“Ayah…!!!” teriak Isabel ketika mendengar berita kecelakaan mobil yang sangat ia kenali. Mobil Mercedes Benz yang khusus sering digunakan oleh sang ayah ketika bertugas mengantar sang bos besar.
Isabel segera menuju Rumah Sakit untuk memastikan kondisi sang ayah yang sudah terkapar lemah dalam berita di televisi tadi. Perasaannya berkecamuk tatkala mengetahui jika sang ayah terluka parah. Orang yang sangat ia kasihi, satu-satunya yang selalu mengharapkan dirinya berhasil sukses dan berjaya.“Ayah aku mohon, bertahanlah demi aku ayah,” tutur Isabel seraya tersedu. Air mata tidak berhenti mengalir di pipinya seraya mengemudi mobil dengan kecepatan penuh.Sesampainya di Rumah Sakit, Isabel segera pergi menuju resepsionis untuk menanyakan sang ayah. Saat tengah kalut menunggu petugas resepsionis mencari data dan nama dari sang ayah, tiba-tiba Isabel melihat sang Tuan Muda berjalan dikawal oleh dua orang bodyguard menuju dirinya.“Apa yang kau lakukan disini?,” tanya James Van Der Mick.“A-aku sedang mencari keberadaan dari ayahku, dia kecelakaan dan dikabarkan dibawa ke Rumah Sakit ini untuk mendapatkan perawatan Tuan.” sahut Isabel dengan perasaan sedikit gugup.James pun hanya mengangguk, lalu berlalu dari sana meninggalkan Isabel yang masih panik dan tergesa-gesa.“Nona, pasien atas nama Tuan Atmajaya masih berada di ruang Unit Gawat Darurat.” ungkap petugas resepsionis tadi yang sedang berjaga.“Terima kasih Suster, kalau begitu saya permisi.” tutur Isabel, ia langsung pergi setelah mendapatkan informasi dari petugas tadi.Isabel berlari dengan tergopoh-gopoh sebab perasaan panik membuat tubuhnya melemah saat mendengar sang ayah kecelakaan. Satu persatu ruangan terlewati hingga ia sampai di depan pintu Unit Gawat Darurat yang ia tuju. Baru saja kakinya menginjak di depan pintu, sebuah bed pasien di dorong keluar dari dalam Unit Gawat Darurat.Isabel mematung ketika melihat sosok yang tertutup dengan kain putih terbaring di bed tersebut, selangkah demi selangkah ia berjalan menuju bed yang berjarak satu meter di depannya.“Ayah..!!!” teriak Isabel seraya memeluk jenazah tersebut, air matanya tumpah saat mengetahui jika sang ayah sudah menjadi jasad.Dokter dan Suster pun saling tatap satu sama lain, merasa heran dengan Isabel yang tengah menangisi jasad yang mereka bawa.“Maaf Nona, tetapi pasien ini berjenis kelamin perempuan.” tutur Dokter memberi tahu Isabel agar tidak terus menangisi jenazah yang salah.Isabel segera bangkit dan menyeka air matanya, setelah itu kembali memastikan kepada Dokter tersebut jika jasad yang ada di bed itu bukan sang ayah.“Benarkah? Berarti Ayahku masih hidup?” tanya Isabel dengan sedikit senyum di bibirnya.Dokter pun kembali menoleh kepada Suster yang menemaninya dan mencoba untuk memberikan kode.“Nona, silahkan anda cek di dalam pasien yang anda maksud.” pinta Suster membuat alasan agar Isabel mengetahui sendiri kondisi dan nasib sang ayah.Kemudian Isabel bergegas masuk dan memeriksa kondisi sang ayah yang berada di dalam. Terlihat satu bed yang terdapat pasien yang sama dengan berselimut kain putih, kain yang menjadi pertanda kepastian kematian.“Ayah…!!!” gumam Isabel. Tubuhnya luruh ke lantai menyaksikan sang ayah yang juga sudah menjadi jasad.