Share

Hasrat Membara Mr. Devil
Hasrat Membara Mr. Devil
Penulis: Ummah Rafa

Dijual Ibu Tiri

Penulis: Ummah Rafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku mau dibawa ke mana, Mi?”

Faleesha Falguni menatap bingung pada sang ibu tiri yang menyeretnya. 

Padahal, dia baru saja membersihkan diri setelah mengerjakan segudang pekerjaan rumah tangga yang dilimpahkan padanya, sebagai hukuman karena gadis itu terlambat pulang. 

Apakah dia telah berbuat sesuatu yang salah?

“Berhenti memanggilku Mami!” bentaknya.

“Dan diamlah. Ikuti perintahku atau papamu tidak akan dioperasi,” tegas wanita itu terus melangkah cepat. 

“Tapi—”

“Gak usah banyak omong!” hardik saudara tiri Faleesha tiba-tiba,“Sudah untung mamiku mau merawat papamu yang sakit-sakitan itu, harusnya kamu itu balas kebaikan Mami dengan menurutinya.” 

Faleesha lantas terdiam.

Semenjak kedua orang tuanya berpisah, hidupnya berubah penuh tekanan. 

Dia tidak bisa mengadukan penyiksaan ini karena papanya lebih mempercayai istri barunya. Apa pun yang Faleesha katakan, selalu dibantah. 

Tak terasa, Faleesha pun tiba di sebuah kompleks apartemen mewah yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka. 

Masih diseret, gadis itu pun memasukinya dan bertemu dengan dua pria dalam unit itu. 

“Memalukan! Kalian membuat Tuan Sanders menunggu.”

Ucapan pria berbadan besar bak preman di depannya membuat Faleesha berdegup kencang.

Terlebih, kala matanya tak sengaja menangkap seorang pria yang tengah duduk menyilangkan kaki. 

Dari wajah tampan khas Indo-Belanda itu, terlihat sekali suasana hatinya sedang buruk– seolah hendak melahap semua orang yang berhadapan dengannya. 

“Maaf, Tuan. Kami ada kendala di jalan,” tunduk sang ibu tiri memberi alasan. 

Wanita yang biasanya angkuh itu bahkan menundukkan diri!

Sebenarnya, siapa mereka?

“Benar, ini gara-gara adik saya yang jalannya sangat lambat,” sambung Angela, saudara tiri Faleesha, "silakan hukum dia saja, Tuan." 

“Ck! Kalian masih mau berdrama di sini? Apa kalian mau mati?” murka pria berbadan besar itu seketika.

Dia bahkan tampak mencengkram lengan Angela kuat, hingga gadis itu meringis.

“Tidak apa-apa, Josh. Lagi pula aku sedang luang,” potong pria tampan itu tiba-tiba. "aku akan berbicara pada mereka." 

Asisten Sanders itu sontak terkejut.

Tak biasanya tuannya semurah hati ini. Namun, dia hanya bisa menurutinya. 

“Baik, Tuan,” ucapnya sembari mundur.

Kini, tatapan dingin Sanders Alexio semakin jelas ke arah ketiganya.

Faleesha bahkan tanpa sadar menelan ludah kasar.

“Pulanglah. Aku sudah tak tertarik! Siapkan saja pinaltinya,” titahnya begitu tegas.

"Apa?" Ibu dan saudari tiri Faleesha seketika panik.

“Tapi, Tuan? Gadis ini masih muda dan perawan. Anda tidak dapat menemukan yang lain menjual—”

“Dijual?” ulang Faleesha terkejut.

Ibu tirinya refleks beralih menatapnya tajam. “Kamu pikir dengan cara apa kamu menebus biaya rumah sakit papamu?” 

“Bukankah uang Papa–” 

“Faleesha, turuti saja perintah Mami,” ancam Angela tiba-tiba, “kau mau papamu sembuh atau tidak?”

“Lagipula, kau ‘kan yang kemarin merengek minta agar papamu segera dioperasi?”

Lutut Faleesha seketika melemas. 

Dia tidak menyangka jika kedua orang dihadapannya ini dengan licik menukar kebebasannya untuk biaya operasi papanya yang sebenarnya bisa mengambil dari uang perusahaan. 

Apakah mereka menggelapkan uang ayahnya? 

