Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 105. Apa Kau Menolak? (1)

Share

105. Apa Kau Menolak? (1)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 10:49:21

Langit tampak cerah di luar. Hujan telah berhenti, menyisakan tetesan air pada tetumbuhan dan atap rumah, diterpa cahaya yang membuatnya berkilauan seperti berlian yang dihamburkan. Tanah masih lembab, tapi sinar matahari begitu gigih menembus awan-awan kelabu, membentuk segaris pelangi yang melengkung di antara awan.

Sophia hanya mampu menatap pemandangan itu dari balik kaca jendela yang mulai berembun oleh napasnya yang berembus ke luar. Tangannya terasa dingin saat dia menempelkannya ke kaca seolah hendak menggapai apa yang ada di luar sana.

Pasti menyenangkan rasanya berjalan-jalan di luar sehabis hujan. Udara dingin yang menyegarkan akan langsung menyambut. Tapi di dalam sini pun, aroma petrikor masih dapat tercium dengan jelas, Sophia menghirupnya dalam-dalam.

“Kau mau melakukannya di luar?” tanya sebuah suara di belakang Sophia.

Sophia lantas berbalik seolah tengah kepergok melakukan sesuatu yang salah. Baru saja hati dan pikirannya terasa tenang, tapi kini setelah berbalik dan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   106. Apa Kau Menolak? (2)

    Albert duduk di kursi tinggi dengan eagle di mana dia meletakkan sketchbook-nya di sana.Saat langkah Sophia terdengar, Albert menoleh pada wanita itu dan tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit pun, sampai Sophia duduk di sofa beledu merah yang telah Albert atur ke depan jendela, dengan posisi sedikit menyamping sehingga ketika Sophia duduk di sana, sebelah wajahnya akan disinari cahaya yang terang sedangkan sebelahnya lagi agak redup.Sophia duduk dengan kaku, sehingga Albert menyuruhnya untuk rileks.Albert juga memberinya beberapa intruksi, “Bisakah kau sedikit menyender? Ya, seperti itu. Turunkan sedikit bahumu! Benar. Lalu silangkan kakimu dan arahkan matamu ke sini.”Semua intruksi itu Sophia lakukan. Kini posisi duduknya terasa lebih nyaman, walau begitu tubuhnya tidak bisa sepenuhnya rileks.“Atur napasmu, Sophie,” kata Albert lagi.Sophia mengatur napasnya.“Aku… akan mulai,” gumam Albert dengan tangan memegang pensil, tapi tatapannya tidak juga teralih dari Sophia.Cara

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Hasrat Terpendam Suamiku   107. Siapa Lagi? (1)

    Semenjak hari itu, Sophia selalu datang ke lantai tiga setiap kali Albert memanggilnya ke sana. Sophia mencoba menghindar, tetapi semakin lama dia menyadari bahwa yang dirasakannya bukanlah penolakan, melainkan rasa menyenangkan yang membuatnya bersemangat. Hanya saja kesenangan itu diikuti oleh resiko yang sangat besar sehingga Sophia terkadang mencari-cari alasan untuk tidak datang.Namun seperti yang Albert katakan, dia tidak menerima penolakan.Setiap hari, biasanya pada malam hari, sepulang kerja Albert akan langsung menyuruhnya bersiap-siap. Lelaki itu seolah tidak memiliki rasa lelah bahkan setelah bekerja seharian dan melakukan dua jam sesi melukis bersama Sophia.Sophia sendiri selalu merasa energinya terkuras habis setiap kali sesi melukis itu berakhir.Tidak seperti di awal, kini Albert telah menggunakan kanvas yang berukuran sangat besar. Dia tampak selayaknya seorang seniman, yang sangat ahli. Melihat wajah seriusnya telah menjadi candu bagi Sophia akhir-akhir ini. Kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Hasrat Terpendam Suamiku   108. Siapa Lagi? (2)

