Share

97. Kaktus

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-10-27 00:04:43

“Oh Dear, kau tidak perlu malu. Apa yang kemarin kau lakukan itu adalah sesuatu yang lumrah dilakukan oleh pasangan. Untuk apa merasa malu? Kalian juga sudah berstatus suami istri kan. Begini-begini aku pun pernah muda dan pernah merasakan namanya dimabuk cinta seperti kalian.”

Sophia tersedak oleh tomat yang baru saja digigitnya di mulut. “Di-dimabuk c-cinta?!” pekik Sophia tertahan. “Dana, tolong jangan salah paham, kami tidak seperti itu.”

Well, setidaknya tidak untuk Albert.

Perumpamaan Dana memang terlalu berlebihan bagi Sophia.

Sementara itu Dana menggeleng-geleng, tidak habis pikir pada majikannya ini. “Lalu kau sebut apa hubungan kalian kalau bukan itu?” tanya Dana sembari mencuci piring.

Sophia memutar gelas air minumnya pelan. Dia bingung harus menjawab apa pada pertanyaan Dana itu. “Kita suami istri,” jawab Sophia pada akhirnya.

Dana terkekeh. “Yah, kalian memang suami istri,” ucap Dana, tersenyum penuh arti.

Sophia menunduk, menatap pantulan cahaya pada air di dalam gelasn
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   98. Pengkhianatan Masa Lalu (1)

    Albert menatap bangunan bak istana di hadapannya kemudian menghela napas. Sudah lama dia tidak mengunjungi kediaman Raymond ini—atau lebih tepatnya kediaman ayahnya. Setiap kali Albert datang berkunjung, yang terjadi setelahnya tidak pernah baik. Dia hanya datang jika sedang terpaksa, persis seperti sekarang.Millie Matthew, atau Millie Raymond, atau ibu tiri Albert, intinya… wanita itu menolak datang pada pertemuan bisnis yang hari ini telah diatur.Adrian Raymond, ayah Albert, mempercayakan istri mudanya itu untuk memulai bisnisnya sendiri di bawah naungan Raymond Group.Selama ini yang selalu menangani semuanya adalah sekretaris Millie sendiri. Tapi setiap kali ada pertemuan untuk membahas sesuatu, Millie-lah yang akan datang.Hari ini, Millie seharusnya memang datang ke pertemuan di kantor, tapi dia merengek seperti anak kecil untuk melakukan pertemuan itu di rumah karena kondisinya yang sedang tidak enak badan.Albert tentu saja menolak pada awalnya, karena untuk apa memaksakan d

    Last Updated : 2024-10-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   99. Pengkhianatan Masa Lalu (2)

    Millie tersenyum sedu, lalu menatap Albert. “Aku sungguh-sungguh tidak menyangka bahwa kau akan mencintaiku sampai sebesar itu.”Albert sebenarnya tidak lagi marah pada wanita di hadapannya. Rasa amarah yang tertinggal dalam diri Albert sekarang hanyalah amarah pada dirinya sendiri, kecewa akan seberapa mudahnya dia ditipu oleh seorang wanita dengan kecantikannya.“Mencintaimu sebesar itu? Sekarang aku bahkan ragu bahwa aku pernah merasakannya.” Albert mendengus sinis.Perasaan yang dulu Albert rasakan pada Millie begitu menggebu-gebu. Pada usianya yang masih terbilang muda, Albert sangat naif. Karena sejak kecil dia dibesarkan dan dididik sebagai seorang pewaris, sehingga tidak pernah memiliki waktu atau berpikir untuk berurusan dengan wanita selain menyangkut bisnis. Kemudian tiba-tiba saja Millie Matthew datang, menggodanya.Seharusnya Albert curiga sejak awal akan kenapa tiba-tiba saja wanita dari kelas bawah itu datang padanya. Namun, saat itu Albert menganggap bahwa godaan itu a

    Last Updated : 2024-10-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   100. Istri Yang Peduli

