Share

42. Rooftop

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-25 12:32:27

Jauh dari jenis makan malam yang dikatakan Albert saat di rumah tadi, acara makan malam yang Daniel adakan ternyata sebuah perayaan pembukaan restoran barunya yang terletak di lantai paling atas sebuah mall mewah. Sophia datang mengenakan gaun berwarna darksoft purple, membalut cantik tubuhnya yang ramping, berlengan panjang dengan leher tinggi.

Banyak tamu undangan yang datang, dan tidak heran bagi Sophia Albert mengenali beberapa wajah, sehingga mereka berdua harus berhenti beberapa kali untuk menyapa. Sebelum akhirnya mereka sampai pada Daniel yang merupakan tuan rumah dari pesta makan malam mewah itu.

Saat melihat Sophia dan Albert mendekat, senyum Daniel melebar. “Sophie!” serunya.

Sebenarnya Sophia merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan akrab itu, hanya Albert atau beberapa orang terdekat saja yang memanggilnya demikian. Tapi Sophia tidak memprotes panggilan Daniel yang sok akrab itu.

“Daniel, pesta yang sangat mengagumkan,” sapa Sophia, mengulurkan tangan hendak menyalami
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   43. Dari Mana Kita Memulai

    “Aku ingin bicara.”Ya, inilah saatnya, pikir Sophia. Sekalipun mereka tengah berada di tengah-tengah pesta, Sophia merasa suasana di antara dirinya dengan Albert cukup tepat, dan kapan lagi Sophia akan memiliki keberanian seperti ini?“Apa?” Albert menyahut, menatap Sophia dengan ekspresi tenang. Berbanding terbalik dengan ekspresi Sophia sendiri. Dan Albert menyadarinya, apapun yang hendak Sophia katakan pasti sesuatu penting yang telah lama mengganggu pikiran wanita itu. “Ada apa?” tanya Albert lagi.“Ngh…” Sophia tidak sempat selesai mengucapkan perkataannya karena setelah itu, suara letusan terdengar di langit, atensi mereka semua teralihkan ke sana—ke percikan kembang api berwarna-warni yang menghias langit gelap.Sophia menggumam, “Cantik.”Letusan-letusan itu terus meluncur. Kembang api meledak dengan indah. Semua orang menatapnya dengan kagum, terhipnotis dalam momen itu untuk beberapa saat.Namun Albert justru menatap ke arah Sophia, memandang rambut hitam panjang yang tert

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   44. Tidur Bersama (1)

    “Bagaimana kalau malam ini? Kau tidur di kamarku?”Sophia menatap Albert seolah lelaki itu telah kehilangan akal sehatnya. “Kau gila?!”Senyum Albert melebar, lalu dia menggeleng. “Kau sendiri yang menawarkan kompromi ini, kau tidak berhak untuk berkata tidak.” Albert kemudian bangkit berdiri.Mata Sophia bergetar. Membayangkan dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Albert, di atas ranjang, bergelung selimut, itu terlalu… melelahkan. Melelahkan untuk jantungnya.Tidak peduli dengan status mereka yang sudah sah, tetap saja ini adalah hal yang baru.Tapi seperti kata Albert, apakah Sophia berhak untuk mundur sekarang? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Sophia pun ikut berdiri dan mendongak menatap suaminya itu.“Baik. Karena pembicaraan kita juga belum selesai, mungkin sebaiknya kita bicarakan di tempat tidur.” Ekspresi di wajah Sophia saat mengatakannya sangat datar.Albert menahan senyum. “Memang… pembicaraan di atas ranjang itu selalu berbobot, ayo kita lakukan.”***Butuh

