Sesuai yang dikatakan oleh Isabelle pada James, ia menemui Van der Mick dan mendiskusikan tentang perjodohannya dengan James.
*Ayah, mengapa takdir seolah mempermainkanku. Aku dan James sudah lama berakhir, mengapa kini aku harus memulai kembali dengannya* batin Isabelle seraya melangkah dengan tangisan di matanya.Maid yang mengikuti tampak bingung sebab gaun yang Isabelle kenakan tampak koyak dan berlumuran darah. Maid mengikuti Isabelle melangkah, namun tiba-tiba Isabelle menghentikan langkahnya.“Tunjukkan dimana ruangan tuan Van, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.” pinta Isabelle kepada maid yang membuntutinya.“M-maaf Nona Muda, tapi Tuan Besar untuk saat ini tidak bisa diganggu.” ucap maid dengan gugup.Isabelle pun tampak kesal mendengar jawaban dari maid, namun ia tidak ingin melewatkan sedetikpun kesempatan. Isabelle mengambil vas bunga dan memecahkannya, ia mengambil serpihan pecahan vas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tunjukkan ruangan Tuan Van, atau aku akan mengakhiri hidupku disini.” ancam Isabelle kepada maid. Maid pun seketika membelalakkan matanya dan ketakutan akan ancaman yang Isabelle lakukan.Maid segera mendekat dan berusaha menghentikan Isabelle.“N-nona jangan gegabah, itu akan berbahaya untuk nyawamu nona.” tutur maid.“Kalau begitu tunjukkan, sebelum aku menggoreskan pecahan ini di tanganku.” ancam Isabelle mengintimidasi maid.Dengan terpaksa maid pun berjalan memimpin langkah Isabelle dan menunjukkan ruangan dari Van Der Mick.Sesampainya di depan ruangan Van Der Mick, maid hendak berteriak untuk mengabari Van Der Mick. Namun Isabelle mengangkat tangannya dan meminta maid untuk berhenti.“Stop, kau tidak perlu memberitahu Tuan Van. Aku sendiri yang akan memanggilnya dan masuk kedalam.” ucap Isabelle menghentikan maid.“Tidak Nona, kau akan terkena amarah dari Tuan Van.” ucap maid merasa ketakutan akan amarah dari Van Der Mick.“Biar saja, ini urusanku maid. Kau hanya perlu mengantarku hingga sini, selanjutnya biar aku yang melakukannya sendiri.Langkah kaki Isabelle pun mulai mendekat ke arah pintu, lalu membuka pintu tersebut dengan kedua tangannya.Terlihat bangunan yang sangat artistik di dalam, dengan nuansa putih dan emas membuat siapa saja yang melihat merasakan kemewahan dan kemegahan.“Siapa yang berani datang tanpa mengetuk pintuku?” teriak van Der Mick dari kursi kebesarannya.“Selamat malam Tuan Besar, Aku Isabelle yang memaksa masuk kedalam ruanganmu ini.” sahut Isabelle dengan berhenti di depan daun pintu.Van Der mick segera berdiri dan menoleh ke arah Isabelle yang masih berdiri.“Ada apa Isabelle, sepertinya ada hal penting yang ingin kau sampaikan kepadaku?” tanya Van Der Mick tanpa ekspresi marah sedikitpun.“Kau benar Tuan, ada beberapa hal yang sangat ingin aku bicarakan denganmu. Apa kau bersedia untuk mendengarkan?” tanya Isabelle dengan sedikit membungkuk.Van Der Mick tampak memperhatikan raut wajah Isabelle yang seperti sedang dalam kebingungan.“Baik, aku akan mendengarkannya. Maid, buatkan teh panas camomile dan ambilkan beberapa croissant kesukaanku.” tutur Van Der mick pada maid yang berdiri disana.Maid pun tampak bingung, selama ini Van Der Mick tidak akan pernah mau berbagi croissant kesukaannya kepada siapapun. Apalagi orang asing seperti Isabelle.“B-baik Tuan, tapi apakah kau yakin untuk berbagi croissant kesukaanmu dengan Nona Muda?” tanya maid dengan lancang.