Waktu yang Sophia tunggu-tunggu pun akhirnya datang. Acara makan malam itu berakhir setelah mereka menyantap makanan penutup yang Sophia ambil dari kulkas. Albert menyukai makanan manis, dan biasanya Dana menyediakan banyak makanan manis untuk lelaki itu. Jadi Sophia mengambil persediaannya.Sophia mengingatkan pada dirinya sendiri, kalau lain kali dia harus mengundang mertua atau orang tuanya datang makan malam ke rumah, Sophia harus menyewa setidaknya tiga pelayan profesional untuk menyiapkan semuanya. Sophia tidak mau kejadian seperti hari ini terjadi lagi.Sebagai tuan rumah, Albert dan Sophia mengantar tamu mereka ke luar sampai di teras. Albert dan Adrian berjalan lebih dulu, menunggu mobil dan sopir sampai di hadapan mereka. Sementara itu, Sophia dan Millie berada sedikit jauh di belakang. Tidak hanya itu, Millie juga menempel seperti cicada pada Sophia, membuat Sophia sangat risih dibuatnya.“Mobil kalian sebentar lagi akan sampai, sebaiknya kau menjauh dan menunggu di samping
Sophia berdecak. “Tidak bisakah kau menjelaskan langsung semuanya padaku?!” serunya dengan marah, yang sedetik kemudian dia sesali. “Maaf, tidak seharusnya aku… maksudku… aku tidak berhak mencampuri urusanmu,” ucap Sophia kemudian, dengan kepala tertunduk menatap kedua tangan di pangkuannya.Keheningan membentang di antara mereka setelah itu seperti sebuah jalan yang panjang yang tidak memiliki ujung.Jantung Sophia berdetak sangat kencang menunggu jawaban Albert, namun lelaki itu tidak kunjung membuka suara. Sehingga Sophia berpikir bahwa apa yang ditanyakannya mungkin terlalu mengusik.Apa Albert marah? Karena Sophia mencampuri urusannya? Atau bertanya sesuatu yang sangat krusial dalam hidup lelaki itu? Kalau memang ya, Sophia semakin penasaran ada apa sebenarnya antara Millie dan Albert.Sophia tentu saja sudah memiliki banyak dugaan di kepalanya berkat semua yang telah diucapkan oleh Millie padanya.Pada hari pernikahannya dengan Albert, Sophia ingat perkataan Millie.Saat itu Sop
“Ya, aku memang memiliki hubungan spesial dengan Millie Matthew.”Suara Albert menyadarkan Sophia dari lamunannya. “Apa katamu?” tanya Sophia yang tidak mendengar ucapan Albert.Albert menghela napas, lalu duduk di samping Sophia, menatap istrinya itu dengan mata teduh. “Millie Matthew, aku memang memiliki hubungan spesial dengannya.”Sophia tidak terkejut mendengar itu karena dia sudah menduganya sejak awal. “Hubungan… seperti apa?” tanya Sophia hati-hati.“Dia mantan kekasihku,” jawab Albert.Ekspresi di wajah Sophia tidak berubah sedikit pun, tapi di dalam dia tetap tidak bisa menghentikan rasa sakit yang menyengat dadanya, persis seperti di malam pernikahan mereka.“Tapi itu hanyalah masa lalu, Sophie,” Albert mengatakan itu untuk menenangkan Sophia.“Aku tahu,” jawab Sophia, tersenyum.Itu memang masa lalu. Hanya saja, masa lalu Albert itu masih menghantui Sophia sampai hari ini. Dan Sophia ingin mendengar lebih.Sampai mana hubungan mereka? Yang membuat Millie begitu yakin bahwa
Keesokan harinya, Sophia bangun kesiangan. Dia langsung membersihkan diri dan mengenakan sweater hangat yang membalutnya sampai leher. Ketika bercermin, Sophia mendapati matanya bengkak dan hidungnya masih memerah.Sophia tidak tahu bagaimana cara untuk menutupi semua itu agar Dana tidak bertanya padanya. Sekarang hampir pukul dua belas siang dan besar kemungkinan Albert sudah sarapan tanpa Sophia dan mungkin Dana juga sudah pergi ke ladang.Sophia sedikit lega karena itu artinya dia tidak harus menghadapi Albert dengan penampilannya yang menyedihkan ini. Sophia bahkan sekarang tidak tahu bagaimana dia bisa menghadapi lelaki itu lagi nanti.Walau begitu, Sophia sudah berencana untuk meminta maaf langsung padanya. Tapi nanti, setelah penampilannya tampak lebih baik.Saat Sophia turun ke dapur, benar seperti dugaannya, Albert tidak ada di sana. Tapi Dana ada, sedang bersih-bersih.Ketika Sophia datang, wanita paruh baya itu menatapnya cukup lama. “Kau baik-baik saja, Dear?” tanyanya.“Y
