Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 60. Hubungan Yang Rapuh (2)

Share

60. Hubungan Yang Rapuh (2)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 19:25:17

Keesokan harinya, Sophia bangun kesiangan. Dia langsung membersihkan diri dan mengenakan sweater hangat yang membalutnya sampai leher. Ketika bercermin, Sophia mendapati matanya bengkak dan hidungnya masih memerah.

Sophia tidak tahu bagaimana cara untuk menutupi semua itu agar Dana tidak bertanya padanya. Sekarang hampir pukul dua belas siang dan besar kemungkinan Albert sudah sarapan tanpa Sophia dan mungkin Dana juga sudah pergi ke ladang.

Sophia sedikit lega karena itu artinya dia tidak harus menghadapi Albert dengan penampilannya yang menyedihkan ini. Sophia bahkan sekarang tidak tahu bagaimana dia bisa menghadapi lelaki itu lagi nanti.

Walau begitu, Sophia sudah berencana untuk meminta maaf langsung padanya. Tapi nanti, setelah penampilannya tampak lebih baik.

Saat Sophia turun ke dapur, benar seperti dugaannya, Albert tidak ada di sana. Tapi Dana ada, sedang bersih-bersih.

Ketika Sophia datang, wanita paruh baya itu menatapnya cukup lama. “Kau baik-baik saja, Dear?” tanyanya.

“Y
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   61. Perjanjian (1)

    Albert dan Sophia kini sama-sama di ruang tamu, duduk berhadapan di sofa putih yang empuk, yang anehnya membuat Sophia semakin gugup.“Kenapa… perjanjian?” tanya Sophia bingung.Albert yang tengah mengatur kertas demi kertas di meja mendongak pada Sophia. “Bukankah sudah aku katakan alasannya tadi?”Sophia mengalihkan pandangan dari tatapan intens yang diberikan Albert padanya. “Ya, tapi… kenapa?”Albert terdengar menghela napas sambil menyingkirkan map yang telah kosong ke bawah meja, tanpa mengalihkan tatapannya dari Sophia.“Karena kau selalu tampak ingin lari dariku,” kata Albert.Sophia sama sekali tidak menduga jawaban itulah yang keluar dari bibir Albert. Jantungnya berdetak dengan sangat tidak normal seolah menggedor-gedor ruang dadanya.“Aku tidak akan lari ke manapun. Aku tidak punya tempat untuk pergi selain ke sini.”Ekspresi di wajah Albert tampak puas setelah Sophia mengatakan itu. “Aku senang mendengarnya. Tapi tetap, kita harus menandatangani ini.” Albert menunjuk kert

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   62. Perjanjian (2)

    Keheningan tercipta di antara mereka setelahnya, membuat Sophia canggung dan teringat pada pertengkaran mereka kemarin malam.“Ngh… Albert?”“Hm?”Saat Sophia mendapat seluruh atensi Albert, dia justru merasa semakin gugup. “Aku… minta maaf, pada apa yang aku ucapkan kemarin malam.”Senyum di bibir Albert pun sirna, tatapannya berubah teduh. “Aku juga minta maaf, Sophie. Kita sama-sama kelelahan sehingga melakukan sesuatu tanpa pikir panjang.”Sophia menggeleng. “Tapi semua yang kau katakan itu benar.”“Aku tahu.”Sophia menunduk dan bergumam pelan. “Maafkan aku.”“Ssstt… sudahlah.” Albert meraih tangan Sophia dan menggenggamnya. “Hubungan ini akan kita jalani berdua, bukan hanya kau atau aku seorang. Terlebih, kita termasuk orang awam dalam urusan ini. Jadi, mari kita coba sama-sama dan menjadi lebih baik.”Sophia tersenyum penuh haru dengan mata berkaca-kaca.“Tentang Millie….” Albert memulai, sebuah topik yang Sophia coba hindari.“Oh tidak. Kau tidak perlu menjelaskan apapun! Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   63. Obrolan Manis di Telepon (1)