“Tidak,, bukan! itu bukan ayah,” ungkap Isabel lagi lalu segera menghampiri tubuh yang sudah terbujur kaku dan tak bernyawa.Perlahan Isabel membuka kain penutup dan menyaksikan wajah sang ayah yang sudah pucat, tangan yang mendingin serta mata yang tertutup. Suara Isabel tercekat tatkala melihat jasad yang terbaring di hadapannya adalah orang yang paling dikasihinya dan juga dicintainya.Saat Isabel tengah menangisi jasad sang ayah, terdengar suara ketukan langkah kaki dari sebuah sepatu pantofel. Langkah kaki yang begitu berat terdengar, menandakan yang datang adalah seorang yang berbadan tinggi dan juga seorang laki-laki.“Nona Muda” ucap seseorang yang baru saja menghentikan langkah kakinya di belakang Isabel yang tengah bersujud lemah.Isabel pun segera menoleh, panggilan nona muda untuknya terasa sangat asing di telinga Isabel.“Apakah Tuan memanggilku?” tanya Isabel saat mendengar seorang laki-laki memanggilnya.“Ya, perkenalkan aku Ray. Tuan Besar menunggu anda di Mansion.” tutur laki-laki yang memanggil Isabel dengan sebutan nona muda. Isabel pun tampak bingung dengan ucapan laki-laki paruh baya yang memanggilnya dengan sebutan nona muda. Ia tertegun untuk beberapa saat, mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.“T-tapi ayahku baru saja meninggal, aku harus mengurus pemakamannya.” tutur Isabel memberitahu Ray sang utusan dari Tuan besar.“Tidak perlu khawatir Nona, ketiga orang suruhan Tuan Besar akan segera mengurusnya,” ungkap Ray lagi seraya membantu Isabel bangkit dari duduknya.Isabel pun terpaksa bangun dan mengikuti setiap arahan dari laki-laki paruh baya itu, namun ia tersadar dan sempat bertanya siapa tuan besar yang dimaksud oleh laki-laki yang memanggilnya nona muda tadi.“Tunggu, siapa hendaknya Tuan Besar yang anda maksud?, apakah aku mengenalnya?” tanya Isabel penuh dengan pertanyaan di benaknya.Laki-laki itu pun terdiam sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Isabel.“Nanti kau juga akan Nona akan mengetahuinya siapa yang akan anda temui di Mansion Tuan Besar.” tutur laki-laki itu, lalu menuntun Isabel berjalan menuju mobil yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan, Isabel hanya terdiam menyaksikan lalu lalang mobil yang melintas. semua perasaan di dalam benaknya berkecamuk tentang siapa tuan besar yang dimaksud oleh Ray, dan juga mengapa bos nya James ada di sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Isabel sampai di depan sebuah Mansion yang begitu mewah dan juga megah.Deretan patung antik yang berasal dari abad lama pun tersusun dengan rapi di sana. Tiang-tiang tinggi yang berjejer menopang bangunan itu hingga ke lantai tiga. Isabel pun tampak takjub akan hal itu, bangunan yang sering ditonton dalam serial favoritnya, kini berada di hadapannya dan kakinya pun sedikit gemetar saat menapak di halaman Mansion megah tersebut.“Tuan, apakah Tuan Besar yang kau maksud ada disini?” tanya Isabel dengan terus terperangah tanpa menatap lawan bicaranya.“Tentu saja, silahkan masuk Nona Muda. Kedatanganmu sudah ditunggu!” pinta Ray seraya mempersilahkan Isabel masuk.Dengan langkah tertatih, Isabel mulai menapakkan kakinya hingga ke depan pintu masuk yang sudah dibuka oleh pelayang yang berjaga. Tampak penjaga berdiri dan berbaris seperti menyambut nyonya besar di rumah itu.Ray pun berjalan mendahului Isabel, lalu menemukan tuan besarnya sedang berdiri menatap ke arah jendela dan memandangi danau.“Tuan Besar, Nona Muda sudah sampai!” tutur Ray seraya menghadap kepada tuan besar yang ia maksud. Laki-laki yang Ray panggil tuan besar pun segera menoleh dan menatap Isabel dengan lekat.“Apakah kau putri dari Atmaja, Isabel?” tanya tuan besar itu.