Share

Masuk Perangkap

Penulis: Ummah Rafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rasa takut Faleesha seketika memuncak. Jantungnya hampir melompat keluar saat mendapati sosok yang telah merenggut kesuciannya, berdiri dengan gagahnya mengancam orang lain di sana.


“Tuan, kami mohon sekali lagi, kami terpaksa memakai hasil penjualan untuk memutar modal. Kalau tidak, bagaimana kami menggaji para pegawai,” pinta sang pemilik toko.


“Itu bukan urusanku, janji tetaplah janji. Kau harus melunasinya tepat waktu,” jawabnya.


“Tapi, Tuan. Saya bersedia membayar laba lebih tinggi jika Anda bersedia mengulur waktu satu Minggu lagi, yang terpenting, tolong jangan menutup usaha saya ini,” tawarnya lagi.


Salah satu bawahan Sanders yang lain tersenyum. “Nah, itu baru namanya bisnis yang menguntungkan. Karena kau sudah membuang-buang waktu kami ke mari,” sahutnya.


“Terima kasih banyak, Tuan,” timpal sang pemiliki toko membungkukkan badan berkali-kali.


“Tapi kau harus ingat, jika ingkar, aku bisa mengobrak abrik tempat ini,” ucap bawahan Sanders meninggikan suara. 


Deg!

Faleesha menggeleng. Dia berada di waktu yang tidak tepat. Jangan sampai Sanders tahu keberadaannya di sini.

Gadis itu mundur teratur.

Hanya saja, karena gugup, Faleesha sampai tidak melihat ada vas bunga di sampingnya.


Prang!

Dia tak sengaja menyenggol salah satunya.

“Siapa itu?” Sanders menoleh cepat.

Bawahan pria itu segera melihat keluar barangkali ada seorang penguping.


Namun, tak ada siapa pun di sana.

"Tuan, hanya ada vas yang pecah secara mendadak."

Mendengar itu, Sanders seketika menyunggingkan senyum devil. “Josh! Cepat periksa sekitar, jangan biarkan penguping itu lolos,” titahnya.

“Baik, Tuan.”


***


“Cepat jalan, Pak!" seru Faleesha begitu sampai di dalam taksi.

Tak dipedulikannya bunga yang ingin dibelinya.


Dia bahkan masih mengatur deru napasnya yang tidak beraturan setelah berlari dari tempat kejadian.


“Loh, Nona. Nggak jadi beli bunga?” tanya supir heran.

Gadis itu menggeleng pelan. “Nggak jadi. Yuk, jalan saja, Pak. Cepat!” desaknya.


“Baik, Non.”

Taksi itu pun segera kembali melaju. 


Kala menyadari dia sudah jauh dari toko bunga itu, barulah Faleesha menghela napas, lega.


“Memangnya ada apa, Non?” tanya supir itu kembali kala Faleesha tampak sudah tenang.


“Nggak apa-apa, Pak. Saya takut dikejar orang gila,” jawab gadis itu asal.


“Hah?”

Sang sopir tampak bingung. Dia ingin kembali bertanya, namun tiba-tiba saja sebuah mobil hitam menyalip taksinya.


“Berhenti!” seru salah satu pria yang Faleesha sadari sebagai bawahan Sanders.


Tubuh Faleesha sontak lunglai. 

Bagaimana mungkin mereka bisa mengejar secepat itu?


“Jalan saja terus, Pak. Jangan dihiraukan,” ujar Faleesha cemas.


Keringat dingin keluar membasahi kulitnya. Dia tidak mau berurusan dengan Sanders. Terlebih setelah melihat adegan pemerasan tadi. 


“Tapi, Non-”


“Sudah jalan saja, nggak usah tapi-tapi. Nanti saya kasih tip,” potong Faleesha semakin panik saat taksi dipepet terus oleh bawahan Sanders. 


Meski bingung, sang sopir pun menurut.


Hanya saja…

CIT!

Brak! 