    Sekalipun malam itu Albert dan Sophia sudah sepakat pada perjanjian yang mereka buat. Hal itu tidak membuat mereka langsung melaksanakannya. Mereka setuju untuk pisah kamar tidur untuk satu malam itu, dengan alasan mempelajari surat perjanjian dengan lebih teliti lagi.Padahal sebenarnya, itu tidak benar sama sekali. Usul itu dibuat oleh Sophia yang merasa bahwa dia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum jantungnya meledak.Sophia tidak kuasa menahan rasa gembiranya. Dia sampai tanpa sadar melakukan hal-hal bodoh di kamar untuk melampiaskan rasa kegembiraannya itu.Semalaman Sophia menggigit bantal yang ia jadikan guling guna menahan teriakannya yang berasal dari buncahan emosi yang tidak tertahankan di dalam dada. Kalau sampai Albert melihat, Sophia pasti akan sangat malu. Itulah kenapa Sophia mengusulkan untuk mereka tidur di kamar masing-masing, sampai Sophia bisa mengontrol emosinya ini.Mereka berdua bertemu di ruang makan pada keesokan harinya. Duduk bersebelahan di b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   64. Obrolan Manis di Telepon (2)

    Seperti yang Albert katakan, bahwa selama seminggu itu, dia begitu sibuk dan bahkan jarang pulang ke rumah. Berita baiknya, Albert tidak pernah absen menghubungi Sophia, mengiriminya pesan-pesan pendek saat makan siang dan malam adalah hal yang rutin.Sophia mengubur dalam-dalam rasa kecewanya karena mereka tidak bisa pergi ke luar. Padahal baru beberapa hari lalu mereka melakukan persetujuan secara resmi untuk hubungan mereka, tapi sekarang sudah dipisahkan seperti ini.Sophia menidurkan kepalanya pada sandaran sofa sambil menatap ke luar jendela. Dedaunan telah menguning dan jatuh, angin mulai membawa udara dingin mendekat, tanda bahwa musim gugur akan datang.Sophia begitu penasaran dengan pohon ek yang Dana gembar-gemborkan. Katanya usianya diperkirakan sudah ratusan tahun, telah tumbuh di tanah mereka bahkan sebelum Dana datang ke tempat ini.Namun Sophia hanya ingin mengunjunginya bersama Albert, dia menolak pergi sendirian.Sophia dengar pohon ek adalah pohon yang sangat sakral

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   65. Pagi Yang Indah (1)

    Sophia bangun dari tidurnya dengan badan sedikit pegal karena lagi-lagi semalam dia begadang untuk menulis naskah.Setiap kali mendapatkan telepon dari Albert selama pria itu bekerja minggu ini, setelahnya Sophia selalu mendapatkan ide yang mengalir deras dari kepalanya. Hal itu tentu saja tidak Sophia sia-siakan sehingga dia buru-buru menuliskannya, sampai tidak sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul dini hari.Namun, pagi ini ada yang berbeda, karena Sophia terbangun dan mendapati dirinya tidak tidur seorang diri di ranjang. Ada tangan kokoh yang bertengger di perutnya membuat Sophia menoleh ke samping.“Albert?” bisik Sophia dengan suara serak.Albert tengah tertidur dengan posisi tengkurap. Wajahnya setengah tersembunyi di bantal, rambutnya acak-acakan dan seperti biasa, lelaki itu tidak mengenakan atasan sehingga kulitnya yang agak gelap tampak kontras dengan selimut Sophia yang putih.‘Sejak kapan dia pulang? Bukankah dia bilang bahwa minggu ini dia akan sangat sibuk dan tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   66. Pagi Yang Indah (2)

    “Al-Albert…!” seru Sophia terbata. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan lelaki itu tengah berdiri di hadapan toiletnya dengan celana terbuka dan—“Hm?” Albert menjawab dengan gumaman. Dan suara pancuran air yang keras itu belum selesai.“K-kau… kau menjijikkan dan… v-vu-vulgar!” pekik Sophia.Dengan refleks dia menutup wajahnya dengan tangan untuk menahan malu dari apa yang sedang dia dengar. Sophia bahkan tidak peduli pada odol yang berhasil lolos ke tenggorokannya karena semua itu.Suara tawa Albert langsung menggema setelahnya. “What? Aku hanya buang air kecil, Sophie.”Suara flush toilet terdengar setelah itu. Albert ke luar dari dalam sana dan mendekati Sophia. Dia mencuci tangannya di wastafel sambil menatap sang istri di cermin dengan tatapan geli.“Sudah, kau tidak perlu menutup matamu karena aku tidak sedang telanjang,” kata Albert, terkekeh pelan sambil menyugar rambutnya ke belakang dengan jemari yang basah.Sophia pun mengintip dari sela jarinya, mendapati Albert yang ten

