Share

Lari!

Author: Ummah Rafa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sabar, Fales.” 

Amber yang menunggu di luar, dengan sigap memeluk sahabatnya memberi kekuatan.

Pasti, ayah sahabatnya itu lagi-lagi tak percaya pada Fallesha!

“Kamu pulang duluan aja nggak papa, aku bisa pulang sendiri nanti. Aku masih pengen nemenin Papa,” ujar Faleesha dengan wajah sendu. 

“Kamu yakin?” tanya Amber tampak ragu. Sebenarnya dia sendiri juga sudah ditunggu Mamanya di rumah. Sang Mama minta ditemani ke suatu tempat. 

“Iya, kamu pulang aja gih,” balas Faleesha. 

“Yasudah, kamu jaga diri baik-baik, ya? Kalau ada apa-apa, hubungi aku secepatnya,” pungkas Amber terlihat khawatir. 

Faleesha mengangguk mantap kemudian memeluk Amber sekali lagi sebelum gadis itu pergi. 

Setelahnya, dia terduduk sendiri di lobi menunggui sang papa. 

Hanya saja, tiba-tiba ponselnya berdering keras. 

“Eric?” gumam Faleesha panik.

Mengapa sang kekasih menghubunginya?

Seketika Faleesha teringat bahwa sudah kotor dan terlibat dengan seorang Sanders.

Masih layakkah dia untuk Eric?

“Halo?” jawab Faleesha akhirnya ragu. 

“Sayang, kamu ke mana saja? Kenapa tidak menghubungiku sejak kemarin? Aku nungguin kabar kamu? Kamu baik-baik aja, kan? Gimana Angela dan ibu tirimu? Mereka melukai kamu lagi?” tanya Eric memberondong pertanyaan. 

Tanpa terasa netra Faleesha menghangat. Eric begitu peduli.

Tapi, apakah dia akan bersikap sama saat tahu tadi malam dirinya bahkan hampir terlena oleh sentuhan pria lain?

“Aku nggak apa-apa,” jawab Faleesha dengan suara tertahan. 

“Beneran kamu baik-baik aja? Jangan bohong sama aku,” lanjut Eric. 

“Aku nggak bohong, Ric. Maaf ya, aku semalam ketiduran, jadi nggak sempet hubungin kamu.” jelas Faleesha terpaksa berbohong. Padahal dalam hati dia menjerit. 

Malam kemarin sungguh sangat menyiksa jiwa dan raganya. 

“Yasudah, kamu sekarang di mana?” tanya Eric langsung. Dia ingin bertemu Faleesha dan mengetahui keadaannya. 

“Aku di rumah sakit. Tapi gak perlu ke sini, Ric.”

“Hah? Kamu serius? Kenap–”

“Keadaan Papa nggak terlalu baik. Jadi, sebisa mungkin aku pengen jaga Papa.”

Terdengar helaan napas dari seberang. Untungnya, Eric setuju. Tanpa banyak tanya. Hal itu membuat Faleesha lega. 

Tak lama, panggilan keduanya terputus.

Tubuh Faleesha seketika gemetar hebat.

Bagaimana bisa dia menghadapi Eric setelah apa yang menimpanya semalam? 

Dia tidak akan bisa bersikap biasa saja dihadapan kekasihnya itu. 

Cukup lama, Faleesha di rumah sakit.

Dia sempatkan diri untuk makan sebentar di kantin sebelum kembali ke rumahnya dan mengambil beberapa pakaian.

Tempat tinggal itu begitu mewah. Sayangnya, tidak ada kehangatan sama sekali di sana.

*** 

“Heh, mau ke mana kamu?” 

Ibu tirinya yang kebetulan baru keluar kamar mandi bertanya sinis kala Faleesha masuk ke rumah.

“Mau ke rumah sakit lagi, Mami,” jawab Faleesha. 

“Tante,” koreksinya kala menyadari tatapan tajam sang ibu tiri. 

“Nggak usah, di rumah aja. Noh kerjaan banyak,” sewot Ervina berkacak pinggang. 

“Bukannya ada Bu Yooshi sama Meri?” 

Benar, mereka adalah asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Faleesha. 

Bu Yooshi bahkan menjadi saksi mata kekejaman Ervina dan Angela sejak usia delapan tahun, serta bagaimana teganya Fahaz mengusir ibu kandung Faleesha dulu.