Tiba-tiba tabrakan tidak bisa dielakkan…. 

Kepala Faleesha bahkan terbentur ke samping jendela dengan keras. 

Mobil hitam yang dikendarai bawahan Sanders itu memepetnya hingga ke bahu jalan. 

Di sisi lain, sopir taksi tidak bisa menguasai setir. 

“Maaf, Non. Ini ada apa? Saya nggak mau ikut-ikutan,” ucap supir itu dengan gemetar. 

Tampaknya dia panik karena mengalami kejadian seperti ini. 

Faleshaa menghela napas. 

Benar, dia tidak bisa melibatkan orang lain. “Tidak apa-apa, Pak. Saya turun di sini,” ucapnya lalu memberi uang dan tip pada supir itu. 

Dia segera melesat keluar berlari kencang dari sana–tak menyadari bahwa Sanders melihat itu semua. 

“Jangan biarkan dia kabur,” titahnya lalu turun dari mobil. 

Josh mengangguk. Pria kekar itu menyusul Faleesha yang menuju kerumunan orang. 

Sayangnya, dia kesulitan sebab Faleesha begitu cepat menghilang. “Sial! Di mana gadis itu?” makinya.

Di sisi lain, Faleesha tengah meringkuk di salah satu kios kosong. 

Seketika dia sadar tidak boleh terus berdiam diri di lorong itu. 

Bisa saja ada orang jahat yang juga mengawasinya. Terlebih sejak tadi hatinya tak tenang. 

“Tapi, bagaimana caranya?” lirihnya. 

“Oh kau bersembunyi di sini rupanya!” 

Deg!

Baru saja hendak memikirkan jalan keluar, dua orang berjaket kulit mendekatinya. Tapi … mereka bukan bawahan Sanders yang Faleesha lihat tadi?

“Siapa kalian?” tanya Faleesha hati-hati. 

“Kami suruhan nyonya Ervina. Nyonya menyuruhmu kembali pulang.” 

Mendengar itu, kepala Faleesha terasa pening. 

Belum lolos dari bawahan Sanders, kini ditambah lagi dua pria tak jelas.

Gadis itu curiga. Jangan-jangan, mereka sudah mengikuti Faleesha sejak keluar dari rumah? 

Tidak! Faleesha tidak akan pernah kembali pada ibu tirinya!

Dia lantas mundur perlahan dan mengambil langkah seribu. 

Lari!

“Hei, jangan kabur!” pekik pria itu dengan kencang. 

Namun, Faleesha tak peduli dan terus berlari.

Tak lupa, dia berusaha untuk meminta tolong. Sayangnya, orang-orang tampak takut melihat tampang orang yang mengejar Faleesha.

Gadis itu mulai panik kala justru tiba di gang sempit. 

Bagaimana jika orang-orang ini berniat membunuhnya di jalan buntu itu?

“Nah, kena kau sekarang,” ujar pria itu dengan senyum lebar. 

Langkahnya cepat langsung menyambar lengan Faleesha dan menyeretnya paksa. 

“Lepaskan! Aku tidak mau ikut kalian!  beraninya sama perempuan!” pekik Faleesha meronta. 

Plak

“Diam!” hardik pria itu menampar wajah cantik Faleesha, “Lebih baik simpan tenagamu untuk kejutan yang lebih besar!” 

Faleesha menyadari pria itu menyeringai.

Dia segera waspada dan memutar otak…..

Digigitnya punggung tangan pria itu dengan keras, hingga cengkeramannya terlepas. 

“Argh, dasar jalang! Beraninya kau menggigitku,” bentak pria itu marah. 

Faleesha memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali melarikan diri. 

Hanya saja, pihak lawan sepertinya tak menyerah.

Mereka mulai tampak kembali mengejar.

Sayangnya, langkah Faleesha melambat, mulai kelelahan akibat tenaganya terkuras habis. 

Tumitnya terasa kebas. Dia terengah-engah mengatur napas yang memburu. 

“Anda butuh bantuan, Nona?” 