“I-iya Tuan, kiranya kau bisa mengetahui apa maksud dan tujuanmu memanggilku kemari?. Dan dari mana kau mengenalku, apakah kau tidak salah orang?” tanya Isabel dengan sedikit gugup.“Tidak, aku yakin tidak salah orang. Aku Van Der Mick, bos dari Atmaja ayahmu.” ungkap Van Der Mick memberitahu Isabel tentang siapa dirinya.Isabel pun tergagap dan juga terkejut mendengar nama Van Der Mick, orang hebat yang selalu membantu sang ayah dalam setiap kesusahannya. Hingga Isabel bisa tamat kuliah dan mengambil beberapa perguruan tinggi pun berkat bantuan van Der Mick.“T-tuan Besar, jadi kau Tuan Van Der Mick?” tanya Isabel dengan gugup.Van Der Mick pun hanya tersenyum mendengar kegugupan dari Isabel.“Ya Isabel, aku Van Der Mick. Ayahmu menitipkanmu kepadaku untuk dijaga, sebelum dia kecelakaan dia sempat menuliskan pesan kepadaku.” tutur Van Der Mick yang membuat Isabel penasaran dengan isi pesan dari ayahnya kepada tuan besarnya itu.Isabel pun hanya terdiam mendengar perkataan dari Van Der Mick, ia hanya terdiam saat mendengar sang ayah sudah menitipkan dirinya kepada bos dari sang ayah.“Minta anak keras kepala itu untuk masuk!” pinta Van Der Mick kepada Ray.“Baik
Setelah perdebatan antara Isabelle dan juga James, ia segera mengambil keputusan untuk keduanya.“Berhenti berdebat! keputusanku sudah bulat. Kalian berdua akan segera aku nikahkan, jadi berusahalah untuk memahami satu sama lain.” tutur Van Der Mick seraya pergi dari sana meninggalkan keduanya.Isabelle pun tampak kecewa dengan keputusan dari tuan besarnya itu. Ia sudah memikirkan semua hal buruk yang akan terjadi kepadanya setelah pernikahan itu terjadi.Sementara James terus saja mengepalkan tangannya seolah dendam dalam hatinya semakin menumpuk dan menggunung. Ia tampak menyeringai licik seraya melirik ke arah Isabelle yang masih betah dengan tangisannya.“Diam bodoh, tangisanmu hanya membuatku semakin muak. Jangan seolah menolakku namun sebenarnya kau menginginkanku.” ungkap James menghampiri Isabelle.James mencengkram dagu Isabelle begitu kuat, hingga Isabelle memekik kesakitan.]“Lepas Tuan, tanganmu melukaiku.” pinta Isabelle kepada James.Bukannya melepaskan, justru James sem
Isabelle pun terpaksa membuka matanya dengan perlahan, ia menyangka jika James akan mencium bibirnya sebab itu ia memejamkan matanya.“Apa kau sebelumnya sudah mengetahui jika Ayahku akan menjodohkan kita berdua?” tanya James pada Isabelle yang sudah berhasil membuka lebar matanya.“T-tidak Tuan, Ray menjemputku dari rumah sakit dan tiba-tiba membawaku kesini. Lalu Tuan Besar mengabari jika aku akan dijodohkan, dan ternyata itu adalah kau Tuan.” tutur Isabelle dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak tahan melihat aura James yang begitu sangat dingin.James pun berjalan menjauh dari Isabelle, ia melihat ke arah jendela kamar dan menatap langit yang sudah menggelap. Tampaknya James sedikit terkejut dengan pernyataan yang Isabelle katakan. James ingin mempercayai apa yang isabelle katakan, namun ia juga enggan untuk percaya karena meyakini bahwa Isabelle adalah orang bayaran ayahnya yang sengaja disewa untuk memantau dirinya.“Kau, apakah sebelumnya pernah bertemu dengan Ayahku?” tanya Ja