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   45. Tidur Bersama

    “Dari mana kita harus memulai?” Albert mengulang pertanyaan Sophia tadi. “Dari sini,” lanjutnya.Lalu entah siapa yang pertama kali melakukan, wajah keduanya saling mendekat, napas mereka beradu tajam. Saat jarak semakin menipis, Sophia memejamkan mata. Albert menatap bibir wanita itu yang tampak begitu mengundang, sebelum akhirnya dia menutupnya dengan bibirnya sendiri.Suara kesiap Sophia tertelan begitu saja saat bibir mereka menyatu, rasa menyengat seperti aliran listrik menggelitik setiap syarafnya. Tidak ada perasaan yang lebih baik dari ini, pikir Sophia.Albert terus melumat bibir Sophia, mengulumnya keras, sampai suara kenikmatan lolos dari bibir wanita itu. Albert begitu senang mendengarnya dan dia menggunakan momen itu untuk menjulurkan lidah, menyatukan bibir mereka lebih panas, dengan lidah yang saling berdansa. Saliva mengalir dari sudut bibir, turun ke dagu. Albert tersenyum, kemudian mengusapnya dan memperdalam ciuman mereka.Sophia mengeluarkan suara itu lagi, yang se

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   46. Sisi Menggemaskan

    Ketika pintu Albert buka, Dana berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi segelas susu berwarna merah muda dan sepiring biskuit rasa cokelat. Mata Dana memicing menatap Albert curiga. Albert menaikkan sebelah alisnya. “Ng… aku tidak butuh cemilan malam i—”Belum sempat Albert selesai berkata, Dana memotong, “Sophia tidak ada di kamarnya, dia belum kembali.” Suara Dana terdengar tajam, seperti seseorang yang tengah mengomeli anak lelakinya.Albert tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin berkata jujur bahwa Sophia sekarang ada di kamarnya, masih menenangkan diri setelah ciuman panas mereka.“Albert, kau tahu Sophia tidak suka saat kau membawa wanita pulang ke rumah,” cerca Dana.Albert butuh beberapa saat untuk mengerti maksud ucapan Dana itu. “Aku—”“Dan kau melakukannya! Bayangkan bagaimana perasaan istrimu kalau dia sampai tahu. Kupikir hubungan kalian akhir-akhir ini sudah membaik. Dan aku tadinya tidak mau ikut campur. Tapi apa yang kau lakukan ini salah, Albert.”

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   47. Permainan Pertanyaan

    Sophia sudah mengganti pakaian, bahkan juga sempat berendam dan membersihkan diri. Lalu setelah itu dia duduk di pinggir ranjang dengan perasaan gugup. Handuk masih menggantung di leher, ujung rambutnya masih basah dan dia belum bersisir.Pakaian yang dikenakannya adalah baju tidur paling tertutup yang dia punya. Sophia tidak mau Albert berpikir bahwa dia tengah menggoda lelaki itu jika menggunakan baju tidurnya yang biasa, yang jauh lebih terbuka dari yang sekarang dikenakannya.Sophia tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini. Semuanya tidak pernah berjalan seperti yang dia inginkan kalau itu menyangkut Albert. Tapi yang terpenting, sekarang Sophia lega karena dia sudah mengutarakan keinginannya. Dia sudah berani melakukannya dan hal itu adalah sebuah rekor yang sangat besar karena selama ini Sophia lebih sering menutup diri dan merasa insecure dengan dirinya.Tangan Sophia kemudian tanpa sadar menyentuh bahunya, turun ke payudara dan berhenti di pinggang. Albert belum melihat ‘bag

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   48. Rencana Makan Malam

    Sophia membelalak. Apa yang baru saja Albert katakan? “Be-beri aku jawaban, bukan pertanyaan ulang.”“Ya, aku yakin karenamu aku jadi tidak masuk kerja hari ini.”“Kenapa karena aku?”“Kau membuatku mabuk kemarin malam.”Cara Albert mengatakannya… terdengar seperti lelaki itu tengah menyalahkannya. Sedangkan Sophia tadi berpikiran berbeda, sekarang dia malu dengan pikirannya sendiri.“Apa aku pernah memaksa sampanye itu masuk ke tenggorokanmu?!”“Wow, kasar sekali.” Albert menyengir, menyembunyikan rasa gelinya.“Kau sendiri yang menerima bergelas-gelas sampanye dari wanita itu! Kenapa aku? Kau bersikap seolah kau tidak terbiasa mabuk saja. Dan seharusnya aku juga menyalahkanmu, pagi ini aku tidak mungkin bangun dengan sakit di kepala kalau kau tidak mengajakku ke pertemuan bisnis yang konyol itu.”“Hm, kau sekarang terdengar benar-benar kesal,” gumam Albert pada dirinya sendiri. Ada nada geli yang terdengar di sana dan membuat Sophia berang.“Aku memang kesal!” Sophia lantas berbalik