“Lancang sekali mulutmu itu, pengawal bawa pergi dia dan habisi.” teriak Van Der Mick kepada pengawal yang berdiri di depan pintu.Isabelle seketika membelalakkan mata saat mendengar maid itu akan dihabisi.“Tuan aku mohon, jangan lakukan hal itu kepada maid, aku akan berlutut untuk mendapatkan maaf darimu.” tutur Isabelle seraya mendekat dan memegang tangan dari Van Der Mick.Ketika hal itu terjadi, James datang dan melihat Isabelle yang tengah memegang tangan dari Van Der mick. James pun salah paham dan menuduh Isabelle tengah menggoda sang ayah.“Apa yang kau lakukan wanita jalang, kau bilang jika kau akan memohon kepada Ayah untuk tidak menjodohkan kau dan aku!” tutur James dengan sinis.Isabelle pun hanya bisa menghela nafas panjang, Isabelle yakin jika dirinya menjelaskan pun pasti tidak akan ada gunanya.“Ya benar, aku memang sedang menggoda Ayahmu. Apakah itu salah Tuan James?” tanya Isabelle memicu kemarahan dari James.Plak!!! tamparan keras mendarat di pipi Isabelle.“Kau jalang, beraninya menggoda Ayahku? Apa kau ingin sekali menguasai hartaku hah?” tuduh james.Isabelle pun hanya terdiam mendengar hal tersebut.“Ayah, aku siap untuk menikahinya. Jika perlu besok laksanakan, aku tidak akan menolaknya.” putus James dengan amarah yang masih memburu.Bagaikan tersambar petir, Isabelle merasa jika dirinya jatuh dalam sarang harimau.*Apa ini, apakah dia ingin mempermainkanku? atau mungkin James ingin membalas dendam atas yang terjadi saat itu.* batin Isabelle. Hatinya menjadi tidak tenang setelah mendengar keputusan dari James.“Apa kau serius James? Ayah tidak ingin kau mengecewakan jiwa yang sudah tiada.” tutur Van Der Mick kepada sang putra tunggal.James pun mendekat kepada sang ayah dan memeluknya dengan lembut.“Aku serius Ayah, aku akan menikahinya sesuai dengan keinginanmu. Aku juga mencintainya, kau tahu Ayah dia adalah mantan kekasihku.” tutur James memberitahu Van Der mick tentang masa lalu dirinya dengan Isabelle.Tiba-tiba saja Van Der Mick melepaskan pelukan dari putranya dan menatap lekat ke arah James.“Apa kau bilang, dia mantan kekasihmu James?” tanya Van Der Mick tidak percaya.“Ya Ayah, Ayah bia tanyakan sendiri pada Isabelle tentang hubungan kami berdua di masa lalu.” tutur James melemparkan obrolan kepada Isabelle.Isabelle pun tampak gugup untuk menjawab jika Van Der Mick bertanya kepadanya tentang masa lalu dirinya dengan James.Van Der Mick pun segera melangkah mendekat pada Isabelle.“Apa itu benar Nak? apa kau pernah memiliki hubungan dengan putra tunggalku ini?” tanya Van Der Mick dengan nanar bertanya-tanya.Isabelle pun tampak mengangguk menjawab pertanyaan dari Van Der Mick.“Tuhan, apakah ini takdir darimu untuk putraku yang keras kepala dan angkuh ini?” ucap Van Der Mick seraya menengadah keatas dan meneteskan air matanya.James tampak terkejut melihat sang Ayah yang menangis karena mengetahui hal itu.“Ayah, apakah aku sudah menyakitimu dengan kenyataan ini?” tanya James kepada sang ayah.Van Der Mick hanya menoleh seraya tersenyum ke arah James. Namun James masih ragu apakah itu adalah senyuman kebahagiaan atau senyum licik dari sang ayah.James sangat paham jika sang ayah adalah orang yang sangat licik, jadi ia sulit untuk mempercayai sang ayah.“Ayah sangat bahagia James, Ayah kira kau akan selamanya sendiri dan tidak memiliki minat dan juga tertarik pada wanita.” tutur sang ayah dengan memegang bahu sang putra.Pernikahan sang putra tunggal pun akhirnya terlaksana secara megah dan mewah. Semua kolega bisnis Van Der Mick datang untuk mengucapkan selamat, termasuk pesaing bisnis dari Van Der Mick yaitu Marvel De Roa. Anaknya Marvin pun ikut serta dalam acara tersebut memberikan selamat kepada Van Der Mick.