Sayangnya, dia tak punya kuasa saat ini. ATM-nya saja dibekukan oleh mereka.

Di sisi lain, Sanders hanya menatap drama dari ketiga orang di hadapannya sembari menyesap rokok elektriknya. 

Bahkan, pria itu berdecak malas, hingga membuat ibu dan saudari tiri Faleesha menegang....

“Em, maafkan kami, Tuan.” Angela segera menyahut, "Transaksi ini begitu penting."

"Sebagai permintaan maaf, Anda bisa bawa gadis ini selama yang Anda mau. Kalaupun Anda sudah bosan dengannya, Anda bisa hubungi kami. Biar kami yang mengurusnya,” papar wanita itu kejam sembari menarik tangan Angela untuk keluar.

Bugh!

Didorongnya Faleesha ke arah Tuan Sanders tiba-tiba. 

Untungnya, pria itu sigap menangkapnya, sehingga gadis itu tak perlu tersungkur di lantai.

Jadi, di sinilah Faleesha sekarang--menunggu dengan takut.

Apa yang pria asing ini akan lakukan di kamar mewah miliknya?

Tidak mungkin, hanya berbincang-bincang seperti seorang sahabat, kan?

Terlebih, kala pria itu mendekat.

Refleks, Faleesha menutup mata. 

Namun anehnya, ketakutan gadis itu tak terjadi.

Tuan Sanders justru berkata, “Jika kau takut, kau bisa kembalikan 500 juta."

“500 juta?” beo gadis itu tanpa sadar. Matanya bahkan langsung terbuka kembali.

Tuan Sanders tampak mengangguk, santai. “Aku tidak akan menyentuhmu jika kau bisa mengembalikannya besok, gadis kecil.”

Deg!

Besok? Bagaimana bisa dia mengembalikannya secepat itu?

ATM-nya saja dibekukan.

Pun dia meminta kemurahan hati sang ayah, pria itu pasti tak akan membantunya.

“Jika tak bisa, saranku, kau diam dan menikmatinya saja. Aku janji malam ini lebih cepat dari yang kau duga.”

Ucapan Sanders membuat Faleesha tersadar dari lamunan.

Namun, Sandes begitu cepat, hingga Faleesha kini sudah terkunci dalam lengan kekar pria bermata biru saphire itu. 

Jarak antara dirinya dan Sanders menipis. Dia bahkan bisa merasakan hembusan napas maskulin dari Sanders di wajahnya. 

“Emph-”

Bibir pria itu melumat bibir mungil Faleesha dan menjelajah liar mulut gadis itu. 

Dinginnya AC menjalar kala pria itu merobek bajunya paksa.

Faleesha memberontak, tetapi ia kalah kuat.

Sentuhan Sanders begitu panas dan lihai, hingga Faleesha yang baru pertama kali merasakan sentuhan seintim itu--tak menyadari dirinya mulai terhanyut.

Otaknya menolak, tetapi mengapa tubuhnya perlahan merespons tiap sentuhan pria itu?

Hanya saja, kala telapak tangan Sanders mulai menjelajahi bagian bawah yang selama ini dilindunginya, kesadaran Faleesha seketika kembali!

"Hentikan!" Gadis itu mulai memberontak kembali.

 "Apa kau segitu tak inginnya kusentuh?" ucap Sanders begitu dingin masih tak melepasnya. 

"A--aku..." ucap Faleesha sambil menahan sensasi aneh di tubuhnya. 

"Maafkan aku, Tuan. Tapi, aku tak bisa," ucap gadis itu pada akhirnya, "Dapatkah Anda memberikan waktu sekitar seminggu agar aku bisa melunasi utang ibu dan saudari tiriku?"  

 "Waktu?" Pria di atas tubuh Faleesha itu mendadak tertawa sinis. "Bahkan jika aku memberikannya, kau tak akan bisa melunasinya, gadis kecil!"  

"Aku pasti bisa! Jadi--" 

"Bagaimana caranya? Apa kau mau menjual dirimu ke pria lain untuk mencari uang?" potong Sanders kejam, "kau yakin ada yang berani membayarmu setinggi itu?" 

Kini, gerakan Sanders berhenti. Tatapan pria itu begitu tajam, seperti ketika dia tidak puas pada tindakan Ibu tiri dan saudari tirinya tadi. 

