Home / Romansa / Hasrat Terlarang dengan Atasan / BAB 105 Antara Hidup dan Mati

Share

BAB 105 Antara Hidup dan Mati

Author: Prisma
last update Last Updated: 2024-07-24 23:00:10

Suara denting sendok yang beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan di dapur rumah Venina. Nadia, yang sedari tadi mengamati putrinya, akhirnya membuka suara dengan nada cemas, "Ada apa, Nina? Kamu sakit?"

Venina tersentak dari lamunannya, tangannya yang gemetar menjatuhkan gelas yang dipegangnya. Suara pecahan kaca memenuhi ruangan, seolah menjadi simbol kekacauan dalam hatinya.

Dengan tergesa, Venina berlutut, berusaha mengumpulkan serpihan kaca. Tanpa disadari, ujung jarinya tergores, meninggalkan jejak merah di lantai putih.

"Tinggalkan saja, Nina. Nanti biar Tuti yang membersihkannya," ujar Nadia lembut, meraih tangan putrinya dan menghentikan pendarahan di jarinya.

Sentuhan ibunya seakan membangunkan Venina dari trans. Tiba-tiba, firasat buruk menyelimuti hatin

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 106 Cinta dan benci

    "Ngapain sih Papa bawa dia ke sini lagi?"Kata-kata itu meluncur tajam dari bibir Erna, membelah keheningan. Matanya menyipit penuh kebencian, menatap sosok wanita yang berdiri di belakang ayahnya. Wanita yang selama tujuh belas tahun absen dari hidupnya, kini berdiri canggung di ambang pintu, seolah tak yakin apakah ia berhak berada di sana.Erlangga menghela napas berat, berusaha menenangkan diri sebelum menjawab putrinya. "Jangan begitu, Er," bisiknya lembut namun tegas. "Ibu datang karena mau ketemu kamu."Erna mendengus, senyum sinis tersungging di bibirnya yang pucat. Matanya menyapu sosok Venina dari atas ke bawah, tatapannya penuh penghinaan. "Ke mana aja dia selama tujuh belas tahun ini? Kenapa baru datang sekarang?"Kalimat itu menohok Venina tepat di jantungny

    Last Updated : 2024-07-25
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 107 Harapan di Masa Lalu

    "Benar kamu sudah yakin dengan keputusan ini, Nina?"Pertanyaan itu menggantung di udara, berat dan menusuk. Nadia menatap putrinya dengan sorot mata cemas, tangannya meremas-remas gugup sementara Venina sibuk memindahkan pakaian ke dalam koper."Benar kamu sudah yakin dengan keputusan ini, Nina?"Pertanyaan itu menggantung di udara, berat dan menusuk. Nadia menatap putrinya dengan sorot mata cemas, tangannya meremas-remas gugup sementara Venina sibuk memindahkan pakaian ke dalam koper.Venina tersenyum pahit, tatapannya menerawang jauh ke masa lalu. "Apa yang Nina lakukan juga nggak ada bedanya dengan mereka, Bu," balasnya, matanya berkaca-kaca. "Nina jahat. Nina meninggalkan Erna begitu saja. Nina sudah menyia-nyiakannya."

    Last Updated : 2024-07-27
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 108 Jerat masa lalu

    "Mas Angga!"Suara itu meluncur dari bibir Venina, bercampur antara keterkejutan dan ketidakpercayaan. Matanya membelalak lebar, menatap sosok pria yang kini duduk di ruang tengah rumahnya, bermain dengan putranya, Alvero. Seketika, waktu seolah berhenti berputar.Erlangga mengalihkan pandangannya, seutas senyum hangat terukir di bibirnya. "Hai, Nina," sapanya lembut, seolah kehadirannya di sana adalah hal yang paling wajar di dunia."Ibu, coba liat." Suara riang Alvero memecah ketegangan. Bocah itu melangkah ke arah Venina, tangannya menggenggam sebuah mainan robot dengan penuh semangat. "Om Angga bawa ini untuk Al."Venina terdiam, matanya bergantian menatap mainan di tangan putranya dan wajah Erlangga. Dengan gerakan perlahan, ia mengambil mainan itu dan menyerahkanny

    Last Updated : 2024-07-28
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 109 Istri terkasih