Sesuai yang dikatakan oleh Isabelle pada James, ia menemui Van der Mick dan mendiskusikan tentang perjodohannya dengan James.*Ayah, mengapa takdir seolah mempermainkanku. Aku dan James sudah lama berakhir, mengapa kini aku harus memulai kembali dengannya* batin Isabelle seraya melangkah dengan tangisan di matanya.Maid yang mengikuti tampak bingung sebab gaun yang Isabelle kenakan tampak koyak dan berlumuran darah. Maid mengikuti Isabelle melangkah, namun tiba-tiba Isabelle menghentikan langkahnya.“Tunjukkan dimana ruangan tuan Van, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.” pinta Isabelle kepada maid yang membuntutinya.“M-maaf Nona Muda, tapi Tuan Besar untuk saat ini tidak bisa diganggu.” ucap maid dengan gugup.Isabelle pun tampak kesal mendengar jawaban dari maid, namun ia tidak ingin melewatkan sedetikpun kesempatan. Isabelle mengambil vas bunga dan memecahkannya, ia mengambil serpihan pecahan vas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tunjukkan ruangan Tuan Van, atau aku
Pernikahan sang putra tunggal pun akhirnya terlaksana secara megah dan mewah. Semua kolega bisnis Van Der Mick datang untuk mengucapkan selamat, termasuk pesaing bisnis dari Van Der Mick yaitu Marvel De Roa. Anaknya Marvin pun ikut serta dalam acara tersebut memberikan selamat kepada Van Der Mick.“Tuan, akhirnya putramu menikah dengan gadis pujaannya.” tutur Marvin.“Ah ya, terimakasih Marvin. Aku pun sangat tidak menyangka jika putraku selama ini memiliki kekasih impiannya dan mau menikahinya.” ucap Van Der Mick dengan wajah datarnya.Marvel pun mendekat ke arah Van Der Mick dan juga Marvin yang tengah mengobrol.“Bagaimana perkembangan proyek tender yang kau menangkan tempo hari, apakah memberikan hasil yang melimpah?” tanya Marvel dengan sinis.Namun seketika Marvin menghentikan aksi sang ayah yang sepertinya bisa memicu emosi dari Van Der Mick.“Sudahlah Ayah, berhenti membicarakan tentang bisnis. Saat ini kita harus berbahagia atas pernikahan dari James dan juga Isabelle.” tutur
“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisi nyawaku saat ini juga.” ancam Isabelle dengan memecahkan gelas berisi air ke nakas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tidak, jangan lakukan itu isabelle, hentikan aku mohon.” ucap James dengan sedikit memberi jarak dari Isabelle.Bukannya mendengarkan perkataan James, justru Isabelle semakin menempelkan pecahan kaca itu diatas nadinya. Terpaksa James merebut pecahan gelas dari tangan Isabelle dan alhasil melukai telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan tersentuh dengan pengorbanan darah ditanganmu?. Sebanyak apapun darah yang kau tumpahkan, tidak akan pernah sebanding dengan darah keperawananku yang sudah kau renggut secara paksa James Van Der Mick.” ucap Isabelle.James yang mendengar hal tersebut pun tampak terkejut, sebab James tahu jika Isabelle sudah memanggil namanya dengan lengkap, tandanya amarah Isabelle sudah berada di puncak.“Aku mengerti Belle, dan Aku pun sadar jika aku bersalah padamu. Aku mohon ja
Melihat istrinya yang duduk dan tampak khawatir, membuat senyum mengembang di bibir James.“Jangan melihatku seperti itu, jangan kau pikir kau sedang terluka lalu hatiku akan melunak. Jangan terlalu berharap James, itu hanya angan angan mu saja.” tutur Isabelle lagi seraya membetulkan perban di tangan James.Selesai merawat suaminya, Isabelle segera kembali menuju kamarnya dan beristirahat. Namun James tampak menahan Isabelle dan memintanya untuk tinggal disana.“Apa kau tidak ingin menemaniku hingga aku pulih Belle?.” tanya james dengan wajah yang sedikit memelas kepada wanita yang masih bertahta di hatinya.“Untuk apa?, melihatmu sebentar saja aku sudah muak.” ucap Isabelle lalu pergi dari kamar James. James pun hanya bisa terdiam seraya melihat punggung isabelle yang sudah menghilang ditelan pintu.Ia tampak meratapi apa yang sudah terjadi, menyesal pun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. James akan berfokus untuk mendapatkan maaf dari Isabelle, dan memperbaiki rumah tanggany