Seorang pria berbadan seperti pegulat keluar dari mobil Lamborgini yang kebetulan terparkir di sana, tiba-tiba menawarkan bantuan.

Meski seram, Faleesha pikir ini kesempatannya untuk selamat.

Lagipula, kita tak boleh menilai orang dari penampilannya saja, kan?

Jadi, gadis itu pun  mengangguk. “Ya, tolong saya!” 

Tanpa pikir panjang dia lekas menjawab. 

“Baiklah, silakan Anda-” 

“Hei, gadis itu milik kami,” teriak dua pria berjaket yang memacu larinya lebih cepat. 

Faleesha lantas dengan cepat bersembunyi di balik badan pria pegulat. Pria itu menatap lawannya dan tersenyum datar.

Bugh!

Perkelahian seketika tak dapat terelakkan. 

Hebatnya, penolong Faleesha mampu membuat tumbang dua pengejar suruhan ibu tirinya.

“Jangan berani ganggu dia!”

Setelah berkata demikian, pria itu beralih menatap Faleesha. “Mari saya antar pulang, Nona.” 

Lagi-lagi, Faleesha mengangguk.

Lelah fisik dan mental membuatnya menurunkan kewaspadaan.

Dia pun masuk lewat pintu mobil belakang. Mendaratkan tubuhnya dengan lega. 

“Terima ka– 

Baru saja dia hendak mengucapkannya dengan tulus, Faleesha sadar ada orang lain yang duduk di sampingnya. 

“Kita bertemu lagi, gadis kecil.” 

Senyum khas yang melekat di wajah tampannya membuat Faleesha seketika gemetar. “Tuan Sanders?” 

Faleesha lantas berusaha membuka pintu mobil dengan paksa. 

Namun, sia-sia karena pintu itu terlanjur dikunci oleh pria yang tadi menolongnya dan sekarang duduk tenang di kursi pengemudi. 

Wajah Faleesha semakin pucat pasi kala menyadari Sanders membuat jarak keduanya menipis. “Jangan mendekat!” 

“Jangan takut, Faleesha,” ujar Sanders mengikis jarak, "kau ingat perjanjian kita, kan?"

Bab terkait

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kandang Harimau

    Sedangkan di tempat berbeda, ibu tiri Faleesha tengah marah besar ketika mendapat laporan dari anak buahnya. “Apa?” pekik Ervina. “Jadi, kalian gagal membawa Faleesha?” “Maaf, Nyonya. Sebenarnya kami sudah hampir berhasil, tapi tiba-tiba saja ada orang yang menyelamatkan Faleesha,” timpal pria berambut botak, takut. “Menyelamatkan dia? Kenapa kebetulan sekali?” “Saya juga tidak tahu. Ini di luar dugaan kami. Kami sungguh minta maaf, Nyonya,” balas anak buah yang lain.“Dasar nggak becus. Percuma aku bayar kalian mahal-mahal.”Waja Ervina begitu kecewa. Hal ini membuat kedua suruhannya hanya bisa tertunduk lesu. “Maaf, Nyonya. Tapi, tolong beri kami kesempatan sekali lagi untuk mencarinya,” ujar pria botak itu lagi. Ervina menautkan kedua alisnya. “Mau cari ke mana? Badan doang gede, tapi kalah sama anak ingusan!”“Tunggu, apa kalian mengenal orang yang menolong Faleesha?” selidik Ervina. “Kami tidak memgenalnya, Nyonya.” “Sial!” Lagi-lagi Ervina mendengus. Siapa orang yang te

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Diperlakukan bak Ratu?