    Seperginya Albert dari kediaman Raymond, dia tidak langsung pulang dan memutuskan untuk mampir ke salah satu bar mewah. Albert mengajak serta Maurice untuk minum-minum, tapi asisten pribadinya itu menolak dan hanya menemani Albert sembari mengerjakan pekerjaannya di ruangan VIP itu.Albert tidak bisa pulang sebelum emosinya kembali membaik. Dia begitu marah pada Millie dan pada waktu yang terbuang sia-sia dengan menyetujui pertemuan itu.“Haruskah aku meneleponnya?” kata Albert berulang kali sambil menatap ke arah layar ponselnya.Maurice yang mendengar itu hanya menyahut di awal dan tidak lagi menghiraukan bossnya karena lelaki itu sudah tampak mabuk.“Sebaiknya Anda pulang, Sir. Istri Anda pasti sudah menunggu di rumah,” kata Maurice pada akhirnya.Albert menggeleng, meneguk segelas lagi minumannya. “Istriku yang cantik.” Albert mengusap layar ponselnya, pada wallpaper bergambar wajah Sophia yang tampak sangat cantik dibalut dress putih yang tampak bersinar diterpa sinar matahari, f

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   101. Masa Lalu dan Masa Depannya

    Jemari lentik berkuku panjang yang dipoles cat berwarna merah itu mengetuk layar ponsel yang menyala, menampilkan sebuah isi pesan yang membuat si pemilik benda pintar itu mengernyit.[Dia baik-baik saja.]Adalah jawaban singkat yang sama sekali tidak dia duga.Millie terus mengetuk-ngetuk layar ponselnya sambil berharap layar itu retak oleh kukunya yang cantik. Dia tidak habis pikir pada si pengirim pesan.“Bagaimana kau bisa setidak peduli itu?” gumamnya heran, berbalut kesal. Seolah dia tidak menerima jawaban semacam itu dari pesan yang dikirimnya sebelumnya.Tapi pesan tulisan tidak bernada. Millie tidak akan tahu bagaimana perasaan wanita si pembalas pesan kalau dia tidak mendengar suaranya sendiri.Sophia Abraham pandai mengontrol emosi dan selalu bersikap dingin, pikir Millie. Maka dari itu, dia pun mulai memencet tombol ‘panggil’ pada ponselnya, kemudian meletakkan benda pipih itu di dekat telinga.“Ya, halo,” jawab sebuah suara saat panggilan itu terjawab.“Kau tidak akan ber

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   102. Ruangan Mewah (1)

    Dana mengayunkan sendok penggorengan di depan wajah Sophia yang sontak membuat Sophia tersadar.“Liurmu hampir menetes,” bisik Dana padanya.Sophia refleks mengusap mulutnya dan mendapati bahwa Dana hanya menggoda saja. Wanita paruh baya itu pun terkekeh geli.“Sophie? Kau memasak sesuatu?” Albert membuka suara, bertanya heran.Sophia membantah dengan gelengan kepala. Nada ngeri pada suara Albert membuatnya sedikit tersinggung, jadi dia membuatkan Albert teh hangat untuk membuat lelaki itu merasa lebih baik setelah mabuknya semalam.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Sophia, meletakkan cangkir teh itu ke hadapan Albert.Albert tersenyum dan menggumam terima kasih. “Baik-baik saja,” jawabnya.“Syukurlah,” sahut Sophia.Setelah selesai menyajikan sarapan, Dana pamit pergi lebih dulu, meninggalkan Sophia dan Albert berdua saja.Sophia duduk di samping Albert dan mulai menikmati sarapannya.“Aku baru pertama kali melihat itu,” kata Albert, menunjuk pada kaktus di hadapan Sophia.Sophia tersenyu

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   103. Ruangan Mewah (2)

    Sekarang, berdiri di sana seorang diri membuat Sophia gugup. Terlebih karena Sophia yakin bahwa di dalam Albert pasti sudah menunggunya. Siap membicarakan sesuatu yang membuat Sophia semakin tegang. Untuk mencairkan suasana nanti, Sophia juga sudah menyiapkan sebuah topik yang hendak dia bahas dengan sang suami.Sophia mengetuk pintu kayu itu sebanyak tiga kali lalu menjedanya, sedikit mencongdongkan badan ke depan sehingga nyaris menempelkan telinganya ke pintu. Sophia tidak tahu kenapa dia melakukan itu, mungkin dia berharap bisa mendengar sesuatu dari dalam yang mampu mengurangi rasa gugupnya.Selama beberapa detik setelahnya, tidak ada tanda-tanda apapun atau suara apapun. Sophia mengetuk pintu lagi. “Apa dia belum datang?” gumamnya. Dia lalu membungkuk ke bagian kunci dan menutup sebelah matanya, mengintip dari lubang kunci itu berharap menemukan sesuatu, tapi yang Sophia lihat hanya gelap.Gelap, karena Albert berdiri di sana sebelum membuka pintu, lalu menatap heran pada Sophi