Suara tembakan yang semula tidak terdengar pun, kini berdesing saling bersahutan satu sama lainnya.James mengamankan Isabelle dalam pelukannya hingga berhasil masuk ke dalam mobil. Sedangkan Marvin tampak membantu Ray menghabisi kawanan penyerang James dan juga Isabelle.Sesampainya di dalam mobil, James segera mengemudi walaupun dalam keadaan dirinya yang masih belum sepenuhnya pulih.Isabelle pun tampak terdiam setelah kejadian tersebut, ia tampak shock karena nyawanya tadi sudah berada diujung tanduk.Beberapa pengawal mengikuti mobil James untuk berjaga jika ada penyerangan dadakan lagi.James yang melihat Isabelle hanya terdiam pun, hanya bisa ikut hening. James ingin meluapkan emosinya, namun sepertinya itu bukan hal yang bagus saat melihat istrinya yang sedang terguncang.Sementara itu, Ray masih berjibaku dengan para penyerang James. Untung saja Marvin berhasil mengejar dan mengamankan salah satu dari anggota penyerang tadi.“Kau, beraninya ingin melukai temanku!,” teriak Mar
Suara cambukan itu terdengar sangat pedih di telinga Thomas, Van Der Mick yang tidak akan segan mencambuk sang putra jika melakukan kesalahan.“Tuan aku mohion, lepaskan Tuan James dia tidak bersalah untuk hal berlian biru itu,” teriak Thomas lagi memohon di dalam cengkraman penjaga.Tidak sedikitpun suara pekikan dari James yang justru membuat Thomas semakin khawatir.Saat Van Der Mick tengah sibuk mencambuk James, tiba tiba saja langkah kaki yang nyaring terdengar terburu buru berlari ke arah ruangan cambuk itu.“Daddy,,” teriak anak kecil yang ternyata adalah Jayden.“Jay,” teriak James yang terkejut melihat kedatangan dari sang putra yang Isabelle bawa kesana.“Are you okay Dad?, apa Grandpa menyakitimu?. Katakan padaku Dad, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Jayden yang sudah bersimpuh di depan James yang tengah tertelungkup.James pun hanya tersenyum getir melihat sang putra yang tengah ingin membela dirinya.“Grandpa menghukum Daddy karena Daddy nakal, jika Dady tidak nakal m
Suara keributan terdengar begitu sangat nyaring dari dalam ruangan divisi pemasaran.Teriakan dari Patrician dan juga Isabelle membuat semua atensi jatuh dan tertuju kepada mereka.“Apa kau sudah gila?, kau bisa merusaknya Isabelle,” pekik Patricia dengan terus mengamankan sebuah kalung yang sudah dirinya buat untuk desain terbaru yang siap dirilis di perusahaan James.“Aku sudah mengatakannya, jika desain itu belum sempurna. JIka kau memaksanya untuk ditampilkan di galeri, itu akan membuat kesan memaksakan hal yang belum sepenuhnya terbentuk,” ucap Isabelle menjelaskan desain miliknya yang juga dibuat olehnya.Saat keduanya bertengkar, tiba tiba saja Maria datang dan mencoba untuk menengahi.Namun yang terjadi bukan menengahi, melainkan Maria membela patricia dan menyudutkan Isabelle habis habisan.“Kau, jangan terlalu ikut campur dengan urusan desain yang sudah dipilih dan dibuat oleh Patricia. Urus saja pekerjaanmu sendiri Isabelle, aku yang berhak memutuskan apakah desain ini laya
