Share

62. Perjanjian (2)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 19:27:00

Keheningan tercipta di antara mereka setelahnya, membuat Sophia canggung dan teringat pada pertengkaran mereka kemarin malam.

“Ngh… Albert?”

“Hm?”

Saat Sophia mendapat seluruh atensi Albert, dia justru merasa semakin gugup. “Aku… minta maaf, pada apa yang aku ucapkan kemarin malam.”

Senyum di bibir Albert pun sirna, tatapannya berubah teduh. “Aku juga minta maaf, Sophie. Kita sama-sama kelelahan sehingga melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.”

Sophia menggeleng. “Tapi semua yang kau katakan itu benar.”

“Aku tahu.”

Sophia menunduk dan bergumam pelan. “Maafkan aku.”

“Ssstt… sudahlah.” Albert meraih tangan Sophia dan menggenggamnya. “Hubungan ini akan kita jalani berdua, bukan hanya kau atau aku seorang. Terlebih, kita termasuk orang awam dalam urusan ini. Jadi, mari kita coba sama-sama dan menjadi lebih baik.”

Sophia tersenyum penuh haru dengan mata berkaca-kaca.

“Tentang Millie….” Albert memulai, sebuah topik yang Sophia coba hindari.

“Oh tidak. Kau tidak perlu menjelaskan apapun! Aku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   63. Obrolan Manis di Telepon (1)

    Sekalipun malam itu Albert dan Sophia sudah sepakat pada perjanjian yang mereka buat. Hal itu tidak membuat mereka langsung melaksanakannya. Mereka setuju untuk pisah kamar tidur untuk satu malam itu, dengan alasan mempelajari surat perjanjian dengan lebih teliti lagi.Padahal sebenarnya, itu tidak benar sama sekali. Usul itu dibuat oleh Sophia yang merasa bahwa dia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum jantungnya meledak.Sophia tidak kuasa menahan rasa gembiranya. Dia sampai tanpa sadar melakukan hal-hal bodoh di kamar untuk melampiaskan rasa kegembiraannya itu.Semalaman Sophia menggigit bantal yang ia jadikan guling guna menahan teriakannya yang berasal dari buncahan emosi yang tidak tertahankan di dalam dada. Kalau sampai Albert melihat, Sophia pasti akan sangat malu. Itulah kenapa Sophia mengusulkan untuk mereka tidur di kamar masing-masing, sampai Sophia bisa mengontrol emosinya ini.Mereka berdua bertemu di ruang makan pada keesokan harinya. Duduk bersebelahan di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   64. Obrolan Manis di Telepon (2)

    Seperti yang Albert katakan, bahwa selama seminggu itu, dia begitu sibuk dan bahkan jarang pulang ke rumah. Berita baiknya, Albert tidak pernah absen menghubungi Sophia, mengiriminya pesan-pesan pendek saat makan siang dan malam adalah hal yang rutin.Sophia mengubur dalam-dalam rasa kecewanya karena mereka tidak bisa pergi ke luar. Padahal baru beberapa hari lalu mereka melakukan persetujuan secara resmi untuk hubungan mereka, tapi sekarang sudah dipisahkan seperti ini.Sophia menidurkan kepalanya pada sandaran sofa sambil menatap ke luar jendela. Dedaunan telah menguning dan jatuh, angin mulai membawa udara dingin mendekat, tanda bahwa musim gugur akan datang.Sophia begitu penasaran dengan pohon ek yang Dana gembar-gemborkan. Katanya usianya diperkirakan sudah ratusan tahun, telah tumbuh di tanah mereka bahkan sebelum Dana datang ke tempat ini.Namun Sophia hanya ingin mengunjunginya bersama Albert, dia menolak pergi sendirian.Sophia dengar pohon ek adalah pohon yang sangat sakral

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   65. Pagi Yang Indah (1)

    Sophia bangun dari tidurnya dengan badan sedikit pegal karena lagi-lagi semalam dia begadang untuk menulis naskah.Setiap kali mendapatkan telepon dari Albert selama pria itu bekerja minggu ini, setelahnya Sophia selalu mendapatkan ide yang mengalir deras dari kepalanya. Hal itu tentu saja tidak Sophia sia-siakan sehingga dia buru-buru menuliskannya, sampai tidak sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul dini hari.Namun, pagi ini ada yang berbeda, karena Sophia terbangun dan mendapati dirinya tidak tidur seorang diri di ranjang. Ada tangan kokoh yang bertengger di perutnya membuat Sophia menoleh ke samping.“Albert?” bisik Sophia dengan suara serak.Albert tengah tertidur dengan posisi tengkurap. Wajahnya setengah tersembunyi di bantal, rambutnya acak-acakan dan seperti biasa, lelaki itu tidak mengenakan atasan sehingga kulitnya yang agak gelap tampak kontras dengan selimut Sophia yang putih.‘Sejak kapan dia pulang? Bukankah dia bilang bahwa minggu ini dia akan sangat sibuk dan tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   66. Pagi Yang Indah (2)

    “Al-Albert…!” seru Sophia terbata. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan lelaki itu tengah berdiri di hadapan toiletnya dengan celana terbuka dan—“Hm?” Albert menjawab dengan gumaman. Dan suara pancuran air yang keras itu belum selesai.“K-kau… kau menjijikkan dan… v-vu-vulgar!” pekik Sophia.Dengan refleks dia menutup wajahnya dengan tangan untuk menahan malu dari apa yang sedang dia dengar. Sophia bahkan tidak peduli pada odol yang berhasil lolos ke tenggorokannya karena semua itu.Suara tawa Albert langsung menggema setelahnya. “What? Aku hanya buang air kecil, Sophie.”Suara flush toilet terdengar setelah itu. Albert ke luar dari dalam sana dan mendekati Sophia. Dia mencuci tangannya di wastafel sambil menatap sang istri di cermin dengan tatapan geli.“Sudah, kau tidak perlu menutup matamu karena aku tidak sedang telanjang,” kata Albert, terkekeh pelan sambil menyugar rambutnya ke belakang dengan jemari yang basah.Sophia pun mengintip dari sela jarinya, mendapati Albert yang ten