    Last Updated : 2024-10-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   104. Your Personal Model

    Albert hampir saja tersedak oleh ucapan wanita di hadapannya. Dia meletakkan kembali cangkir tehnya ke meja kemudian menatap Sophia tegas. Raut di wajah Albert berubah serius.“Aku sudah katakan padamu tadi, bahwa aku hendak membicarakan sesuatu,” jawab Albert.Sophia menegang. ‘Apa ini tentang dia yang mabuk semalam? Atau sesuatu tentang Millie? Atau apa?’ Sophia sama sekali tidak bisa menebak apa yang hendak Albert katakan padanya sampai harus seserius ini.Sophia pun berdeham pelan. “Aku juga punya sesuatu yang hendak aku katakan padamu,” ucapnya.Alis tebal milik Albert terangkat sebelah. “Apa itu?”“Kau duluan,” sahut Sophia.“Tidak, kau dulu.” Albert menatapnya menuntut.Sophia menyesal telah mengatakan itu lebih awal, maka dia pun menghela napas pasrah dan berkata, “Sebentar lagi hari thanksgiving, ayah dan ibuku mengundang kita untuk datang.”Kedua bahu Albert yang semula kaku oleh rasa antisipasi langsung merosot lega. “Hanya itu? Baiklah, kita akan datang.”Sophia melemparka

    Last Updated : 2024-11-01
  • Hasrat Terpendam Suamiku   105. Apa Kau Menolak? (1)

    Langit tampak cerah di luar. Hujan telah berhenti, menyisakan tetesan air pada tetumbuhan dan atap rumah, diterpa cahaya yang membuatnya berkilauan seperti berlian yang dihamburkan. Tanah masih lembab, tapi sinar matahari begitu gigih menembus awan-awan kelabu, membentuk segaris pelangi yang melengkung di antara awan.Sophia hanya mampu menatap pemandangan itu dari balik kaca jendela yang mulai berembun oleh napasnya yang berembus ke luar. Tangannya terasa dingin saat dia menempelkannya ke kaca seolah hendak menggapai apa yang ada di luar sana.Pasti menyenangkan rasanya berjalan-jalan di luar sehabis hujan. Udara dingin yang menyegarkan akan langsung menyambut. Tapi di dalam sini pun, aroma petrikor masih dapat tercium dengan jelas, Sophia menghirupnya dalam-dalam.“Kau mau melakukannya di luar?” tanya sebuah suara di belakang Sophia.Sophia lantas berbalik seolah tengah kepergok melakukan sesuatu yang salah. Baru saja hati dan pikirannya terasa tenang, tapi kini setelah berbalik dan

    Last Updated : 2024-11-01

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 2

    Sophia mengernyit, kemudian membelalak dan refleks menepis tangan Albert dari wajahnya. Dia memelototi pria itu dengan tatapan tajam.“Jangan berkata seolah kau juga tidak!” seru Sophia. Wajahnya memerah karena malu, seolah dia diingatkan tentang sebuah ketidaksenonohan dari semua undangan-undangan terbuka yang dia lakukan beberapa malam ini secara berturut-turut pada Albert, dan secara berturut-turut juga Albert menolaknya.Dituduh seperti itu, Sophia merasa langsung kehilangan wajahnya sendiri. Dia lantas berbalik dan memunggungi Albert ke jendela.Apakah aku sudah bertindak keterlaluan? pikirnya. Padahal dia hanya senang menggoda Albert, melihat wajah lelaki itu tersiksa oleh kekeraskepalaannya sendiri adalah sebuah hiburan baru bagi Sophia. Tapi dia juga tidak bisa menampik hasrat yang timbul bersamaan dengan kesenangan itu.Namun Sophia tidak suka akan bagaimana Albert mengatakannya sekarang seolah hanya Sophia yang menginginkannya.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 1