“Black Rose, bisakah kau segera datang kesini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” ucap Leon yang tengah menelpon sang bosa besar.“Apakah ada masalah besar Leon?, tampaknya kau begitu panik?,” tanya Black Rose dari seberang telepon.Tanpa banyak berucap lagi, Leon pun memberitahukan hingga ke akar masalahnya kepada Black Rose. Setelah mendengar alasan dari Leon, Black Rose segera bergegas menemui Leon.Disamping itu, James tengah merasakan kesal karena bahan baku untuk perhiasannya telah dicuri oleh Black Rose dan membuatnya tidak bisa memproduksi desain terbaru di perusahaannya.“Bagaimana Thom, apakah kau sudah menemukan pemasok berlian yang aku inginkan kemarin?,” tanya James pada Thomas.Namun Thomas hanya menggeleng, sebab dirinya memang belum bisa menemukan pemasok terbaru untuk berlian yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh James.James hanya terus saja menggigit kuku jarinya dan berusaha menemukan jalan keluar yang dirasanya akan buntu.James tau jika yang menjual ba
Pagi terasa begitu hangat, mentari menyinari ruangan menerobos masuk dari celah jendela. Membuat mata James mengerjap karena silaunya, dan ternyata dunianya terlihat begitu dekat berada di depan matanya.Tangannya secara teratur ingin mengusap pucuk kepala dari Isabelle yang tengah menemaninya di sana.Namun saat tangan dari James hendak terangkat, Isabelle tampak terusik dan terbangun dari tidurnya.James yang menyadarinya pun segera kembali berpura pura tertidur, james ingin melihat reaksi apa yang akan Isabelle lakukan saat melihat dirinya belum sadar.“Ya Tuhan, ini sudah jam berapa?,” gumam Isabelle terkejut karena hari sudah terlihat sangat cerah.Dilihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.“pukul tujuh?, bagaimana bisa aku tertidur begitu pulas sementara james belum sadar.” gumamnya lagi seraya menoleh ke arah James.Terlihat selang infus dan juga selang transfusi darah, selang oksigen pun turut membantu James yang terbaring lemah di bed.“Ap
“Apa yang kau maksud Tuan?,” tanya Isabelle yang terkejut mendengar ucapan J.Isabelle pun segera menarik Jayden dari pelukan J dan menyembunyikannya di balik badan mungilnya.J pun tampak menghela nafas dan mencoba untuk tetap tenang agar kepalanya tidak terasa sakit lagi saat mengingat setiap kejadian demi kejadian yang pernah terjadi.“Belle, boleh kita bicara berdua?,” tanya J dengan sangat lembut.Isabelle juga terheran dengan nama panggilan yang J ucap baru saja.“Tidak, aku tidak ingin bicara denganmu. Kalian berdua boleh pergi, aku sudah tidak membutuhkan bantuan kalian lagi,” tutur Isabelle yang mulai kesal dan marah terhadap J.Namun J tidak langsung menyerah, J mencoba membujuknya sekali lagi melalui Jayden.“Nak, Papi perlu bicara dengan Mami mu, apakah kau mau membantu Papi membujuk Mami agar mau bicara dengan Papi?,” tanya J dengan terus berjongkok di depan Jayden dan Isabelle.Jayden pun terlihat mengangguk dan segera berlari ke arah Thomas, genggaman tangan Isabelle pu
Sementara itu, di apartemen Isabelle tampak Jayden yang sudah menunggu isabelle sedari tadi. Nany dari Jayden pun segera berpamitan dan pulang.“Apa kau marah pada Mami?,” tanya Isabelle seraya mendekati Jayden yang tengah duduk di sofa dan memanyunkan bibirnya.“Stop, jangan mendekat atau aku akan semakin marah padamu,” tutur Jayden yang kesal dengan sang Mami yang pulang sangat larut.“Maaf honey, Mami ada pekerjaan mendesak yang mengharuskan Mami pulang terlambat,” ucap Isabelle pada Jayden.Namun Jayden terus saja merajuk, Isabelle pun terus mencari cara untuk membujuk Jayden agar tidak marah lagi.“Baiklah, mari kita buat perjanjian,” ajak Isabelle pada sang putra.“Perjanjian apa?, apa kau berusaha membujukku Mami?,” tanya Jayden yang sudah paham dengan tak tik sang Mami.Isabelle pun tampak mengangguk dan tersenyum canggung.“Tidak, aku tidak ingin bernegosiasi denganmu. Tawaranmu pasti tidak akan menarik dan aku pun tidak mau menerima negoisiasi itu,” tutur Jayden yang sudah t