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   67. Senyummu (1)

    Sophia mengenakan sun dress berwarna putih dengan hiasan pita di kerahnya yang tinggi, berlengan lebar yang mengerut di bagian pergelangan, dan rok yang panjangnya mencapai mata kaki.Gaun itu adalah salah satu gaun favorite Sophia dan yang paling ingin dia kenakan, tapi belum pernah menemukan waktu yang tepat untuk mengenakannya. Dia bahagia bisa menggunakan momen ini untuk menggunakan gaun itu.Sophia menatap dirinya di depan cermin dan berpikir apakah dia harus mengikat rambutnya atau membiarkannya tergerai. Pilihan itu begitu membingungkan karena Sophia tidak tahu harus memilih yang mana, sampai sebuah suara terdengar menghela napas keras di belakangnya.Albert yang sedari tadi menunggu Sophia sambil berbaring di atas ranjang wanita itu pun bangkit dan menghampiri Sophia di meja riasnya.“Aku lebih suka kalau rambutmu digerai,” kata Albert, kemudian mengambil alih ikat rambut yang mengambang di tangan kanan Sophia.Sophia menatap Albert melalui cermin dan bertanya, “Kenapa?”Deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Hasrat Terpendam Suamiku   68. Senyummu (2)

    Keseluruhan tanah milik Albert di sini memang sangat luas, sampai berpuluh-puluh hektar jauhnya. Jarak antara gerbang utama ke pintu utama saja memakan waktu sekitar sepuluh menit.Selama Sophia tinggal di sana, dia tidak terlalu menaruh peduli akan kekayaan suaminya, tapi sekarang Sophia melihatnya sendiri dan dia merasa sedikit tercengang, padahal Sophia belum melihat semuanya. Albert pasti sangat-sangat kaya raya!Kesadaran itu membuat Sophia merasa jarak di antara mereka semakin jauh dan sulit saja. Tapi Sophia segera menepisnya. Khusus hari ini, dia tidak boleh membiarkan satupun pikiran negatif lolos dari benaknya dan menghancurkan harinya yang indah.Sophia pun menoleh pada Albert dan menatap lelaki itu. Ketampanan Albert masih mengejutkan Sophia terkadang walau dia melihatnya setiap hari. Bahkan sekarang juga begitu, profil samping wajah itu tampak sempurna.Sophia tidak percaya bahwa lelaki di sampingnya ini adalah suaminya. Dan walau hubungan mereka di awal tidak baik-baik s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Bab 6 - Family ( END)

    Matahari pagi menerpa wajahnya, memberikan ilusi seolah sinar suci keluar dari pori-porinya. Dan semua anak rambutnya yang berantakan di kepala dan sekitar wajah nya, berwarna keemasan alih-alih cokelat gelap.Albert tersenyum, menatap Sophia dengan mata teduh. Kebiasaan yang sudah dimilikinya sejak lama; bangun pagi-pagi supaya bisa menyisihkan waktu setidaknya setengah jam untuk berpuas diri menatap wajah istrinya itu.Anak pertama mereka sudah lahir, putra bermahkota yang membawa pesan baik; Istvanzino Raymond.Perhatian keduanya jadi terbagi antara satu sama lain dengan anak mereka yang baru berusia satu tahun. Tidak banyak waktu yang Albert habiskan bersama Sophia, begitu pun sebaliknya. Tapi itu tidak apa, karena dia menyayangi putranya lebih dari apapun, dia akan mengorbankan segalanya. Dan Albert tidak ragu bahwa Sophia juga pasti akan melakukan hal yang sama.Hanya pada waktu pagi hari, beberapa saat sebelum Istvanzino terbangun, Albert memiliki

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 5 - Something Very Valuable