“Tuan, akhirnya putramu menikah dengan gadis pujaannya.” tutur Marvin.“Ah ya, terimakasih Marvin. Aku pun sangat tidak menyangka jika putraku selama ini memiliki kekasih impiannya dan mau menikahinya.” ucap Van Der Mick dengan wajah datarnya.Marvel pun mendekat ke arah Van Der Mick dan juga Marvin yang tengah mengobrol.“Bagaimana perkembangan proyek tender yang kau menangkan tempo hari, apakah memberikan hasil yang melimpah?” tanya Marvel dengan sinis.Namun seketika Marvin menghentikan aksi sang ayah yang sepertinya bisa memicu emosi dari Van Der Mick.“Sudahlah Ayah, berhenti membicarakan tentang bisnis. Saat ini kita harus berbahagia atas pernikahan dari James dan juga Isabelle.” tutur
“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisi nyawaku saat ini juga.” ancam Isabelle dengan memecahkan gelas berisi air ke nakas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tidak, jangan lakukan itu isabelle, hentikan aku mohon.” ucap James dengan sedikit memberi jarak dari Isabelle.Bukannya mendengarkan perkataan James, justru Isabelle semakin menempelkan pecahan kaca itu diatas nadinya. Terpaksa James merebut pecahan gelas dari tangan Isabelle dan alhasil melukai telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan tersentuh dengan pengorbanan darah ditanganmu?. Sebanyak apapun darah yang kau tumpahkan, tidak akan pernah sebanding dengan darah keperawananku yang sudah kau renggut secara paksa James Van Der Mick.” ucap Isabelle.James yang mendengar hal tersebut pun tampak terkejut, sebab James tahu jika Isabelle sudah memanggil namanya dengan lengkap, tandanya amarah Isabelle sudah berada di puncak.“Aku mengerti Belle, dan Aku pun sadar jika aku bersalah padamu. Aku mohon ja
Melihat istrinya yang duduk dan tampak khawatir, membuat senyum mengembang di bibir James.“Jangan melihatku seperti itu, jangan kau pikir kau sedang terluka lalu hatiku akan melunak. Jangan terlalu berharap James, itu hanya angan angan mu saja.” tutur Isabelle lagi seraya membetulkan perban di tangan James.Selesai merawat suaminya, Isabelle segera kembali menuju kamarnya dan beristirahat. Namun James tampak menahan Isabelle dan memintanya untuk tinggal disana.“Apa kau tidak ingin menemaniku hingga aku pulih Belle?.” tanya james dengan wajah yang sedikit memelas kepada wanita yang masih bertahta di hatinya.“Untuk apa?, melihatmu sebentar saja aku sudah muak.” ucap Isabelle lalu pergi dari kamar James. James pun hanya bisa terdiam seraya melihat punggung isabelle yang sudah menghilang ditelan pintu.Ia tampak meratapi apa yang sudah terjadi, menyesal pun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. James akan berfokus untuk mendapatkan maaf dari Isabelle, dan memperbaiki rumah tanggany
Suara tembakan yang semula tidak terdengar pun, kini berdesing saling bersahutan satu sama lainnya.James mengamankan Isabelle dalam pelukannya hingga berhasil masuk ke dalam mobil. Sedangkan Marvin tampak membantu Ray menghabisi kawanan penyerang James dan juga Isabelle.Sesampainya di dalam mobil, James segera mengemudi walaupun dalam keadaan dirinya yang masih belum sepenuhnya pulih.Isabelle pun tampak terdiam setelah kejadian tersebut, ia tampak shock karena nyawanya tadi sudah berada diujung tanduk.Beberapa pengawal mengikuti mobil James untuk berjaga jika ada penyerangan dadakan lagi.James yang melihat Isabelle hanya terdiam pun, hanya bisa ikut hening. James ingin meluapkan emosinya, namun sepertinya itu bukan hal yang bagus saat melihat istrinya yang sedang terguncang.Sementara itu, Ray masih berjibaku dengan para penyerang James. Untung saja Marvin berhasil mengejar dan mengamankan salah satu dari anggota penyerang tadi.“Kau, beraninya ingin melukai temanku!,” teriak Mar