Entah mengapa, hati Faleesha begitu sakit mendengarnya.  

Dan yang paling menyedihkan adalah ucapan Sanders tidak sepenuhnya salah.  

Bahkan, pengobatan ayahnya saja dia butuh bantuan pria ini secara tak langsung.

Namun, ini satu-satunya kesempatan untuk kabur! 

Jadi, Faleesha mengumpulkan keberanian yang tersisa. "Maafkan aku jika lancang, Tuan. Tapi, tolong beri aku waktu."

Tawa Sanders seketika memenuhi ruangan. "Menarik." 

"Kau tahu kalau saudaramu bahkan memberikanmu sampai aku bosan, kan?" ucap pria tampan itu. 

Faleesha mengangguk. Dia menanti apa yang akan Sanders katakan. 

"Dua hari. Kuberi kau dua hari untuk melunasinya dan jangan menampakkan dirimu selama periode itu."  

"Namun jika aku menemukanmu sebelum itu atau kau gagal melunasinya, aku tidak akan melepasmu," tegas Sanders, "bahkan, jika pihak berwajib datang padaku."

Bab terkait

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana

    Mendengar itu, tubuh Faleesha menegang. Hanya saja, tak ada yang dapat dilakukannya selain mengangguk agar dapat dilepaskan oleh Tuan Sanders. Tak lama, pria itu menatapnya dingin sebelum bangkit dari atas tubuh Faleesha.Diperhatikannya punggung lebar pria itu yang mengecil dan menjauh darinya.Brak!Pintu kamar itu tertutup membuat Faleesha memejamkan mata.Disugarnya rambutnya asal dan memakai pakaiannya yang bentuknya sungguh di luar nalar. Hanya saja, nominal 500 juta terus memutar di kepalanya."Ya Tuhan, di mana aku menemukan uang sebanyak itu?" lirihnya pada diri sendiri sebelum akhirnya meninggalkan unit apartemen itu.Namun, ekspresi Faleesha berubah dingin kala menyadari saudara tirinya ternyata tengah menunggu di luar gedung itu sembari menghisap sebatang rokok. “Bagaimana, Faleesha? Kau sudah melayani Tuan Sanders hingga puas?” Faleesha menatap tajam Angela.Wanita itu benar-benar tidak menyembunyikan bahwa dirinya menunggu Faleesha untuk melihat kehancurannya.Sen

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Fitnah

    “Faleesha! Apa yang terjadi padamu?” Faleesha tersenyum maklum kala sahabatnya berteriak seperti itu. Sedari tadi, orang-orang sekitar sudah melihatnya penasaran karena penampilannya yang berantakan.Untungnya, Amber mau menjemput dan menemaninya ke mall terdekat. Setidaknya, dia tidak akan dihadang petugas keamanan.“Udah nanti aja ceritanya. Aku butuh ke rumah sakit sekarang juga, tapi sebelum itu anterin ke mall terdekat ya, kamu bawa mobil, kan?” ucap Faleesha memastikan. Amber mengangguk beberapa kali. “Yaudah, cepet masuk,” balasnya sambil menggandeng Faleesha berjalan cepat. “Aduh,” rintih Faleesha. Dia berhenti sejenak. Sungguh, apakah berhubungan badan untuk pertama kali akan sesakit itu?Gadis itu tak mampu membayangkannya. Padahal tadi, dia belum ke tahap itu...Amber yang tidak tahu yang apa terjadi padanya sontak menatap Faleesha bingung. “Kamu kenapa? Kok jalannya ngangkang-ngangkang gitu? Bisulan?” tanyanya polos.“Iya, bisulan. Mana bisulnya gede banget, mau liha

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Lari!