    Kini Faleesha masuk ke dalam salah satu deretan kamar yang tersedia di lantai atas. Dindingnya terukir seperti relief, gadis itu berdecak kagum. “Silahkan istirahat, Nona,” ujar maid. “Tolong tunggu sebentar, saya akan membawakan makanan dan pakaian anda setelah ini.” Faleesha hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Dia bingung harus berbuat apa. Nasibnya berakhir di tangan Sanders. Entah bagaimana, pria itu selalu mampu menyetir Faleesha agar menuruti kemauannya. “Nona. Saya membawakan Anda pakaian baru. Silakan membersihkan diri terlebih dahulu.” Tak berselang lama, Maid itu kembali dengan membawa pakaian bersih. Faleesha sontak mendongak. Diamatinya wanita paruh baya itu yang terlihat seusia dengan Bu Yooshi. “Maaf, Anda akan melayani saya di sini?” “Benar, Nona. Kalau butuh apa-apa, bisa panggil saya. Tidak perlu segan,” jelas Beatrice.Maid itu memberikan setumpuk pakaian baru yang masih terlipat rapi. “Baiklah, Bu,” jawab Faleesha asal. “Tolong panggil nama say

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Menyebalkan

    Sayangnya, Faleesha tertidur semakin dalam. Dia hilang kesadaran dari relita dan justru tenggelam dalam bayangan masa kecilnya yang kembali tergambar jelas. Kerinduannya pada sang ibu seperti belati tajam yang menusuk jantungnya. “Mama, di mana kamu, mereka jahat,” ujar Faleesha saat dia berumur delapan tahun. Masa itu, kehidupan yang pahit dan getir telah dimulai. Hari-hari bahagianya perlahan sirna. “Faleesha!” Kembali suara bariton Sanders menggema. Tangan kekarnya meraih tubuh mungil Faleesha yang melemah. Gadis itu bisa merasakan tidurnya begitu nyenyak. Siapa yang memanggilnya?Apa ini hanya sebuah halusinasi? “Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini?” Sanders tampak khawatir. Beberapa kali menepuk lembut wajahnya, tak ada reaksi. Pria itu membawanya dengan sigap dan meletakkannya di ranjang. Beruntung Beatrice melapor padanya, jika Faleesha mengunci pintu kamar mandi. Tubuhnya masih berbalut pakaian dan celana jins. Lekuk badannya tercetak jelas dibalik kain

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Hukuman di Kamar

    Ada getar tak biasa dalam hatinya. Namun, Faleesha tak boleh lengah, hanya karena perlakuan Sanders mulai melunak. Gadis itu sontak meronta. Apalagi ketika dia merasakan sesuatu yang keras menempel sempurna di dekat pahanya. “Tidak ada salahnya kita coba lagi, aku akan memberi jeda agar kau juga menikmatinya,” ucap Sanders, "kali ini, sampai selesai." Faleesha menggeleng pelan dengan tatapan memohon. “Aku mohon, Tuan. Jangan,” ujarnya. “Ini hukuman untukmu karena tidak patuh.” Tatapan Sanders menggelap. “Lagi pula, kau sudah menjadi milikku, Sayang.” Sentuhan Sanders semakin liar. Dia bahkan menyentuh titik-titik sensitif Faleesha, hingga gadis itu merasakan sensasi aneh itu lagi. Srak! Dalam sekejap, Sanders berhasil menanggalkan pakaian Faleesha. Gerakannya gesit tanpa bisa dihalau oleh gadis itu. “Jangan diteruskan, aku mohon. Aku bersedia lakukan apapun, asalkan Anda melepasku-” Ucapannya terbata dengan air mata yang mulai luruh. Faleshaa merasa tubuhnya sangat kotor.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Tekad Bulat