    “Albert.”Albert yang tengah memusatkan tatapannya pada layar laptop menoleh pada Sophia yang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Perutnya yang telah membesar mengintip keluar dari kaus polos yang dia kenakan, dan pemandangan itu benar-benar menggemaskan, sukses mengalihkan fokus Albert seketika.“Ada apa, Sophie?”Kening wanita itu berkerut-kerut dalam. Albert mengernyit, kemudian bertanya dengan nada cemas. “Kenapa? Apa perutmu sakit?”Sophia menggeleng.“Lalu?”“Apa kau ingat dengan kalung yang … dulu aku berikan padamu?”“Kalung yang mana?”Tatapan mata Sophia tampak gelisah. Dia mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tampaknya sulit untuk dia jelaskan.“Kalung … yang dulu sering aku kenakan,” ucapnya.Albert mencoba untuk mengingat-ingat, tidak butuh lama dia pun langsung teringat. Tapi keberadaan benda tersebut memang benar-benar telah Albert lupakan.“Ya, kenapa dengan kalung itu?” tanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 4 - In a Sunny Day

    Bulan-bulan berlalu begitu saja.Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, kemudian matahari terasa semakin tinggi dan musim panas pun datang. Usia kandungan Sophia sudah menginjak minggu ke dua puluh enam, atau sekitar tujuh bulan.Semuanya masih terasa sama, kecuali tubuhnya yang membesar dan keposesifan suaminya yang semakin menjadi. Selain perut yang membuncit, Sophia tidak mengalami perubahan signifikan pada area tubuhnya yang lain, tapi justru Albert yang mengalami perubahan-perubahan itu.Selama tiga minggu terakhir, Albert merutinkan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam bentuk yang ideal. Dia telah memakan makanan yang seharusnya Sophia makan, dia melakukan hal-hal yang seharusnya Sophia ingin lakukan. Dia juga masih sangat sensitif pada aroma dan masing sering muntah-muntah.Sophia tidak mengerti kenapa justru Albert yang mengalami semua itu. Bukankah seharusnya dirinya sebagai ibu yang mengandung? Tapi Dokter mengatakan bahwa itu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 3 - Sweet Honey (19)

    Siang yang mendung ini Sophia bangun dengan perasaan ringan di dadanya. Dia menggeliat sekaligus menguap untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Saat melirik pada jendela yang gordennya telah terbuka, salju turun dari langit dan semuanya nyaris tampak berwarna putih.Sophia pun bangkit duduk sembari menahan selimut untuk menutupi dadanya. Dia mengusap leher ketika mengingat aktivitasnya semalam dengan sang suami, Sophia nyaris merasa bahwa sentuhan pria itu masih tertinggal di kulitnya.Saat menoleh ke samping, dia tidak menemukan Albert di sana, dan seprai terasa dingin yang artinya Albert sudah bangun cukup lama. Sophia lantas bangkit, lalu dilepasnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian berjalan tanpa sehelai benang pun menuju tempat lilin aroma terapi masih menyala, Sophia meniupnya.Dia membutuhkan benda itu, karena ada begitu banyak lukisan di kamarnya ini sekarang. Aroma cat minyak masih tercium dari lukisan-lukisan yang belum sepenuhnya kering,

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 2 - Unexpected Encounter

    Suara deburan ombak memecah kesunyian malam. Semilir angin kencang bertiup, membawa aroma laut yang khas, menerbangkan embun air asin ke bibir pantai. Paula yakin kalau dia berdiri lebih lama di sana dia mungkin akan kembali ke kamar hotelnya dengan pakaian basah.Di akhir tahun yang terasa dingin di Inggris, membuat Paula memutuskan untuk berlibur ke Miami. Dia tidak pernah menyukai musim dingin. Baginya fashion di musim dingin itu terlalu membosankan, dia punya segudang pakaian untuk dipadupadankan di lemarinya.Namun jauh di dalam, alasan mengapa Paula pergi adalah bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengganggu sikap rasionalnya akhir-akhir ini.Alexander Harrison. Pria yang dia pikir akan benar-benar memberinya cincin pertunangan, pergi meninggalkannya, sama seperti pria-pria sebelumnya.Melihat bagaimana Sophia, adik bungsunya yang kaku itu, bahagia dengan curahan cinta dari seorang pria, membuat Paula iri. Terlebih, pria itu adalah Albert Raymo

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status