, lalu menatap heran pada Sophi

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   104. Your Personal Model

    Albert hampir saja tersedak oleh ucapan wanita di hadapannya. Dia meletakkan kembali cangkir tehnya ke meja kemudian menatap Sophia tegas. Raut di wajah Albert berubah serius.“Aku sudah katakan padamu tadi, bahwa aku hendak membicarakan sesuatu,” jawab Albert.Sophia menegang. ‘Apa ini tentang dia yang mabuk semalam? Atau sesuatu tentang Millie? Atau apa?’ Sophia sama sekali tidak bisa menebak apa yang hendak Albert katakan padanya sampai harus seserius ini.Sophia pun berdeham pelan. “Aku juga punya sesuatu yang hendak aku katakan padamu,” ucapnya.Alis tebal milik Albert terangkat sebelah. “Apa itu?”“Kau duluan,” sahut Sophia.“Tidak, kau dulu.” Albert menatapnya menuntut.Sophia menyesal telah mengatakan itu lebih awal, maka dia pun menghela napas pasrah dan berkata, “Sebentar lagi hari thanksgiving, ayah dan ibuku mengundang kita untuk datang.”Kedua bahu Albert yang semula kaku oleh rasa antisipasi langsung merosot lega. “Hanya itu? Baiklah, kita akan datang.”Sophia melemparka

    Last Updated : 2024-11-01
  • Hasrat Terpendam Suamiku   105. Apa Kau Menolak? (1)

    Langit tampak cerah di luar. Hujan telah berhenti, menyisakan tetesan air pada tetumbuhan dan atap rumah, diterpa cahaya yang membuatnya berkilauan seperti berlian yang dihamburkan. Tanah masih lembab, tapi sinar matahari begitu gigih menembus awan-awan kelabu, membentuk segaris pelangi yang melengkung di antara awan.Sophia hanya mampu menatap pemandangan itu dari balik kaca jendela yang mulai berembun oleh napasnya yang berembus ke luar. Tangannya terasa dingin saat dia menempelkannya ke kaca seolah hendak menggapai apa yang ada di luar sana.Pasti menyenangkan rasanya berjalan-jalan di luar sehabis hujan. Udara dingin yang menyegarkan akan langsung menyambut. Tapi di dalam sini pun, aroma petrikor masih dapat tercium dengan jelas, Sophia menghirupnya dalam-dalam.“Kau mau melakukannya di luar?” tanya sebuah suara di belakang Sophia.Sophia lantas berbalik seolah tengah kepergok melakukan sesuatu yang salah. Baru saja hati dan pikirannya terasa tenang, tapi kini setelah berbalik dan

    Last Updated : 2024-11-01
  • Hasrat Terpendam Suamiku   106. Apa Kau Menolak? (2)

    Albert duduk di kursi tinggi dengan eagle di mana dia meletakkan sketchbook-nya di sana.Saat langkah Sophia terdengar, Albert menoleh pada wanita itu dan tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit pun, sampai Sophia duduk di sofa beledu merah yang telah Albert atur ke depan jendela, dengan posisi sedikit menyamping sehingga ketika Sophia duduk di sana, sebelah wajahnya akan disinari cahaya yang terang sedangkan sebelahnya lagi agak redup.Sophia duduk dengan kaku, sehingga Albert menyuruhnya untuk rileks.Albert juga memberinya beberapa intruksi, “Bisakah kau sedikit menyender? Ya, seperti itu. Turunkan sedikit bahumu! Benar. Lalu silangkan kakimu dan arahkan matamu ke sini.”Semua intruksi itu Sophia lakukan. Kini posisi duduknya terasa lebih nyaman, walau begitu tubuhnya tidak bisa sepenuhnya rileks.“Atur napasmu, Sophie,” kata Albert lagi.Sophia mengatur napasnya.“Aku… akan mulai,” gumam Albert dengan tangan memegang pensil, tapi tatapannya tidak juga teralih dari Sophia.Cara

    Last Updated : 2024-11-01

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status