    Ya, Faleesha tak sanggup membayangkan nasibnya benar-benar berakhir di mansion megah ini.Bau parfum Sanders yang masih melekat di tubuhnya membuat Faleesha merasa risih.Tak mau berlarut, dia pun membersihkan diri dan mulai menyusun rencananya....***Tok tok tok!“Nona!”Suara maid menyambut Faleesha yang baru saja berganti handuk kimono.“Kenapa kau menggedorku seperti itu?” tanya Faleesha datar.“Tidak apa-apa. Saya hanya ingin memastikan nona baik-baik saja,” jawab sang pelayan. Tampaknya, dia sangat khawatir setelah drama Faleesha mencoba bunuh diri.“Oh.” Tidak seperti sebelumnya yang banyak tanya, Faleesha hanya melewati Beatrice dan menuju meja nakas. Dia mulai menyantap makanannya dengan tenang. Faleesha butuh tenaga untuk memikirkan cara lolos dari tempat ini, bukan?Sayangnya, Beatrice justru lega melihat tingkah Faleesha.Wanita paruh baya itu mengira jika Faleesha sudah menerima takdirnya dengan Sanders.“Non, kalau begitu saya tinggal dulu ya? Masih ada kerjaan yang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Menaklukkan Faleesha

    Faleesha terhenyak saat Sanders melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sontak dia beringsut mundur menjauhi pria itu. “Kau ini berat sekali,” gerutu Sanders. Walaupun ranjang miliknya empuk, tetap saja Faleesha merasakan sakit karena anggota tubuhnya ada yang terkilir. Tiba-tiba Sanders meju mendekati Faleesha, membuat hawa mencekam melingkupi gadis itu.“An-anda mau apa?” suaranya tertahan di tenggorokan. Seringai iblis pun terbit di wajah Sanders sembari menatap lekat tubuh mungil yang tampak gemetar itu.“Hei, kenapa kau setakut ini.” Diusapnya wajah Faleesha dengan lembut. Tapi, tatapan netranya tidak bisa berbohong. Ada kemarahan yang terpendam di sana. Faleesha melihat gairah di mata Sanders, sehingga dia buru-buru merapatkan tubuhnya ke sandaran ranjang. “Kau tanya aku ingin berbuat apa?” tanya Sanders.“Rupanya kamu belum puas bermain-main denganku, Honey.” Senyuman licik kembali tersungging di bibirnya. Faleesha beringsut mundur. “Maafkan aku, aku hanya ingin meliha

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Izin Pulang

    “Nona, saya membawakan obat untuk anda.” Kepala pelayan masuk membawa nampan berisi obat tradisional. “Obat apa?” sela Faleesha datar. “Untuk kaki anda, ini ramuan tradisional, tapi sangat ampuh untuk meredakan sakitnya kaki anda,” jawabnya. Beatrice masih menunggu diambang pintu. Faleesha menghela napas panjang. “Masuklah.” Dia masuk dan meletakkan nampan itu ke meja nakas. “Anda harus selonjor dulu supaya saya bisa memijitnya.” Faleesha mengikuti perkataan Beatrice. Paruh baya ini tampak cakap dan berpengalaman dalam segala hal. “Apa Sanders mengatakan padamu jika aku terjatuh?” tanya Faleesha.Beatrice menggeleng. “Tuan hanya bilang, kaki anda terkilir, saya harus lekas mengobati,” jawabnya. “Nona, apa pun yang sedang coba anda lakukan, lebih baik anda pikir ulang-”“Maaf bukannya lancang, tapi pikirkan keselamatan anda. Satu atau dua kali, mungkin Tuan masih bisa menahan amarahnya, tapi-”“Tapi apa?” tanya Faleesha. “Tapi kalau sudah berulang kali, Saya takut Tuan akan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Di Rumah Papa

    “Tuan Sanders memintaku untuk mengikutimu hingga ke dalam rumah sekalipun,” ujar Emily. Dia seumuran dengan Faleesha. Namun, caranya bersikap sudah seperti orang dewasa. Sesuai dengan arahan Sanders. Pria itu memberi dua pengawal yang menemani Faleesha. “Kalau kamu ikut, bagaimana cara menjelaskannya pada Papa?” protesnya. “Papaku orangnya curigaan, kalau dia semakin marah gimana?” Faleesha tak mau privasinya diketahui orang lain. “Terserah kau. Yang penting aku ikut, aku malas berduaan dengan dia di sini,” jawab Emily sekenanya. “Dia?” ulang Faleesha. Emily mengarahkan dagunya ke arah Nick yang terlihat santai-santai saja. “Oh, kamu tidak mau berduaan saja dengan Nick di dalam mobil?” lanjut Faleesha. Sedangkan Nick tetap memasang tampang cool. Pria berusia 26 tahun yang ditugaskan untuk mengawasi Faleesha sekaligus menjadi pengintainya. Rata-rata pria yang bekerja pada Sanders adalah pria yang terlatih bela diri. “Ck, aku juga malas semobil dengan wanita tomboi seperti