    Albert terdengar mendengus kali ini. “Kau memberitahunya yang mana?” tanya pria itu lagi.“Hm? Yang mana… maksudmu?”“Istri… atau wanita simpanan?”Setelah mendengar itu, Sophia mematikan keran lalu berbalik. “Tentu saja istri!” jawabnya setengah membentak. Dia mendelik kesal pada Albert lalu mengibaskan tangannya ke depan, sengaja agar air cipratannya mengenai pria itu.Albert langsung memejamkan mata.Sophia berbalik menuju kulkas, menyembunyikan senyum kemenangannya. Segelas air dingin lalu menyegarkan tenggorokan Sophia yang kering. Sophia mendesah lega, tidak tahu tatapan menusuk dari seseorang tengah tertuju padanya.Albert melangkah mendekati sang istri, berdiri di hadapannya, dan menunduk menatapnya.Sophia balas menatap bingung.Lalu Albert tiba-tiba saja menunduk dan mengecup bibir Sophia yang basah dan sedikit terbuka. “Bersiap-siaplah,” bisiknya, tersenyum puas melihat respon sang istri.Setelah itu, Albert berbalik pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi.***Rasa ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Hasrat Terpendam Suamiku   109. Kau Siapa? (1)

    “Kalau kau tidak berniat menjawab, lebih baik jangan. Aku tidak suka menunggumu berpikir terlebih dahulu,” gerutu Sophia dengan nada kesal yang sangat kentara.Albert langsung terkekeh ketika mendengarnya. Perhatiannya terlalu disita oleh sosok indah di dalam kanvasnya, padahal dia tidak memikirkan apapun selain itu. Albert bahkan harus terdiam beberapa saat untuk mengingat pertanyaan yang tadi Sophia lontarkan.Lalu Albert menjawab, “Bukan ‘siapa’, tapi lebih tepatnya adalah ‘apa’.”“Maksudmu?” sahut Sophia bingung.“Aku menggunakan model dari alam untuk lukisan pemandanganku. Sisanya… berasal dari imajinasi.”Sophia langsung terdiam dengan rahang yang seolah akan jatuh ke lantai.Apa Albert sungguhan berpikir bahwa Sophia akan memercayai hal itu? Karena lihatlah semua lukisan di dalam ruangan ini. Wanita yang sedang tertidur di ranjang dengan nuansa putih itu, atau wanita di taman bunga yang mengenakan topi jerami dan gaun biru itu, dan lukisan-lukisan dengan figur seorang wanita la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terpendam Suamiku   110. Kau Siapa? (2)

    Sesampainya Sophia di dalam mall, dia langsung disambut oleh hiru-pikuk pengunjung. Tapi karena Sophia dalam keadaan mood yang baik, dia melangkah dengan percaya diri, memasuki satu toko ke toko yang lain. Dalam waktu setengah jam, Sophia sudah menenteng dua tas berisi pakaian dari toko yang berbeda.Sophia memang bukan jenis orang yang kalau pergi shoping itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Sophia hanya butuh satu lirikan untuk tahu gaun mana yang harus dia beli.Sebelum berniat untuk pulang, Sophia berpikir untuk membelikan Albert beberapa barang juga. Dia pun masuk ke sebuah toko yang menjual berbagai fashion pria.Sophia hanya pernah melihat Albert menggunakan dua jenis pakaian, kemeja yang dibalut jas resmi untuk bekerja dan kaos polos dengan bawahan celana kain setiap di rumah. Sophia tidak bisa membayangkan bagaimana rupa Albert saat lelaki itu mengunjungi tempat-tempat umum tanpa alasan bekerja.Apakah Albert suka menggunakan syal? Pikir Sophia sembari meraba permukaan lem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terpendam Suamiku   111. Blindfolded (1)

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Sophia tidak bisa berhenti memikirkan ucapan Daniel. Terkadang pria itu terasa akrab baginya, tapi juga menjadi sangat asing dengan cara yang sangat misterius di lain waktu. Sophia mencoba menganggap itu hal yang wajar karena mereka memang belum lama saling mengenal.Namun, kalau Sophia pikir-pikir lagi, sikap Daniel padanya memang sering kali terasa aneh, pria itu kerap kali mengatakan sesuatu yang Sophia tidak mengerti. Dan Sophia tidak merasa bahwa Daniel memiliki rasa berlebih padanya, itulah kenapa Sophia tidak lagi menolak kehadiran pria itu.Kalau saja Daniel bersikap seperti Jefrey yang secara terang-terangan menatap Sophia dengan tatapan suka, hubungan mereka tidak akan menjadi seperti ini sekarang, sejak awal Sophia sudah akan menjauhinya. Karena Sophia tidak ingin membuang-buang waktu kepada seseorang yang pada akhirnya akan kecewa.Sesampainya di rumah, Sophia berjalan gontai menuju kamar lalu meletakkan belanjaannya begitu saja ke atas r