    Angin semilir membelai lembut rerumputan di pemakaman, membawa aroma bunga-bunga yang ditaburkan di atas makam. Venina berdiri terpaku, matanya terpancang pada batu nisan di hadapannya. Nama yang terukir di sana seolah menertawakannya, mengejek ketidaktahuannya selama ini."Nathalia Soetanto1985 - 2015Istri dan Ibu yang Terkasih"Venina bersimpuh, jemarinya gemetar menyentuh ukiran nama itu. Air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya tumpah, membasahi pipinya yang pucat. "Mbak Lia..." bisiknya lirih, suaranya tercekat oleh isakan yang tak tertahankan."Maafkan aku, Mbak... Maafkan aku..."Di belakangnya, Erlangga berdiri dengan wajah sendu. Matanya yang berkaca-kaca men

    Last Updated : 2024-07-29
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 110 Jejak Luka dan Harapan

    "Ibu yakin Rio pasti mengerti, Nina. Dia begitu mencintaimu. Dia juga pasti tidak suka melihatmu sedih terus dan meratapinya."Kata-kata Nadia menusuk hati Venina, membuat wanita itu tersentak dari lamunannya. Dia menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca, tangannya secara refleks meremas jari-jemarinya sendiri, seolah mencari kekuatan dari dalam dirinya.Nadia menghela napas panjang, tangannya yang keriput menyentuh lembut pundak putrinya. Matanya memancarkan kekhawatiran sekaligus pengertian yang mendalam. "Sayang, sudah tiga tahun berlalu. Mungkin sudah waktunya kamu membuka hatimu lagi.""Tapi Bu, bagaimana bisa Nina..." Venina tak mampu melanjutkan kalimatnya. Matanya menerawang jauh ke luar jendela, menatap langit senja yang mulai memerah. Warna yang mengingatkannya pada senyum hangat Rio.

    Last Updated : 2024-07-31
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 111 Mimpi yang menjadi nyata

    Venina berdiri di depan cermin, memandangi bayangannya dalam balutan gaun pengantin sederhana. Tidak ada kemewahan, tidak ada pesta besar. Hanya sebuah acara pemberkatan sederhana yang akan dihadiri oleh orang-orang terdekat. Itulah yang ia inginkan, sebuah momen intim untuk memulai lembaran baru hidupnya bersama Erlangga."Kamu siap, sayang?" tanya Nadia, ibunya, sambil merapikan rambut Venina.Venina mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Nina siap, Bu.”Sementara itu, di ruangan lain, Erlangga berdiri gelisah. Matanya terus melirik ke arah pintu, berharap putrinya akan muncul. Percakapan mereka beberapa hari lalu masih terngiang jelas di telinganya."Papa ingin kamu hadir dan menyaksikan kebahagiaan kami," Erlangga menatap Erna dengan penuh permohonan.

    Last Updated : 2024-08-01
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 112 Luka lama yang belum sembuh

    Setelah upacara pernikahan yang sederhana namun penuh makna itu, Erlangga dan Venina memulai lembaran baru kehidupan mereka.Erlangga telah menyiapkan sebuah rumah baru yang nyaman untuk keluarga kecil mereka. Venina dan Alvero pindah ke rumah itu, memulai babak baru dalam hidup mereka.Awalnya, semua terasa seperti mimpi indah bagi Venina. Setiap pagi, ia terbangun dengan senyum di wajahnya, merasakan kehangatan Erlangga di sampingnya. Mereka sarapan bersama, Alvero berceloteh riang tentang sekolahnya, dan Erlangga tersenyum lembut mendengarkan. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada satu kursi yang selalu kosong di meja makan mereka - kursi Erna.Erna masih belum bisa menerima kehadiran ibunya. Gadis itu memilih untuk tetap tinggal di rumah lamanya bersama Amita. Setiap kali Erlangga mengajaknya berkunjung, Er

    Last Updated : 2024-08-02
  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 113 Semakin tak terkendali

    Setiap hari, ulah Erna semakin menjadi-jadi. Semenjak mereka tinggal bersama, gadis itu seolah berusaha mendorong batas kesabaran keluarganya.Erna mulai pulang larut malam, kadang bahkan menjelang pagi, dengan pakaian yang membuat Venina mengernyitkan dahi. Rok mini, atasan ketat, dan make-up tebal menjadi pemandangan yang sering menyambutnya saat membukakan pintu untuk putrinya.Venina mencoba berbicara baik-baik dengan Erna, "Sayang, ini sudah lewat tengah malam. Ibu khawatir sama kamu."Namun Erna hanya mendengus, "Bukan urusan lo. Gue udah dewasa."Setiap kali Erlangga melakukan perjalanan bisnis, situasi menjadi semakin tidak terkendali. Hampir setiap hari Minggu, Erna membawa teman pria yang berbeda ke rumah. Venina hanya bisa menggigit bibir, menahan amarah