Dulu, sempat Faleesha berharap Bu Yooshi dapat membantunya. Namun, menyadari Bu Yooshi bahkan tak berdaya karena masih harus membiayai sekolah anaknya, Faleesha pun menyerah.

Di sisi lain, wajah Ervina tampak memerah. Peduli setan ada pembantunya atau tidak!

Yang jelas, dia tidak suka dibantah! 

Jadi, tanpa basa-basi, wanita paruh baya itu menarik rambutnya. 

“Sudah pinter bantah ya sekarang! Walaupun ada pembantu, kamu tetep harus kerjakan tugasmu, jangan manja!” seru Ervina menegaskan. 

Faleesha menarik rambutnya dari genggaman Ervina. “Tapi, aku mau nemenin Papa.”

“Kau pikir bisa berbuat seenakmu, hah?” sela Angela dari arah berlawanan. 

Gadis yang baru saja datang itu tampaknya selesai belanja. Terlihat dia membawa beberapa paper bag berukuran sedang. 

Faleesha jelas menatapnya dengan nanar. 

Daripada menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting, lebih baik digunakan untuk biaya pengobatan sang papa. Tapi, apa yang mereka lakukan?

Mereka malah membuat Faleesha menyerahkan diri pada pria asing dengan cara menjijikkan. 

“Kamu sendiri juga seenaknya pakai uang Papa buat hura-hura. Sadar, itu bukan uang kamu, Angela!” seru Faleesha geram. 

Plak!

Tamparan mendarat di pipi Faleesha.

“Jaga mulutmu!” bentak sang ibu tiri dengan emosi. “Beraninya kau bicara seperti itu pada kakakmu!” 

Feleesha hanya tersenyum hambar. 

Dia sudah biasa menerima perlakuan kasar dari ibu tirinya. Bahkan sewaktu kecil dia pernah mendapat hukuman cambuk yang lebih parah hingga punggungnya membiru. 

Sungguh, Faleesha kini begitu muak! 

“Bukannya ini fakta?” sahut Faleesha balas menatap ibu tirinya, lalu menjauh pergi.

Hal ini jelas membuat ibu dan anak itu murka.

Mereka terus berteriak memaki Faleesha.

"Hei, anak kurang ajar. Berhenti kamu! Mami belum selesai bicara." Ibu tirinya berteriak keras seperti orang kesurupan.

"Udahlah, Mi. Biarin aja, percuma juga ngasi tahu gadis bebal itu, buang-buang tenaga." Saudara tirinya menyahut.

"Iya juga sih, 'kan Mami bisa aduin ke Papa kamu. Pria sakit-sakitan itu mudah sekali percaya sama Mami," pungkasnya percaya diri.

Walaupun Faleesha masih bisa mendengar jelas percakapan mereka, gadis itu menahan diri.

Dia terus saja menjauh dari pintu rumah menuju gerbang dan kembali ke taksi yang sudah menunggunya.

'Bahkan, monil dan sopir yang dibayar papaku sendiri pun tak dapat kunikmati,' lirihnya pedih.

Untungnya, tak lama, mobil itu pun melaju pelan membelah jalanan yang mulai padat.

Hanya saja, kala mobil melintasi toko bunga yang cukup besar, dia tiba-tiba teringat sesuatu.

Ayahnya pernah berkata, jika nama 'Faleesha Falguni' adalah pemberian sang ibu yang berasal dari bahasa sansekerta. Artinya adalah bunga tulip yang sedang mekar. Mungkin, ia harus memberikan bunga tulip pada sang ayah untuk menyemangatinya? Juga, agar Ayahnya selalu teringat padanya. 

Lagipula, Faleesha Kedang kebelet akibat buru-buru pergi dari rumah. Jadi, dia juga bisa menumpang untuk buang air kecil di sana. 

“Berhenti sebentar, Pak,” ucap Faleesha.

“Oh, baik, Non.” Sang supir pun menepikan taksinya.

Faleesha bergegas turun dan menghampiri florist di toko itu. “Permisi.”

“Ya, silakan. Apa ada yang bisa saya bantu?”

“Apa kamu punya serangkaian bunga tulip? Aku ingin satu buket,” balas Faleesha sambil melihat-lihat.

“Tentu saja kami punya. Anda ingin tulip warna apa? Silahkan ikut saya untuk memilih-milih,” ajak florist tersebut.