Bab terbaru

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kabar Bahagia (End)

    Sanders menghentikan gerakannya. Dia menatap wajah Faleesha yang sedikit pucat. “Apa kau sakit? Kenapa tidak bilang?” tanya pria itu. Faleesha hanya menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, akhir-akhir ini tubuhku lemas sekali. Aku juga mual kalau mencium baumu.” Sanders seketika mengernyit. “Maksudmu aku bau?” Dia pun mengendus-endus tubuhnya sendiri. Merasai tidak ada yang salah dengan badannya. “Entahlah, aku tidak tau. Kenapa rasanya aku mual jika dekat denganmu,” balas Faleesha. Tetiba gadis itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi dalam perutnya. Sanders mengikuti dan memijat tengkuk belakangnya. “Istirahatlah, aku panggilkan dokter,” titah Sanders. Faleesha hanya mengangguk lemah. Dia berjalan sembari memeluk pinggang sang suami. Walaupun mual dekat Sanders, tapi Faleesha tiba-tiba ingin sekali bermanja-manja dengannya. “Ck, katamu aku bau,” sungut Sanders merengkuh tubuh mungil istrinya. Tiba-tiba saja, Faleesha ambruk. Beruntung Sanders segera menangkapnya. “

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Kesedihan Jinny

    Sesampainya di rumah sakit, Sanders segera memeluk Faleesha erat. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. “Sialan, kau membuatku sangat khawatir,” rutuknya. Pria itu mengecup lembut bibir Faleesha sampai tidak menyadari Meera menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan. “Sst, kamu bisa tidak cium aku nanti aja. Itu Mama lagi sedih,” balas Faleesha berbisik. Sanders langsung terkesiap. Dia baru sadar jika ibu mertuanya berada tak jauh dari Faleesha. “Mama,” sapanya. Meera tersenyum sendu. “Tidak apa-apa, aku pernah merasakan seperti kalian. Masa pengantin baru, yang sulit berjauhan.” Sejurus kemudian tatapannya mengarah ke ruang Fahaz dirawat. “Bagaimana kondisi papa mertuamu?” tanya Meera. “Tidak ada luka yang parah, Ma. Dokter sudah menanganinya. Tetapi karena benturan yang cukup keras, Papa belum sadar hingga sekarang,” terang Sanders. “Baiklah, kalian bisa pulang. Aku yang akan menjaga Fahaz,” sela Meera. “Kita obati dulu tangan Mama,” jawab Faleesha. Meera baru s

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Ervina dan Angela Tertangkap

    “Aku yang seharusnya bicara seperti itu, Ervina. Kau datang kemari tidak membawa apa-apa, pergi juga harusnya tidak membawa apa pun,” tegas Meera tak takut. Dia pun lekas memanggil Wira agar membawa Yooshi ke rumah sakit terlebih dahulu. Pria berkaca mata itu datang tergopoh-gopoh dan terkejut melihat darah yang mengalir dari kepala bagian belakang. Sebenarnya, Wira sedikit mencemaskan keadaan Meera tetapi majikannya itu meyakinkannya agar dia berangkat terlebih dahulu. Meera akan menyusulnya nanti. Setelah Wira menghilang dengan membopong tubuh Yooshi. Ervina semakin menyeringai. “Tamat riwayatmu sekarang.” Ervina bergerak cepat mengeluarkan pisau dari balik saku bajunya yang sudah dia sembunyikan dan menyerang Meera. Meera terkejut melihat wanita yang pernah menjadi sahabatnya itu hendak menghunusnya. Dia langsung menahan pisau itu dengan tangannya. Meera meringis kesakitan saat benda tajam itu merobek telapak tangannya. Darah yang mengucur tidak dia hiraukan. Yang terpenti