    Last Updated : 2024-08-03

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 129 (Final Chapter)

    Venina sedang menyiapkan teh di dapur ketika Erlangga menghampirinya dengan wajah serius. "Nina, kita harus bicara soal Erna," ujarnya dengan nada tegas.Venina menghela napas panjang, sudah menduga arah pembicaraan ini. "Ada apa lagi, Mas?""Saya rasa kita harus lebih tegas. Erna harus menggugurkan kandungannya," Erlangga berkata tanpa basa-basi.Cangkir teh di tangan Venina hampir terlepas. Dia menatap suaminya dengan tatapan tak percaya. "Apa? Mas bercanda, kan?""Saya serius, Nina. Ini demi masa depan Erna. Dia masih terlalu muda, belum siap jadi ibu," Erlangga bersikeras.Venina menatap suaminya dengan tajam, "Mas, aku nggak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu. Erna itu anak kita, darah daging kita sendiri. Gimana bisa

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 128 Gejolak Perasaan 3

    Erlangga berdiri kaku di depan ruang pemeriksaan, matanya tak lepas dari pintu yang tertutup rapat, seolah-olah bisa menembus dinding untuk melihat keadaan putrinya. Kekhawatiran terukir jelas di wajahnya, campuran antara rasa takut akan kondisi Erna dan amarah yang masih bergolak dalam dadanya.“Erna…," bisiknya berulang-ulang, suaranya serak oleh emosi yang tak terbendung. Tangannya mengepal dan mengendur secara bergantian, menunjukkan pergulatan batin yang hebat di dalam dirinya.Venina berdiri di sampingnya, berusaha menenangkan suaminya dengan kata-kata lembut di tengah kecemasannya sendiri. "Erna akan baik-baik saja, Mas. Dia gadis yang kuat."Erlangga menoleh tajam, rahangnya mengeras. Dia masih belum bisa memaafkan Venina yang telah menyembunyikan kehamilan Erna darinya. "Baik-baik saja?" desisn

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 127 Gejolak Perasaan 2

    Erlangga dengan mata berkilat penuh amarah, menerobos masuk ke ruang rapat tanpa peduli tatapan kaget karyawan di sekelilingnya. Fokusnya hanya tertuju pada satu orang: Arya Prasetya.Tanpa basa-basi dan tanpa peduli dengan kehadiran orang lain di ruangan itu, Erlangga mencengkeram kerah kemeja Arya dengan kekuatan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri."Brengsek kau!" desis Erlangga, giginya bergemeletuk menahan amarah yang sudah di ujung tanduk.Arya, yang biasanya tampil penuh wibawa, kini hanya bisa pasrah. Dia tahu hari ini akan tiba, hari di mana Erlangga akan datang padanya.Begitu berada di luar, Erlangga melepaskan cengkeramannya hanya untuk melayangkan pukulan telak ke wajah Arya. Suara debuman keras terdengar ketika tubuh Arya terhempas ke dinding. Namun, Ar

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 126 Gejolak Perasaan

    "Mama, cukup!" teriak Erlangga, suaranya bergetar menahan amarah. "Berhentilah menyakiti Venina dan menghancurkan keluarga saya!"Amita mendengus keras, matanya menyipit penuh kebencian. "Menghancurkan keluargamu? Justru wanita itu yang menghancurkan segalanya!" Dia menunjuk Venina dengan jari gemetar. "Kamu tidak bisa memperlakukan Mama seperti ini hanya karena wanita penghasut seperti dia, Angga!"Erlangga menarik napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. "Mama, please. Hentikan semua ini."Namun Amita seolah kerasukan. Dia melanjutkan dengan suara melengking, "Kamu tidak bisa menjadi anak durhaka hanya karena membela wanita penggoda yang telah membunuh Nathalia dan membuat Erna kehilangan kasih sayang!"Kata-kata itu menjadi pemicu yang menghancurkan pertaha