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   67. Senyummu (1)

    Sophia mengenakan sun dress berwarna putih dengan hiasan pita di kerahnya yang tinggi, berlengan lebar yang mengerut di bagian pergelangan, dan rok yang panjangnya mencapai mata kaki.Gaun itu adalah salah satu gaun favorite Sophia dan yang paling ingin dia kenakan, tapi belum pernah menemukan waktu yang tepat untuk mengenakannya. Dia bahagia bisa menggunakan momen ini untuk menggunakan gaun itu.Sophia menatap dirinya di depan cermin dan berpikir apakah dia harus mengikat rambutnya atau membiarkannya tergerai. Pilihan itu begitu membingungkan karena Sophia tidak tahu harus memilih yang mana, sampai sebuah suara terdengar menghela napas keras di belakangnya.Albert yang sedari tadi menunggu Sophia sambil berbaring di atas ranjang wanita itu pun bangkit dan menghampiri Sophia di meja riasnya.“Aku lebih suka kalau rambutmu digerai,” kata Albert, kemudian mengambil alih ikat rambut yang mengambang di tangan kanan Sophia.Sophia menatap Albert melalui cermin dan bertanya, “Kenapa?”Deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   68. Senyummu (2)

    Keseluruhan tanah milik Albert di sini memang sangat luas, sampai berpuluh-puluh hektar jauhnya. Jarak antara gerbang utama ke pintu utama saja memakan waktu sekitar sepuluh menit.Selama Sophia tinggal di sana, dia tidak terlalu menaruh peduli akan kekayaan suaminya, tapi sekarang Sophia melihatnya sendiri dan dia merasa sedikit tercengang, padahal Sophia belum melihat semuanya. Albert pasti sangat-sangat kaya raya!Kesadaran itu membuat Sophia merasa jarak di antara mereka semakin jauh dan sulit saja. Tapi Sophia segera menepisnya. Khusus hari ini, dia tidak boleh membiarkan satupun pikiran negatif lolos dari benaknya dan menghancurkan harinya yang indah.Sophia pun menoleh pada Albert dan menatap lelaki itu. Ketampanan Albert masih mengejutkan Sophia terkadang walau dia melihatnya setiap hari. Bahkan sekarang juga begitu, profil samping wajah itu tampak sempurna.Sophia tidak percaya bahwa lelaki di sampingnya ini adalah suaminya. Dan walau hubungan mereka di awal tidak baik-baik s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   69. Di Bawah Pohon Ek

    Apa yang Sophia bayangkan dengan apa yang terjadi sebenarnya ternyata jauh berbeda. Saat Sophia hanya bisa membayangkannya saja, dia tidak merasa perasaan bahagia yang membuncah ini. Saat masih dalam bayangan saja, Sophia tidak bisa merasakan semilir angin lembut dan suara kicauan burung yang indah. Intinya, apa yang terjadi ternyata lebih menyenangkan dari yang dia pikirkan.Sophia ingin terus tersenyum seperti orang bodoh, tapi dia menahan bibirnya sampai-sampai terasa sakit. Dia tidak mau Albert melihatnya seperti orang aneh.Di hadapannya, lelaki itu tengah fokus pada kertas gambar yang dia bawa. Sophia hampir lupa bahwa Albert memiliki bakat yang hebat dalam seni. Sementara itu, Sophia berbaring malas-malasan di atas selimut sambil sibuk makan dan bersantai menikmati semuanya.Mereka sama-sama tidak berbicara, tapi keheningan itu terasa begitu menenangkan.“Sophie, boleh aku minta anggur?” ujar Albert.Sophia berguling, lalu menuangkan wine merah ke dalam gelas yang telah kosong.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Hasrat Terpendam Suamiku   70. Sebuah Keajaiban

    “Katakan sesuatu, Sophie,” bisik Albert dengan suara serak.“A-apa?”“Apapun! Alihkan pikiranku!”Sophia merasa tersanjung sekaligus ingin berlari kabur karena takut. “A-aku… tidak tahu!”Kalau ada yang perlu dialihkan pikirkannya sekarang, itu bukan hanya Albert, tapi juga Sophia!“Haah…!” Albert terdengar menghela napas panjang lagi. Bukannya menjauh, Albert malah memeluk Sophia semakin erat, membungkuk dan menyandarkan kepalanya pada punggung wanita itu.“Kau tercium seperti kebun bunga,” lirih Albert, matanya terpejam erat.Sophia meremas gaunnya kuat-kuat. “Itu karena… ini baju baru,” sahutnya.Albert terkekeh. “Hm… pantas saja. Aku suka kau menggunakan gaun ini.”“Kenapa?”“Kau selalu mengenakan gaun hitam atau pakaian dengan warna gelap lainnya. Melihatmu mengenakan warna putih untuk pertama kali… kau terlihat seperti bidadari.”Sophia nyaris saja ditelan oleh rasa tersanjung, tapi dia segera menyadarkan dirinya. “Bidadari itu kan… sempurna,” gumam Sophia.“Hm?”“Kau mau aku me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status