    “Sabar, Fales.” Amber yang menunggu di luar, dengan sigap memeluk sahabatnya memberi kekuatan.Pasti, ayah sahabatnya itu lagi-lagi tak percaya pada Fallesha!“Kamu pulang duluan aja nggak papa, aku bisa pulang sendiri nanti. Aku masih pengen nemenin Papa,” ujar Faleesha dengan wajah sendu. “Kamu yakin?” tanya Amber tampak ragu. Sebenarnya dia sendiri juga sudah ditunggu Mamanya di rumah. Sang Mama minta ditemani ke suatu tempat. “Iya, kamu pulang aja gih,” balas Faleesha. “Yasudah, kamu jaga diri baik-baik, ya? Kalau ada apa-apa, hubungi aku secepatnya,” pungkas Amber terlihat khawatir. Faleesha mengangguk mantap kemudian memeluk Amber sekali lagi sebelum gadis itu pergi. Setelahnya, dia terduduk sendiri di lobi menunggui sang papa. Hanya saja, tiba-tiba ponselnya berdering keras. “Eric?” gumam Faleesha panik. Mengapa sang kekasih menghubunginya?Seketika Faleesha teringat bahwa sudah kotor dan terlibat dengan seorang Sanders. Masih layakkah dia untuk Eric? “Halo?” jawab F

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Masuk Perangkap

    Rasa takut Faleesha seketika memuncak. Jantungnya hampir melompat keluar saat mendapati sosok yang telah merenggut kesuciannya, berdiri dengan gagahnya mengancam orang lain di sana.“Tuan, kami mohon sekali lagi, kami terpaksa memakai hasil penjualan untuk memutar modal. Kalau tidak, bagaimana kami menggaji para pegawai,” pinta sang pemilik toko.“Itu bukan urusanku, janji tetaplah janji. Kau harus melunasinya tepat waktu,” jawabnya.“Tapi, Tuan. Saya bersedia membayar laba lebih tinggi jika Anda bersedia mengulur waktu satu Minggu lagi, yang terpenting, tolong jangan menutup usaha saya ini,” tawarnya lagi.Salah satu bawahan Sanders yang lain tersenyum. “Nah, itu baru namanya bisnis yang menguntungkan. Karena kau sudah membuang-buang waktu kami ke mari,” sahutnya.“Terima kasih banyak, Tuan,” timpal sang pemiliki toko membungkukkan badan berkali-kali.“Tapi kau harus ingat, jika ingkar, aku bisa mengobrak abrik tempat ini,” ucap bawahan Sanders meninggikan suara. Deg! Faleesha meng

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kandang Harimau

    Sedangkan di tempat berbeda, ibu tiri Faleesha tengah marah besar ketika mendapat laporan dari anak buahnya. “Apa?” pekik Ervina. “Jadi, kalian gagal membawa Faleesha?” “Maaf, Nyonya. Sebenarnya kami sudah hampir berhasil, tapi tiba-tiba saja ada orang yang menyelamatkan Faleesha,” timpal pria berambut botak, takut. “Menyelamatkan dia? Kenapa kebetulan sekali?” “Saya juga tidak tahu. Ini di luar dugaan kami. Kami sungguh minta maaf, Nyonya,” balas anak buah yang lain.“Dasar nggak becus. Percuma aku bayar kalian mahal-mahal.”Waja Ervina begitu kecewa. Hal ini membuat kedua suruhannya hanya bisa tertunduk lesu. “Maaf, Nyonya. Tapi, tolong beri kami kesempatan sekali lagi untuk mencarinya,” ujar pria botak itu lagi. Ervina menautkan kedua alisnya. “Mau cari ke mana? Badan doang gede, tapi kalah sama anak ingusan!”“Tunggu, apa kalian mengenal orang yang menolong Faleesha?” selidik Ervina. “Kami tidak memgenalnya, Nyonya.” “Sial!” Lagi-lagi Ervina mendengus. Siapa orang yang te

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Diperlakukan bak Ratu?

    Kini Faleesha masuk ke dalam salah satu deretan kamar yang tersedia di lantai atas. Dindingnya terukir seperti relief, gadis itu berdecak kagum. “Silahkan istirahat, Nona,” ujar maid. “Tolong tunggu sebentar, saya akan membawakan makanan dan pakaian anda setelah ini.” Faleesha hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Dia bingung harus berbuat apa. Nasibnya berakhir di tangan Sanders. Entah bagaimana, pria itu selalu mampu menyetir Faleesha agar menuruti kemauannya. “Nona. Saya membawakan Anda pakaian baru. Silakan membersihkan diri terlebih dahulu.” Tak berselang lama, Maid itu kembali dengan membawa pakaian bersih. Faleesha sontak mendongak. Diamatinya wanita paruh baya itu yang terlihat seusia dengan Bu Yooshi. “Maaf, Anda akan melayani saya di sini?” “Benar, Nona. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil saya. Tidak perlu segan,” jelas Beatrice.Maid itu memberikan setumpuk pakaian baru yang masih terlipat rapi. “Baiklah, Bu,” jawab Faleesha asal. “Tolong panggil nama say