“Baiklah,” sahut Faleesha, mengikuti langkah wanita itu, “Tapi, maaf. Apakah saya boleh numpang ke kamar kecil dulu?”

“Silakan, di sebelah sana,” jawab sang florist menunjuk salah satu lorong.

Faleesha mengangguk dan segera melewati lorong menuju kamar kecil. Dia merasa lebih lega setelah menuntaskan hajatnya.

Kala selesai, barulah dia menyadari jika tempat ini bukan hanya sekedar toko bunga.

Halaman belakang terhubung dengan restoran cepat saji yang menyediakan berbagai macam aneka menu makanan. Tempatnya luas dan penuh dengan air mancur.

Sepertinya, tempat ini sangat strategis untuk bisnis.

“Tuan! kami mohon, beri waktu satu Minggu lagi untuk melunasi hutang-hutang kami. Hanya toko ini satu-satunya mata pencaharian kami.”

Langkah kaki Faleesha berhenti.

Tanpa sengaja, dia mendengar percakapan dari ruangan di sampingnya.

Kebetulan, daun pintu tersebut terbuka, hingga dirinya bahkan dapat melihat apa yang sedang terjadi.

“Kalau Anda menyitanya, kami makan apa,” lirih seorang pria berperawakan pendek sedang mengiba.

“Waktumu sudah habis, Pak tua. Tuan tidak suka orang yang tidak bisa menepati janji,” ucap salah seorang dari 4 bodyguard bertampang seram di sana, “Hari ini seharusnya hutang-hutangmu sudah lunas.” 

Faleesha sungguh ngeri melihat pemandangan itu. Dia ingin cepat pergi.

Hanya saja, lututnya melemas kala menyadari sosok bos dari orang-orang itu!

"Tuan Sanders?!"

Related chapters

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Masuk Perangkap

    Rasa takut Faleesha seketika memuncak. Jantungnya hampir melompat keluar saat mendapati sosok yang telah merenggut kesuciannya, berdiri dengan gagahnya mengancam orang lain di sana.“Tuan, kami mohon sekali lagi, kami terpaksa memakai hasil penjualan untuk memutar modal. Kalau tidak, bagaimana kami menggaji para pegawai,” pinta sang pemilik toko.“Itu bukan urusanku, janji tetaplah janji. Kau harus melunasinya tepat waktu,” jawabnya.“Tapi, Tuan. Saya bersedia membayar laba lebih tinggi jika Anda bersedia mengulur waktu satu Minggu lagi, yang terpenting, tolong jangan menutup usaha saya ini,” tawarnya lagi.Salah satu bawahan Sanders yang lain tersenyum. “Nah, itu baru namanya bisnis yang menguntungkan. Karena kau sudah membuang-buang waktu kami ke mari,” sahutnya.“Terima kasih banyak, Tuan,” timpal sang pemiliki toko membungkukkan badan berkali-kali.“Tapi kau harus ingat, jika ingkar, aku bisa mengobrak abrik tempat ini,” ucap bawahan Sanders meninggikan suara. Deg! Faleesha meng

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kandang Harimau

    Sedangkan di tempat berbeda, ibu tiri Faleesha tengah marah besar ketika mendapat laporan dari anak buahnya. “Apa?” pekik Ervina. “Jadi, kalian gagal membawa Faleesha?” “Maaf, Nyonya. Sebenarnya kami sudah hampir berhasil, tapi tiba-tiba saja ada orang yang menyelamatkan Faleesha,” timpal pria berambut botak, takut. “Menyelamatkan dia? Kenapa kebetulan sekali?” “Saya juga tidak tahu. Ini di luar dugaan kami. Kami sungguh minta maaf, Nyonya,” balas anak buah yang lain.“Dasar nggak becus. Percuma aku bayar kalian mahal-mahal.”Waja Ervina begitu kecewa. Hal ini membuat kedua suruhannya hanya bisa tertunduk lesu. “Maaf, Nyonya. Tapi, tolong beri kami kesempatan sekali lagi untuk mencarinya,” ujar pria botak itu lagi. Ervina menautkan kedua alisnya. “Mau cari ke mana? Badan doang gede, tapi kalah sama anak ingusan!”“Tunggu, apa kalian mengenal orang yang menolong Faleesha?” selidik Ervina. “Kami tidak memgenalnya, Nyonya.” “Sial!” Lagi-lagi Ervina mendengus. Siapa orang yang te

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Diperlakukan bak Ratu?