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Mari Kita Akhiri

    Secepat kilat mobil Sanders melaju di perjalanan. Dia tidak menghubungi Faleesha terlebih dahulu karena takut sang istri panik. Sesampainya di rumah sakit, Fahaz langsung dibawa ke UGD, beruntung lukanya tidak parah. Hanya benturan kecil yang membuatnya syok hingga pingsan. Dia juga tidak harus dioperasi. Hanya perlu penanganan intensif. Tetapi rahang Sanders sudah mengeras. Pertanda dia benar-benar marah kali ini. “Nick,” panggilnya. “Ya, Tuan,” jawab Nick. “Segera hubungi polisi, dan laporkan kejadian barusan, juga serahkan semua bukti yang memberatkan mereka yang kita dapatkan sebelumnya-” Sanders menjeda ucapannya. “Dan jangan lupa, ambil rekaman CCTV dekat daerah persimpangan kecelakaan terjadi.” “Siap, Tuan.” Pemuda itu bergegas melaksanakan perintah majikannya. Sedangkan Sanders menunggu Fahaz dengan gelisah. Kali ini Ervina dan Angela tidak bisa dibiarkan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Faleesha muncul. Dia terkejut kenapa waktunya tepat sekali. Apa perasaan se

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Gagal

    Fahaz tengah bahagia. Usahanya untuk kembali meminta maaf dan mengambil hati Meera tidak main-main. Walaupun wanita terkasihnya itu masih tidak mau sekedar berbincang, tapi Meera sudah sering mengingatkan dia untuk minum obat. Terkadang ketika ibu kandung Faleesha itu ingin pergi atau angkat kaki dari rumahnya, Fahaz selalu mencari cara agar bisa menggagalkannya. Bertahun lamanya dia telah berbuat tidak adil pada keluarga kecilnya. Ini saatnya menebus semuanya. Bahkan dia tidak ingat sedikitpun tentang Ervina. Wanita licik itu sudah berhasil mengobrak-abrik keluarganya. Fahaz tidak akan membiarkannya kali ini. “Tuan, sepertinya ada yang mengikuti kita sejak tadi,” ujar sang sopir. Fahaz menoleh ke belakang untuk memastikan. “Jalan terus saja, Pak. Abaikan saja. Mungkin kebetulan arah kita sama.” “Baik, Tuan.” “Meera, aku akan menebus kesalahanku dan tidak akan membiarkanmu hidup menderita lagi,” gumam Fahaz dengan wajah berbinar. “Tuan, mobil di belakang semakin mendekat, dan

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rencana Baru Ervina

    “Kamu keren sekali,” bisik Emily. Faleesha menghembuskan napas pelan. “Kamu tidak tahu saja betapa aku menyesal kenapa tidak bisa tegas sama mereka dari dulu.” “Bahkan ketika mereka mengucilkan aku dulu, Papa dengan mudahnya percaya begitu saja. Aku tak mendapat dukungan dari siapa pun, Em. Tapi sekarang, aku tidak akan tinggal diam setelah membongkar kebusukan mereka,” lanjut Faleesha. “Bagus, kamu memang harus seperti itu,” jawab Emily memberi semangat. “Makasih ya, sudah mau menemaniku dan menjagaku.” tiba-tiba gadis itu menjadi sentimentil. Karena selama ini merasa tidak pernah punya keluarga dekat. Dari dulu sang Papa melarangnya bertemu siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Kau ini bicara apa, sudah jadi tugasku. Kau lupa Tuan akan menghabisiku kalau sampai kau kenapa-kenapa,” jawab Emily. Setelah mengatakannya, gadis tomboy itu membuat gerakan menggores lehernya dengan tangan. Membuat Faleesha semakin terkekeh. “Percayalah, suamiku sekarang tidak sekejam itu,” timpalnya.