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat Terpendam Suamiku   112. Blindfolded (2)

    Sepuluh menit berlalu, Sophia mulai gelisah dan bertanya-tanya ke mana perginya Albert. Padahal tadi lelaki itu yang lebih dulu menyuruhnya datang. Apa karena Sophia bersiap-siap terlalu lama? Ini hari Kamis, Albert juga seharusnya pergi bekerja.“Benar!” seru Sophia sembari bangkit dari duduknya. Dia baru ingat bahwa hari ini adalah Kamis. Apa karena Sophia terlalu lama, jadi Albert pergi ke kantor lebih dulu?Sophia berdecak pelan, lalu mengangkat rok gaunnya, melangkah lebar-lebar menuju pintu dengan ekspresi kesal di wajah cantiknya.“Seharusnya dia tidak menyuruhku datang kalau memang niatnya untuk pergi. Dasar!” gerutu Sophia.Tepat sebelum tangannya menyentuh knop pintu, benda itu berputar terlebih dulu lalu daun pintu itu terdorong terbuka dari luar. Dahi Sophia nyaris terantuk karenanya.Dan yang muncul di ambang pintu itu adalah Albert, yang memiliki ekspresi sama terkejutnya seperti Sophia.“Kemana saja kau?!” tanya Sophia, nadanya mengalun sedikit lebih tinggi dari biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat Terpendam Suamiku   113. Untukmu

    “Bo-bolehkah aku membuka penutup mata ini?” tanya Sophia dengan suara menciut.Tidak ada jawaban.Sophia semakin gugup dan cemas.“Albert… apa aku membuat kesalahan? Kalau ya, kumohon jangan begini. Ayo kita bicarakan baik-baik.” Sophia kini nyaris merengek seperti anak kecil, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.Tapi lagi-lagi, tidak ada satu pun suara yang menjawabnya.“Albert…,” lirih Sophia.Sebenarnya, Sophia bisa saja melepas penutup mata itu karena kedua tangannya bebas. Tapi dengan kehadiran Albert di sana, Sophia tidak berani melakukannya.“Ke mana saja kau kemarin, hm? Sampai membuatmu kelelahan dan tidur seharian.”Sophia menghela napas lega saat akhirnya mendengar suara Albert. Pria itu sepertinya berada tidak terlalu jauh dari tempat Sophia.“Aku pergi ke mall,” jawab Sophia.“Lalu?”“Lalu di sana aku bertemu dengan Da—” Sophia kemudian tersadar. “Tunggu, kau marah karena itu?” tukasnya tidak percaya.“Tidak.”“Kau bilang tidak tapi—”“Lanjutkan! Apa yang kau lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Bab 6 - Family ( END)

    Matahari pagi menerpa wajahnya, memberikan ilusi seolah sinar suci keluar dari pori-porinya. Dan semua anak rambutnya yang berantakan di kepala dan sekitar wajah nya, berwarna keemasan alih-alih cokelat gelap.Albert tersenyum, menatap Sophia dengan mata teduh. Kebiasaan yang sudah dimilikinya sejak lama; bangun pagi-pagi supaya bisa menyisihkan waktu setidaknya setengah jam untuk berpuas diri menatap wajah istrinya itu.Anak pertama mereka sudah lahir, putra bermahkota yang membawa pesan baik; Istvanzino Raymond.Perhatian keduanya jadi terbagi antara satu sama lain dengan anak mereka yang baru berusia satu tahun. Tidak banyak waktu yang Albert habiskan bersama Sophia, begitu pun sebaliknya. Tapi itu tidak apa, karena dia menyayangi putranya lebih dari apapun, dia akan mengorbankan segalanya. Dan Albert tidak ragu bahwa Sophia juga pasti akan melakukan hal yang sama.Hanya pada waktu pagi hari, beberapa saat sebelum Istvanzino terbangun, Albert memiliki

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 5 - Something Very Valuable