    Kini Faleesha masuk ke dalam salah satu deretan kamar yang tersedia di lantai atas. Dindingnya terukir seperti relief, gadis itu berdecak kagum. “Silahkan istirahat, Nona,” ujar maid. “Tolong tunggu sebentar, saya akan membawakan makanan dan pakaian anda setelah ini.” Faleesha hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Dia bingung harus berbuat apa. Nasibnya berakhir di tangan Sanders. Entah bagaimana, pria itu selalu mampu menyetir Faleesha agar menuruti kemauannya. “Nona. Saya membawakan Anda pakaian baru. Silakan membersihkan diri terlebih dahulu.” Tak berselang lama, Maid itu kembali dengan membawa pakaian bersih. Faleesha sontak mendongak. Diamatinya wanita paruh baya itu yang terlihat seusia dengan Bu Yooshi. “Maaf, Anda akan melayani saya di sini?” “Benar, Nona. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil saya. Tidak perlu segan,” jelas Beatrice.Maid itu memberikan setumpuk pakaian baru yang masih terlipat rapi. “Baiklah, Bu,” jawab Faleesha asal. “Tolong panggil nama say

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Menyebalkan

    Sayangnya, Faleesha tertidur semakin dalam. Dia hilang kesadaran dari relita dan justru tenggelam dalam bayangan masa kecilnya yang kembali tergambar jelas. Kerinduannya pada sang ibu seperti belati tajam yang menusuk jantungnya. “Mama, di mana kamu, mereka jahat,” ujar Faleesha saat dia berumur delapan tahun. Masa itu, kehidupan yang pahit dan getir telah dimulai. Hari-hari bahagianya perlahan sirna. “Faleesha!” Kembali suara bariton Sanders menggema. Tangan kekarnya meraih tubuh mungil Faleesha yang melemah. Gadis itu bisa merasakan tidurnya begitu nyenyak. Siapa yang memanggilnya?Apa ini hanya sebuah halusinasi? “Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini?” Sanders tampak khawatir. Beberapa kali menepuk lembut wajahnya, tak ada reaksi. Pria itu membawanya dengan sigap dan meletakkannya di ranjang. Beruntung Beatrice melapor padanya, jika Faleesha mengunci pintu kamar mandi. Tubuhnya masih berbalut pakaian dan celana jins. Lekuk badannya tercetak jelas dibalik kain

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Hukuman di Kamar

    Ada getar tak biasa dalam hatinya. Namun, Faleesha tak boleh lengah, hanya karena perlakuan Sanders mulai melunak. Gadis itu sontak meronta. Apalagi ketika dia merasakan sesuatu yang keras menempel sempurna di dekat pahanya. “Tidak ada salahnya kita coba lagi, aku akan memberi jeda agar kau juga menikmatinya,” ucap Sanders, "kali ini, sampai selesai." Faleesha menggeleng pelan dengan tatapan memohon. “Aku mohon, Tuan. Jangan,” ujarnya. “Ini hukuman untukmu karena tidak patuh.” Tatapan Sanders menggelap. “Lagi pula, kau sudah menjadi milikku, Sayang.” Sentuhan Sanders semakin liar. Dia bahkan menyentuh titik-titik sensitif Faleesha, hingga gadis itu merasakan sensasi aneh itu lagi. Srak! Dalam sekejap, Sanders berhasil menanggalkan pakaian Faleesha. Gerakannya gesit tanpa bisa dihalau oleh gadis itu. “Jangan diteruskan, aku mohon. Aku bersedia lakukan apapun, asalkan Anda melepasku-” Ucapannya terbata dengan air mata yang mulai luruh. Faleshaa merasa tubuhnya sangat kotor.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Tekad Bulat

    Ya, Faleesha tak sanggup membayangkan nasibnya benar-benar berakhir di mansion megah ini.Bau parfum Sanders yang masih melekat di tubuhnya membuat Faleesha merasa risih.Tak mau berlarut, dia pun membersihkan diri dan mulai menyusun rencananya....***Tok tok tok!“Nona!”Suara maid menyambut Faleesha yang baru saja berganti handuk kimono.“Kenapa kau menggedorku seperti itu?” tanya Faleesha datar.“Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memastikan nona baik-baik saja,” jawab sang pelayan. Tampaknya, dia sangat khawatir setelah drama Faleesha mencoba bunuh diri.“Oh.” Tidak seperti sebelumnya yang banyak tanya, Faleesha hanya melewati Beatrice dan menuju meja nakas. Dia mulai menyantap makanannya dengan tenang. Faleesha butuh tenaga untuk memikirkan cara lolos dari tempat ini, bukan?Sayangnya, Beatrice justru lega melihat tingkah Faleesha.Wanita paruh baya itu mengira jika Faleesha sudah menerima takdirnya dengan Sanders.“Non, kalau begitu saya tinggal dulu ya? Masih ada kerjaan yang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Menaklukkan Faleesha