Albert dan Sophia kini sama-sama di ruang tamu, duduk berhadapan di sofa putih yang empuk, yang anehnya membuat Sophia semakin gugup.“Kenapa… perjanjian?” tanya Sophia bingung.Albert yang tengah mengatur kertas demi kertas di meja mendongak pada Sophia. “Bukankah sudah aku katakan alasannya tadi?”Sophia mengalihkan pandangan dari tatapan intens yang diberikan Albert padanya. “Ya, tapi… kenapa?”Albert terdengar menghela napas sambil menyingkirkan map yang telah kosong ke bawah meja, tanpa mengalihkan tatapannya dari Sophia.“Karena kau selalu tampak ingin lari dariku,” kata Albert.Sophia sama sekali tidak menduga jawaban itulah yang keluar dari bibir Albert. Jantungnya berdetak dengan sangat tidak normal seolah menggedor-gedor ruang dadanya.“Aku tidak akan lari ke manapun. Aku tidak punya tempat untuk pergi selain ke sini.”Ekspresi di wajah Albert tampak puas setelah Sophia mengatakan itu. “Aku senang mendengarnya. Tapi tetap, kita harus menandatangani ini.” Albert menunjuk kert
Keheningan tercipta di antara mereka setelahnya, membuat Sophia canggung dan teringat pada pertengkaran mereka kemarin malam.“Ngh… Albert?”“Hm?”Saat Sophia mendapat seluruh atensi Albert, dia justru merasa semakin gugup. “Aku… minta maaf, pada apa yang aku ucapkan kemarin malam.”Senyum di bibir Albert pun sirna, tatapannya berubah teduh. “Aku juga minta maaf, Sophie. Kita sama-sama kelelahan sehingga melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.”Sophia menggeleng. “Tapi semua yang kau katakan itu benar.”“Aku tahu.”Sophia menunduk dan bergumam pelan. “Maafkan aku.”“Ssstt… sudahlah.” Albert meraih tangan Sophia dan menggenggamnya. “Hubungan ini akan kita jalani berdua, bukan hanya kau atau aku seorang. Terlebih, kita termasuk orang awam dalam urusan ini. Jadi, mari kita coba sama-sama dan menjadi lebih baik.”Sophia tersenyum penuh haru dengan mata berkaca-kaca.“Tentang Millie….” Albert memulai, sebuah topik yang Sophia coba hindari.“Oh tidak. Kau tidak perlu menjelaskan apapun! Aku
Sekalipun malam itu Albert dan Sophia sudah sepakat pada perjanjian yang mereka buat. Hal itu tidak membuat mereka langsung melaksanakannya. Mereka setuju untuk pisah kamar tidur untuk satu malam itu, dengan alasan mempelajari surat perjanjian dengan lebih teliti lagi.Padahal sebenarnya, itu tidak benar sama sekali. Usul itu dibuat oleh Sophia yang merasa bahwa dia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum jantungnya meledak.Sophia tidak kuasa menahan rasa gembiranya. Dia sampai tanpa sadar melakukan hal-hal bodoh di kamar untuk melampiaskan rasa kegembiraannya itu.Semalaman Sophia menggigit bantal yang ia jadikan guling guna menahan teriakannya yang berasal dari buncahan emosi yang tidak tertahankan di dalam dada. Kalau sampai Albert melihat, Sophia pasti akan sangat malu. Itulah kenapa Sophia mengusulkan untuk mereka tidur di kamar masing-masing, sampai Sophia bisa mengontrol emosinya ini.Mereka berdua bertemu di ruang makan pada keesokan harinya. Duduk bersebelahan di b
Seperti yang Albert katakan, bahwa selama seminggu itu, dia begitu sibuk dan bahkan jarang pulang ke rumah. Berita baiknya, Albert tidak pernah absen menghubungi Sophia, mengiriminya pesan-pesan pendek saat makan siang dan malam adalah hal yang rutin.Sophia mengubur dalam-dalam rasa kecewanya karena mereka tidak bisa pergi ke luar. Padahal baru beberapa hari lalu mereka melakukan persetujuan secara resmi untuk hubungan mereka, tapi sekarang sudah dipisahkan seperti ini.Sophia menidurkan kepalanya pada sandaran sofa sambil menatap ke luar jendela. Dedaunan telah menguning dan jatuh, angin mulai membawa udara dingin mendekat, tanda bahwa musim gugur akan datang.Sophia begitu penasaran dengan pohon ek yang Dana gembar-gemborkan. Katanya usianya diperkirakan sudah ratusan tahun, telah tumbuh di tanah mereka bahkan sebelum Dana datang ke tempat ini.Namun Sophia hanya ingin mengunjunginya bersama Albert, dia menolak pergi sendirian.Sophia dengar pohon ek adalah pohon yang sangat sakral