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Menyebalkan

    Sayangnya, Faleesha tertidur semakin dalam. Dia hilang kesadaran dari relita dan justru tenggelam dalam bayangan masa kecilnya yang kembali tergambar jelas. Kerinduannya pada sang ibu seperti belati tajam yang menusuk jantungnya. “Mama, di mana kamu, mereka jahat,” ujar Faleesha saat dia berumur delapan tahun. Masa itu, kehidupan yang pahit dan getir telah dimulai. Hari-hari bahagianya perlahan sirna. “Faleesha!” Kembali suara bariton Sanders menggema. Tangan kekarnya meraih tubuh mungil Faleesha yang melemah. Gadis itu bisa merasakan tidurnya begitu nyenyak. Siapa yang memanggilnya?Apa ini hanya sebuah halusinasi? “Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini?” Sanders tampak khawatir. Beberapa kali menepuk lembut wajahnya, tak ada reaksi. Pria itu membawanya dengan sigap dan meletakkannya di ranjang. Beruntung Beatrice melapor padanya, jika Faleesha mengunci pintu kamar mandi. Tubuhnya masih berbalut pakaian dan celana jins. Lekuk badannya tercetak jelas dibalik kain

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Hukuman di Kamar

    Ada getar tak biasa dalam hatinya. Namun, Faleesha tak boleh lengah, hanya karena perlakuan Sanders mulai melunak. Gadis itu sontak meronta. Apalagi ketika dia merasakan sesuatu yang keras menempel sempurna di dekat pahanya. “Tidak ada salahnya kita coba lagi, aku akan memberi jeda agar kau juga menikmatinya,” ucap Sanders, "kali ini, sampai selesai." Faleesha menggeleng pelan dengan tatapan memohon. “Aku mohon, Tuan. Jangan,” ujarnya. “Ini hukuman untukmu karena tidak patuh.” Tatapan Sanders menggelap. “Lagi pula, kau sudah menjadi milikku, Sayang.” Sentuhan Sanders semakin liar. Dia bahkan menyentuh titik-titik sensitif Faleesha, hingga gadis itu merasakan sensasi aneh itu lagi. Srak! Dalam sekejap, Sanders berhasil menanggalkan pakaian Faleesha. Gerakannya gesit tanpa bisa dihalau oleh gadis itu. “Jangan diteruskan, aku mohon. Aku bersedia lakukan apapun, asalkan Anda melepasku-” Ucapannya terbata dengan air mata yang mulai luruh. Faleshaa merasa tubuhnya sangat kotor.

Bab terbaru

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Sial Bertubi-tubi

    Faleesha menghentakkan kakinya dengan keras. Dia memakai pantofel setinggi 5 cm. Tersenyum lebar berjalan menuju kedua ibu beranak itu. Angela dan Ervina tampak melongo melihat penampilan Faleesha. Dia sungguh berkelas. Tidak seperti biasanya yang cenderung casual. “Ngapain kamu di sini?” tanya Angela tak suka. Tatapannya penuh kebencian. Karena bukti yang Faleesha berikan membuat gadis itu menang telak. “Harusnya aku yang tanya, untuk apa kalian datang kemari?” Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memberi tatapan tidak bersahabat. “Ck, songong,” gumam Angela kesal. “Begitukah cara kamu berbicara pada ibumu, Fal?” Ervina bersuara. Dia tampak geram melihat tingkah laku Faleesha. Tahu begitu, dulu lebih baik gadis itu dilenyapkan saja. “Lantas aku harus bicara pada Tante dengan nada yang sopan? Sedangkan kalian saja marah-marah tidak tahu tempat, apa tidak malu jadi tontonan banyak orang?” tanya Faleesha penuh penekanan. "Dan satu lagi, Anda bukan ibu saya." “Heh, jang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Keributan Di Perusahaan Fahaz

    “Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rindu Istri

    Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d

DMCA.com Protection Status