    “Albert.”Albert yang tengah memusatkan tatapannya pada layar laptop menoleh pada Sophia yang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Perutnya yang telah membesar mengintip keluar dari kaus polos yang dia kenakan, dan pemandangan itu benar-benar menggemaskan, sukses mengalihkan fokus Albert seketika.“Ada apa, Sophie?”Kening wanita itu berkerut-kerut dalam. Albert mengernyit, kemudian bertanya dengan nada cemas. “Kenapa? Apa perutmu sakit?”Sophia menggeleng.“Lalu?”“Apa kau ingat dengan kalung yang … dulu aku berikan padamu?”“Kalung yang mana?”Tatapan mata Sophia tampak gelisah. Dia mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tampaknya sulit untuk dia jelaskan.“Kalung … yang dulu sering aku kenakan,” ucapnya.Albert mencoba untuk mengingat-ingat, tidak butuh lama dia pun langsung teringat. Tapi keberadaan benda tersebut memang benar-benar telah Albert lupakan.“Ya, kenapa dengan kalung itu?” tanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 4 - In a Sunny Day

    Bulan-bulan berlalu begitu saja.Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, kemudian matahari terasa semakin tinggi dan musim panas pun datang. Usia kandungan Sophia sudah menginjak minggu ke dua puluh enam, atau sekitar tujuh bulan.Semuanya masih terasa sama, kecuali tubuhnya yang membesar dan keposesifan suaminya yang semakin menjadi. Selain perut yang membuncit, Sophia tidak mengalami perubahan signifikan pada area tubuhnya yang lain, tapi justru Albert yang mengalami perubahan-perubahan itu.Selama tiga minggu terakhir, Albert merutinkan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam bentuk yang ideal. Dia telah memakan makanan yang seharusnya Sophia makan, dia melakukan hal-hal yang seharusnya Sophia ingin lakukan. Dia juga masih sangat sensitif pada aroma dan masing sering muntah-muntah.Sophia tidak mengerti kenapa justru Albert yang mengalami semua itu. Bukankah seharusnya dirinya sebagai ibu yang mengandung? Tapi Dokter mengatakan bahwa itu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 3 - Sweet Honey (19)

    Siang yang mendung ini Sophia bangun dengan perasaan ringan di dadanya. Dia menggeliat sekaligus menguap untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Saat melirik pada jendela yang gordennya telah terbuka, salju turun dari langit dan semuanya nyaris tampak berwarna putih.Sophia pun bangkit duduk sembari menahan selimut untuk menutupi dadanya. Dia mengusap leher ketika mengingat aktivitasnya semalam dengan sang suami, Sophia nyaris merasa bahwa sentuhan pria itu masih tertinggal di kulitnya.Saat menoleh ke samping, dia tidak menemukan Albert di sana, dan seprai terasa dingin yang artinya Albert sudah bangun cukup lama. Sophia lantas bangkit, lalu dilepasnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian berjalan tanpa sehelai benang pun menuju tempat lilin aroma terapi masih menyala, Sophia meniupnya.Dia membutuhkan benda itu, karena ada begitu banyak lukisan di kamarnya ini sekarang. Aroma cat minyak masih tercium dari lukisan-lukisan yang belum sepenuhnya kering,

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 2 - Unexpected Encounter

    Suara deburan ombak memecah kesunyian malam. Semilir angin kencang bertiup, membawa aroma laut yang khas, menerbangkan embun air asin ke bibir pantai. Paula yakin kalau dia berdiri lebih lama di sana dia mungkin akan kembali ke kamar hotelnya dengan pakaian basah.Di akhir tahun yang terasa dingin di Inggris, membuat Paula memutuskan untuk berlibur ke Miami. Dia tidak pernah menyukai musim dingin. Baginya fashion di musim dingin itu terlalu membosankan, dia punya segudang pakaian untuk dipadupadankan di lemarinya.Namun jauh di dalam, alasan mengapa Paula pergi adalah bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengganggu sikap rasionalnya akhir-akhir ini.Alexander Harrison. Pria yang dia pikir akan benar-benar memberinya cincin pertunangan, pergi meninggalkannya, sama seperti pria-pria sebelumnya.Melihat bagaimana Sophia, adik bungsunya yang kaku itu, bahagia dengan curahan cinta dari seorang pria, membuat Paula iri. Terlebih, pria itu adalah Albert Raymo

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status