    Langit gelap perlahan turun dari jendela, yang selama setengah jam lalu Sophia tatap dengan mata menerawang. Tangannya terlipat di atas sandaran sofa dan dagunya terpaku di sana dengan mata yang setengah terutup.Bosan, itulah yang Sophia rasakan. Hampir satu minggu sudah dia tinggal di apartemen Albert ini dan tidak pernah keluar kemana pun. Sementara Albert bekerja, Sophia ditinggalkan sendiri tanpa aktivitas apapun.Albert melarangnya melakukan banyak hal; memasak, bersih-bersih, mengangkat barang-barang berat, atau berdiri terlalu lama, berjalan terlalu jauh. Lelaki itu menjadi begitu konyol pada beberapa hal. Walau Sophia tahu itu hanya bentuk kekhawatirannya yang berlebihan saja.Setiap malam saat waktunya tidur, Albert akan terjaga sampai dia memastikan Sophia sudah tertidur lelap. Lalu paginya, Sophia harus bangun dalam pelukan pria itu, atau setidaknya Sophia harus di sana saat Albert membuka mata. Kalau tidak, Albert akan tampak panik dengan mata liar

  • Hasrat Terpendam Suamiku   169. Selamanya (END)

    Sophia akan kembali pada Albert.Itulah yang dia inginkan, yang selalu dia inginkan, tapi lebih sering dia tutup-tutupi dengan berbagai macam alasan di kepalanya karena rasa takut untuk tersakiti kembali. Namun kini, entah perasaan ini datang dari mana, Sophia merasa yakin. Terlebih ketika dia teringat pada ucapan menohok yang Daniel katakan siang tadi.“Pastikan bahwa kau tidak akan menyesal di kemudian hari karena keegoisanmu ini, Sophia. Bayi di dalam kandunganmu … membutuhkan ayahnya. Kau tidak akan mau dia berakhir sepertimu, ‘kan?”Kalimat itu bergema dalam telinga Sophia, menguasai benaknya. Dia terlahir tanpa figur ayah, dia tahu bagaimana rasanya. Dan ketika dia memiliki sosok ayah itu, ekspektasinya dijatuhkan oleh kehadiran ibu dan saudara-saudara yang tidak dia kenal. Sophia tidak ingin hal itu terjadi pada anaknya.Mungkin tidak apa-apa kalau memang suatu hari nanti hubungannya dengan Albert tidak berjal

  • Hasrat Terpendam Suamiku   168. Jangan Pergi

    Sophia terkikik-kikik geli oleh respon yang diberikan suaminya. Dia lantas berjinjit, lalu mengecup belakang telinga Albert yang tengah memerah.Sesaat setelah melakukan itu, tubuh Sophia tiba-tiba saja didorong ke belakang dan berhenti saat punggungnya menyentuh meja pantri. Dia pikir akan merasakan sakit akibat benturan tersebut, namun ternyata Albert menahan punggungnya dengan tangan pria itu sendiri, seolah bersikap melindungi Sophia.Perlakuan kecil itu saja sudah membuat jantung Sophia berdetak kencang, terlebih ketika dia mendongak ke atas dan melihat mata pria di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan liar. Sejenak, Sophia merasa menyesal telah menggoda Albert. Tadinya dia hendak lari ke kamar sesaat setelah mengecup pria itu, namun ternyata Albert memiliki pikiran lain. Dan pikiran lelaki itu sungguh berbahaya bagi kinerja jantung Sophia saat ini.Albert mendekatkan wajahnya pada sang istri, menghirup aroma manis buah anggur yang tadi disantapnya seb

  • Hasrat Terpendam Suamiku   167. Daddy

    “Apa kau pernah mendengar sebelumnya seorang ayah yang mengidam ketika istrinya hamil?” kata Sophia.Albert mengernyit, menaikkan sebelah alisnya skeptis, lalu menunduk ke arah perut Sophia. Seketika, ekspresinya berubah datar.Sophia lantas terkekeh geli. “Kau pasti terkejut. Ya tuhan, pantas saja aku sudah tidak lagi mengalami mual-mual, rupanya masalah itu sudah dilimpahkan padamu.” Sophia benar-benar tertawa dengan senang.Albert yang tadinya hendak menggoda istrinya itu mendadak tercenung oleh suara tawa Sophia yang rasanya sudah lama tidak dia dengar. Albert memandang wajah cantik istrinya itu yang tampak berseri-seri, cerah, dan begitu terhibur. Albert merasa dia tidak akan bisa lagi mengalihkan pandangnya dari apa yang kini ada di hadapannya.Namun, karena keterdiaman Albert itu, Sophia langsung sadar dan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan. “Maaf, tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi,” kata Sophia de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status