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   49. Bekas Luka (1)

    Sophia melepaskan diri dari pelukan Albert dan lelaki itu sama sekali tidak menahannya, lalu Sophia bangun dan duduk membelakangi Albert. Albert juga melakukan hal yang sama, menatap punggung Sophia penuh penasaran.Sementara itu, Sophia merasa sangat gugup dan takut. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan, memantapkan diri. Mereka memang sudah berbicara, tapi hubungan mereka belum terlalu jauh.Albert harus tahu sekarang, karena masih ada waktu untuk mundur.Sophia pun meyakinkan diri, membuka sisa kancing baju tidurnya secara perlahan. Dia tidak sadar jemarinya bergetar ketika melakukan itu.“Sophie…?” panggil Albert dengan mata membelalak lebar, menyadari apa yang hendak Sophia lakukan.Setelah semua kancing dibuka, Sophia menurunkan pakaian tidurnya. Kain lembut itu menuruni bahu Sophia, memperlihatkan garis-garis tidak beraturan dari bekas lukanya, lalu turun semakin ke bawah sampai Sophia yakin semua yang dia punya telah terlihat.Selama melakukan itu, Sophia

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   50. Bekas Luka (2)

    “Apa kau berpikir bahwa aku akan lari karena jijik?”“Hm.”“Tapi aku tidak melakukannya. Itu hanya apa yang kau pikirkan saja, Sophie. Kalau kau berpikir bekas luka itu akan merubah pikiranku, kau salah besar. Kau salah besar karena telah menilaiku serendah itu. Aku berhak marah karena itulah tepatnya yang kau pikirkan.”“Albert…, jujur saja. Belum terlambat kalau kau mau memutus semuanya.”“Pikiranmu terlalu pendek. Kau wanita cerdas, jangan bersikap bodoh!”Sophia menghembuskan napas lelah. “Albert… tolong.”“Sophie, apa masih kurang jelas? Aku tidak jijik seperti yang kau tuduhkan. Dan aku juga tidak akan lari ke manapun. Kau lah satu-satunya orang yang tampak sudah siap untuk kabur. Kalau saja aku tidak langsung memegangmu, kau mungkin sudah meloncat turun dan lari pergi seolah kau lah yang jijik padaku.”“Bukan begitu. A-aku—”“Apa aku menyakitimu?”Sophia menggeleng. Tidak, Albert tidak benar-benar menyakitinya. Rasa sakit yang Sophia rasakan di dadanya sekarang hanyalah rasa ke

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 2

    Sophia mengernyit, kemudian membelalak dan refleks menepis tangan Albert dari wajahnya. Dia memelototi pria itu dengan tatapan tajam.“Jangan berkata seolah kau juga tidak!” seru Sophia. Wajahnya memerah karena malu, seolah dia diingatkan tentang sebuah ketidaksenonohan dari semua undangan-undangan terbuka yang dia lakukan beberapa malam ini secara berturut-turut pada Albert, dan secara berturut-turut juga Albert menolaknya.Dituduh seperti itu, Sophia merasa langsung kehilangan wajahnya sendiri. Dia lantas berbalik dan memunggungi Albert ke jendela.Apakah aku sudah bertindak keterlaluan? pikirnya. Padahal dia hanya senang menggoda Albert, melihat wajah lelaki itu tersiksa oleh kekeraskepalaannya sendiri adalah sebuah hiburan baru bagi Sophia. Tapi dia juga tidak bisa menampik hasrat yang timbul bersamaan dengan kesenangan itu.Namun Sophia tidak suka akan bagaimana Albert mengatakannya sekarang seolah hanya Sophia yang menginginkannya.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 1