    Faleesha terhenyak saat Sanders melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sontak dia beringsut mundur menjauhi pria itu. “Kau ini berat sekali,” gerutu Sanders. Walaupun ranjang miliknya empuk, tetap saja Faleesha merasakan sakit karena anggota tubuhnya ada yang terkilir. Tiba-tiba Sanders meju mendekati Faleesha, membuat hawa mencekam melingkupi gadis itu.“An-anda mau apa?” suaranya tertahan di tenggorokan. Seringai iblis pun terbit di wajah Sanders sembari menatap lekat tubuh mungil yang tampak gemetar itu.“Hei, kenapa kau setakut ini.” Diusapnya wajah Faleesha dengan lembut. Tapi, tatapan netranya tidak bisa berbohong. Ada kemarahan yang terpendam di sana. Faleesha melihat gairah di mata Sanders, sehingga dia buru-buru merapatkan tubuhnya ke sandaran ranjang. “Kau tanya aku ingin berbuat apa?” tanya Sanders.“Rupanya kamu belum puas bermain-main denganku, Honey.” Senyuman licik kembali tersungging di bibirnya. Faleesha beringsut mundur. “Maafkan aku, aku hanya ingin meliha

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Izin Pulang

    “Nona, saya membawakan obat untuk anda.” Kepala pelayan masuk membawa nampan berisi obat tradisional. “Obat apa?” sela Faleesha datar. “Untuk kaki anda, ini ramuan tradisional, tapi sangat ampuh untuk meredakan sakitnya kaki anda,” jawabnya. Beatrice masih menunggu diambang pintu. Faleesha menghela napas panjang. “Masuklah.” Dia masuk dan meletakkan nampan itu ke meja nakas. “Anda harus selonjor dulu supaya saya bisa memijitnya.” Faleesha mengikuti perkataan Beatrice. Paruh baya ini tampak cakap dan berpengalaman dalam segala hal. “Apa Sanders mengatakan padamu jika aku terjatuh?” tanya Faleesha.Beatrice menggeleng. “Tuan hanya bilang, kaki anda terkilir, saya harus lekas mengobati,” jawabnya. “Nona, apa pun yang sedang coba anda lakukan, lebih baik anda pikir ulang-”“Maaf bukannya lancang, tapi pikirkan keselamatan anda. Satu atau dua kali, mungkin Tuan masih bisa menahan amarahnya, tapi-”“Tapi apa?” tanya Faleesha. “Tapi kalau sudah berulang kali, Saya takut Tuan akan

Latest chapter

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Sial Bertubi-tubi

    Faleesha menghentakkan kakinya dengan keras. Dia memakai pantofel setinggi 5 cm. Tersenyum lebar berjalan menuju kedua ibu beranak itu. Angela dan Ervina tampak melongo melihat penampilan Faleesha. Dia sungguh berkelas. Tidak seperti biasanya yang cenderung casual. “Ngapain kamu di sini?” tanya Angela tak suka. Tatapannya penuh kebencian. Karena bukti yang Faleesha berikan membuat gadis itu menang telak. “Harusnya aku yang tanya, untuk apa kalian datang kemari?” Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memberi tatapan tidak bersahabat. “Ck, songong,” gumam Angela kesal. “Begitukah cara kamu berbicara pada ibumu, Fal?” Ervina bersuara. Dia tampak geram melihat tingkah laku Faleesha. Tahu begitu, dulu lebih baik gadis itu dilenyapkan saja. “Lantas aku harus bicara pada Tante dengan nada yang sopan? Sedangkan kalian saja marah-marah tidak tahu tempat, apa tidak malu jadi tontonan banyak orang?” tanya Faleesha penuh penekanan. "Dan satu lagi, Anda bukan ibu saya." “Heh, jang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Keributan Di Perusahaan Fahaz

    “Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rindu Istri

    Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d

DMCA.com Protection Status