“Woopy, siaga dengan sniper jarak jauh. Arah jam sepuluh lebih dua belas menit,” tutur Leon yang diam diam menghubungi sang sniper terbaik yang berada di lantai gedung tertinggi di area sana.Sang sniper pun mengangguk dan mencari arah yang dimaksud oleh Leon. Setelah mengunci musuhnya, tanpa suara apapun dalam hitungan detik titik merah yang berada tepat di kening Dominic pun menghilang.Setelah itu Leon segera mengamankan posisi Dominic dan memeriksa helikopter siapa yang datang dan mencoba untuk membunuh Dominic.“Dray, pastikan siapa yang berada di dalam helikopter yang tengah mendarat di rooftop gedung ini. Jangan sampai mereka bisa menerobos masuk ke dalam.” pinta Leon kepada Dray sang pengintai.Namun rupanya Dray kalah langkah, dan dirinya terkena tembakan dari orang yang berada di dalam helikopter.Dray terluka di bagian lengan kanannya, saat Dray hendak menyerang balik, tiba tiba saja desingan peluru meletup kembali dan membuat salah satu orang yang berada di dalam helikopte
J dan Isabelle pun menoleh ke arah sumber suara.“Papa,” gumam J di depan Van Der Mick yang baru saja tiba.Van Der Mick segera mendekat dan memastikan keadaan J.“Apa yang terjadi padamu nak?, apa kepalamu sakit?,” tanya Van Der Mick yang terlihat sangat cemas dengan keadaan dari J.“Ah tidak pa, ini hanya sedikit sakit kepala saja tidak ada hal yang serius,” ucap J pada Van Der Mick.Van Der Mick pun menoleh ke arah Isabelle dan menatap nya dengan tajam.“Apa kau yang membuat putraku sakit hah?,” tanya Van Der Mick dengan nada bicara yang tinggi.J tampak terkejut mendengar nada bicara Van Der Mick yang terkesan berlebihan.“Pa, kau tidak seharusnya berteriak pada Isabelle. Dia hanya membantu menjaga dan merawatku Pah,” ucap J mencoba untuk membela Isabelle.“Ini Papa mu Tuan?,” tanya Isabelle yang berpura pura tidak mengenal Van Der Mick dihadapan J.“Ya Isabelle, dia Papah ku. Maafkan karena dia sudah berkata terlalu tinggi padamu,” ucap J meminta maaf atas nama Van Der Mick.“Tid
Pintu apartemen terbuka, Thomas segera mendorong kursi roda J dan membawanya ke dalam.Lalu Thomas membaringkan tubuh tinggi besar dari J dengan susah payah di tempat tidurnya.“Nona Belle, sebenarnya apa yang terjadi hingga Tuan J mengalami kesakitan dibagian kepalanya?,” tanya Thomas yang sangat penasaran.Karena Thomas tau jika J akan mengalami sakit pada kepalanya saat memforsir isi pikirannya dan juga mengingat sebagian potongan potongan dari ingatannya.“Begini Tuan, aku tidak sengaja berkata suatu hal yang mungkin membuat Tuan J dejavu dengan perkataanku,” ucap Isabelle tanpa mau berkata jujur kepada Thomas.Thomas pun berpikir keras, kiranya perkataan apa yang bisa membuat Tuan Mudanya itu tumbang.“Sudahlah nanti saja kita bicarakan, sekarang kau bantu aku mengelap tubuh TUan J agar tidak kotor,” pinta thomas pada Isabelle.“Mengelap tubuhnya?, apa kau gila Tuan?. Aku bukan siapa siapa dari Tuan J, dan kau seenaknya menyuruhku mengelap tubuh Tuan J?,” teriak Isabelle yang kes