    Langit gelap perlahan turun dari jendela, yang selama setengah jam lalu Sophia tatap dengan mata menerawang. Tangannya terlipat di atas sandaran sofa dan dagunya terpaku di sana dengan mata yang setengah terutup.Bosan, itulah yang Sophia rasakan. Hampir satu minggu sudah dia tinggal di apartemen Albert ini dan tidak pernah keluar kemana pun. Sementara Albert bekerja, Sophia ditinggalkan sendiri tanpa aktivitas apapun.Albert melarangnya melakukan banyak hal; memasak, bersih-bersih, mengangkat barang-barang berat, atau berdiri terlalu lama, berjalan terlalu jauh. Lelaki itu menjadi begitu konyol pada beberapa hal. Walau Sophia tahu itu hanya bentuk kekhawatirannya yang berlebihan saja.Setiap malam saat waktunya tidur, Albert akan terjaga sampai dia memastikan Sophia sudah tertidur lelap. Lalu paginya, Sophia harus bangun dalam pelukan pria itu, atau setidaknya Sophia harus di sana saat Albert membuka mata. Kalau tidak, Albert akan tampak panik dengan mata liar

  • Hasrat Terpendam Suamiku   169. Selamanya (END)

    Sophia akan kembali pada Albert.Itulah yang dia inginkan, yang selalu dia inginkan, tapi lebih sering dia tutup-tutupi dengan berbagai macam alasan di kepalanya karena rasa takut untuk tersakiti kembali. Namun kini, entah perasaan ini datang dari mana, Sophia merasa yakin. Terlebih ketika dia teringat pada ucapan menohok yang Daniel katakan siang tadi.“Pastikan bahwa kau tidak akan menyesal di kemudian hari karena keegoisanmu ini, Sophia. Bayi di dalam kandunganmu … membutuhkan ayahnya. Kau tidak akan mau dia berakhir sepertimu, ‘kan?”Kalimat itu bergema dalam telinga Sophia, menguasai benaknya. Dia terlahir tanpa figur ayah, dia tahu bagaimana rasanya. Dan ketika dia memiliki sosok ayah itu, ekspektasinya dijatuhkan oleh kehadiran ibu dan saudara-saudara yang tidak dia kenal. Sophia tidak ingin hal itu terjadi pada anaknya.Mungkin tidak apa-apa kalau memang suatu hari nanti hubungannya dengan Albert tidak berjal

  • Hasrat Terpendam Suamiku   168. Jangan Pergi

    Sophia terkikik-kikik geli oleh respon yang diberikan suaminya. Dia lantas berjinjit, lalu mengecup belakang telinga Albert yang tengah memerah.Sesaat setelah melakukan itu, tubuh Sophia tiba-tiba saja didorong ke belakang dan berhenti saat punggungnya menyentuh meja pantri. Dia pikir akan merasakan sakit akibat benturan tersebut, namun ternyata Albert menahan punggungnya dengan tangan pria itu sendiri, seolah bersikap melindungi Sophia.Perlakuan kecil itu saja sudah membuat jantung Sophia berdetak kencang, terlebih ketika dia mendongak ke atas dan melihat mata pria di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan liar. Sejenak, Sophia merasa menyesal telah menggoda Albert. Tadinya dia hendak lari ke kamar sesaat setelah mengecup pria itu, namun ternyata Albert memiliki pikiran lain. Dan pikiran lelaki itu sungguh berbahaya bagi kinerja jantung Sophia saat ini.Albert mendekatkan wajahnya pada sang istri, menghirup aroma manis buah anggur yang tadi disantapnya seb

  • Hasrat Terpendam Suamiku   167. Daddy

    “Apa kau pernah mendengar sebelumnya seorang ayah yang mengidam ketika istrinya hamil?” kata Sophia.Albert mengernyit, menaikkan sebelah alisnya skeptis, lalu menunduk ke arah perut Sophia. Seketika, ekspresinya berubah datar.Sophia lantas terkekeh geli. “Kau pasti terkejut. Ya tuhan, pantas saja aku sudah tidak lagi mengalami mual-mual, rupanya masalah itu sudah dilimpahkan padamu.” Sophia benar-benar tertawa dengan senang.Albert yang tadinya hendak menggoda istrinya itu mendadak tercenung oleh suara tawa Sophia yang rasanya sudah lama tidak dia dengar. Albert memandang wajah cantik istrinya itu yang tampak berseri-seri, cerah, dan begitu terhibur. Albert merasa dia tidak akan bisa lagi mengalihkan pandangnya dari apa yang kini ada di hadapannya.Namun, karena keterdiaman Albert itu, Sophia langsung sadar dan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan. “Maaf, tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi,” kata Sophia de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status