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Sial Bertubi-tubi

    Faleesha menghentakkan kakinya dengan keras. Dia memakai pantofel setinggi 5 cm. Tersenyum lebar berjalan menuju kedua ibu beranak itu. Angela dan Ervina tampak melongo melihat penampilan Faleesha. Dia sungguh berkelas. Tidak seperti biasanya yang cenderung casual. “Ngapain kamu di sini?” tanya Angela tak suka. Tatapannya penuh kebencian. Karena bukti yang Faleesha berikan membuat gadis itu menang telak. “Harusnya aku yang tanya, untuk apa kalian datang kemari?” Gadis itu melipat kedua tangannya ke dada. Memberi tatapan tidak bersahabat. “Ck, songong,” gumam Angela kesal. “Begitukah cara kamu berbicara pada ibumu, Fal?” Ervina bersuara. Dia tampak geram melihat tingkah laku Faleesha. Tahu begitu, dulu lebih baik gadis itu dilenyapkan saja. “Lantas aku harus bicara pada Tante dengan nada yang sopan? Sedangkan kalian saja marah-marah tidak tahu tempat, apa tidak malu jadi tontonan banyak orang?” tanya Faleesha penuh penekanan. "Dan satu lagi, Anda bukan ibu saya." “Heh, jang

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Keributan Di Perusahaan Fahaz

    “Tuan, saya baru saja menerima informasi dari Emily, Nona Faleesha sedang di perusahaan ayahnya,” ujar Nick. Sanders mengernyit. “Untuk apa?” “Kata Emily ada urusan yang harus Nona selesaikan, ibu dan saudara tirinya berulah lagi,” balas Nick. Ada rasa khawatir yang menyeruak dalam hatinya, namun Sanders berusaha mengabaikan. Bagiamana pun, Faleesha harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia juga nantinya yang akan menggantikan posisi ayahnya. “Apa kita ke perusahaan Tuan Fahaz saja?” tanya Nick memastikan. “Tidak perlu, jalan saja,” balas Sanders. “Apa Tuan tidak khawatir pada Nona?” “Tentu saja khawatir, tapi dia perlu belajar mandiri jika ingin memimpin perusahaan, Jika nanti ada kendala, barulah aku turun tangan,” balas Sanders. Nick tidak pernah melihat perubahan yang begitu besar pada majikannya selama ini. Dinilainya Sanders jauh lebih tenang dan tidak pernah emosi berlebihan. Faleesha benar-benar membawa dampak yang baik untuknya. “Lagipula katamu tadi, ist

  • Hasrat Membara Mr. Devil   Rindu Istri

    Ada seseorang yang keras kepala selain dirinya. Sanders menyadari William bukan hanya keras kepala. Tetapi juga intimidatif. Namun, pria tua itu juga lupa siapa yang sedang ia intimidasi. “Kalau begitu kau mendekati ajalmu sendiri,” ucap William dengan sorot tajam. “Kita lihat hancurnya perusahaanmu perlahan, karena sebentar lagi pemiliknya akan hancur di tanganku.” Pria paruh baya itu yakin kali ini Sanders tidak bisa berkutik, apalagi dia masuk ke dalam rumahnya tanpa ditemani siapa pun. “Bahkan seekor singa pun tidak pernah menerima kekalahan dengan mudah,” ucap Sanders dengan santai. “Sayangnya kau hanya tikus kecil bagiku sekarang-” “Kupikir kau licik seperti kata orang-orang, rupanya kau tak lebih dari sekedar orang bodoh yang ceroboh. Berani sekali kau datang kemari dengan percaya diri, dan aku berharap bisa keluar dengan mudah?” Tawa William menggema di seluruh ruangan. Dia pikir sudah di atas awan. Menang telak atas ketidakberdayaan Sanders. “Aku memang bisa keluar d

DMCA.com Protection Status