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 125 Kilatan Kemarahan 2

    Mobil melaju dalam keheningan yang mencekam. Venina mencengkeram setir erat, sesekali melirik ke arah Erna yang duduk diam di sampingnya. Putrinya itu tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, matanya kosong menatap jalanan yang bergerak cepat di luar jendela.Venina ingin sekali memecah kesunyian ini, ingin memeluk Erna dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, dia tahu ini bukan saat yang tepat. Luka dan kebencian yang selama ini tertanam di hati gadis itu tidak bisa begitu saja hilang dalam sekejap.Erna, di sisi lain, merasakan pergolakan batin yang hebat. Selama ini dia selalu percaya bahwa ibunya adalah wanita jahat yang telah menghancurkan keluarganya. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari Venina. Sisi seorang ibu yang rela berjuang melawan dunia demi anaknya.Setel

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 124 Kilatan Kemarahan

    Ketegangan memenuhi ruangan itu seperti listrik statis yang siap meledak. Amita, dengan wajah merah padam dan mata berkilat-kilat penuh amarah, menatap Venina seolah-olah ingin menghancurkannya di tempat."Berani-beraninya kamu datang ke sini!" desis Amita, suaranya penuh kebencian. "Kamu pikir kamu siapa, tiba-tiba muncul dan merusak segalanya?"Venina, yang berdiri tegak di ambang pintu, tak gentar menghadapi tatapan membunuh mertuanya. Matanya terfokus pada Erna yang terbaring pucat di ranjang pemeriksaan."Erna, Sayang," panggil Venina lembut, mengabaikan Amita. "Kamu nggak apa-apa?"Amita mendengus keras. "Jangan pura-pura peduli, dasar wanita jalang! Kamu tidak punya hak atas Erna!"Venina menoleh tajam ke arah Amita, m

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 123 Sejarah yang terulang 2

    Erna meringkuk di sudut kamarnya, tubuhnya gemetar hebat seolah dilanda demam. Matanya yang sembab menatap kosong ke dinding, sementara tangannya tak henti-hentinya mengusap perutnya yang masih rata. Pikirannya berkecamuk, suara-suara dalam kepalanya saling berteriak."Om Arya..." nama itu terucap lirih, penuh kepedihan. Pria beristri itu, yang hanya menghabiskan satu malam bersamanya, kini telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam hidupnya. Erna terisak, "Kenapa? Kenapa harus seperti ini?"Pikirannya terus berkecamuk, bayangan-bayangan mengerikan berkelebat di benaknya. Wajah kecewa papanya, tatapan jijik dari masyarakat, masa depannya yang hancur... tapi kemudian, dia membayangkan senyum seorang bayi, tawa kecil yang mungkin tak akan pernah dia dengar. Air matanya kembali mengalir deras.Suara ketukan pi

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 122 Sejarah yang terulang 1

    Erna merebahkan tubuhnya di atas ranjang, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar. Kepalanya berdenyut-denyut menahan gejolak emosi yang bergejolak di dalam dirinya.Sepeninggal Om Arya, gadis itu merasa hidupnya seolah runtuh berkeping-keping. Hatinya seakan terkoyak, meninggalkan luka yang mungkin tak akan pernah sembuh. Semua kebahagiaan yang sempat dirasakannya kini berganti dengan rasa sakit yang menyeruak.Tanpa terasa, air mata mulai mengalir di pipinya. Erna menangis dalam diam, tak sanggup lagi menahan gejolak perasaannya. Kenapa Om Arya tega membuangnya begitu saja? Kenapa pria itu begitu keras kepala dengan keputusannya?Erna mengerang frustrasi, menutupi wajahnya dengan bantal, berharap bisa meredam tangisannya. Namun, isak tangisnya tetap lolos, membuat tubuhnya berguncang hebat.

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 121 Bara Tak Terkendali 4

    Arya turun dari ranjang, berlutut di samping Erna. Dengan lembut ia mengangkat dagu gadis itu, memaksa Erna menatap matanya. "Dengarkan Om, Erna. Kamu adalah gadis yang luar biasa. Kamu cantik, pintar, dan punya hati yang baik. Suatu hari nanti, kamu akan menemukan pria yang tepat untukmu. Pria yang bisa mencintaimu sepenuhnya, tanpa beban masa lalu atau kewajiban lain.""Tapi aku maunya Om Arya!" Erna berseru frustasi, air matanya mengalir deras. "Apa kurangnya aku, Om? Apa yang harus aku lakukan supaya Om mau sama aku?"Arya menggeleng pelan, matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. "Bukan masalah kurang atau lebih, Erna. Ini masalah benar dan salah. Hubungan kita... ini salah. Harus berakhir di sini.""Nggak! Aku nggak mau!" Erna mencengkeram lengan Arya erat. "Om nggak bisa ninggalin aku gitu aja setelah apa

DMCA.com Protection Status