Lima tahun kemudian, Isabelle berhasil melanjutkan hidupnya dan melahirkan seorang putra yang sangat tampan. Anak dari James itu tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan juga menggemaskan.“Sayang, tunggu dengan Nani ya. Mami ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” ucap Isabelle pada sang putra.Namun tampaknya sang putra sedang tidak ingin ditinggalkan olehnya pagi itu.“Tidak, aku tidak ingin bersama Nani, aku ingin bersama Mami,” ucapnya dengan lantang.Memang kehidupan Isabelle sebelumnya tidak terlalu mapan seperti sekarang. Setiap hari Isabelle harus membawa sang putra yang masih kecil ke perusahaan, dan bekerja dengan mengasuh anaknya.“Tapi Nak, Mami ada rapat penting. Nani akan menjagamu dengan baik di rumah, mengerti,” ucap Isabelle dengan penuh kelembutan agar sang putra mengerti dan juga paham.“Tidak, aku tidak mau Mami. Jika kau meninggalkan ku dengan Nani, maka aku akan marah padamu,” ucap sang putra dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.Tanpa mau menghiraukan sa
“Nona maaf kau siapa, dan ada kepentingan apa kau berada di ruangan Tuan J?,” tanya Thomas pada Isabelle.“Maaf Tuan, aku sedang mencari putraku dan tidak sengaja masuk ke dalam ruangan bos mu ini.” sahut Isabelle pada Thomas.Thomas pun hanya mengangguk paham.Jayden kembali memanggil lagi J dengan sebutan Papi, dan itu berhasil membuat J emosi.“Mengapa Papi sangat kasar, padahal aku hanya ingin memeluknya Mami,” ucap Jayden pada Isabelle.“Jay, tapi dia bukan Papi mu nak. mami sudah katakan jika Papi sudah meninggal,” ucap Isabelle memberikan pengertian kepada sang putra.“Berhenti memanggilku Papi, atau aku akan melaporkan semua ini ke polisi,” ucap J dengan sangat kasar.“Maaf Tuan, dia hanya anak kecil apa kau harus melibatkan polisi dalam kesalahpahaman ini?,” tanya isabelle yang jelas jelas merasa tersinggung dengan apa yang J katakan.Untuk menghindari semakin besar masalahnya, Thomas segera meminta Isabelle untuk membawa sang putra pergi dari sana.“Nona, lebih baik anda seg
“Kau ingin mengatakannya sekarang, atau aku akan mencari tahu sendiri melalui orang orangku Thom?,” tanya Ayah J yang sudah mulai geram dengan perkataan Thomas yang menolak untuk mengabarkan dimana keberadaan dari J.“Baiklah Tuan, Tuan J berada di rumah sakit pribadi keluarga VDM,” ucap Thomas pada ayah J.Seketika Isabelle pun tercengang mendengar nama rumah sakit tersebut. Ia baru sadar jika dirinya berada di rumah sakit VDM, nama tersebut memiliki kesamaan dengan nama belakang sang putra yang memiliki kepanjangan Van Der Mick.Namun Isabelle berusaha untuk berpositif thinking dan berharap jika dirinya tidak akan bertemu dengan siapapun yang berasal dari masa lalunya.“Aku segera kesana, dan kau jangan coba coba berani menyembunyikan kondisi J yang sebenarnya,” ucap Ayah J dengan masih penuh kekesalan.Thomas pun tidak banyak berkata, ia segera memutuskan sambungan telepon setelah Ayah J memarahinya.Isabelle yang penasaran pun segera bertanya pada Thomas mengenai rumah sakit VDM y
Van pun hanya bisa diam untuk beberapa saat walaupun Thomas mengajaknya bicara.Saat Thomas dan Van Der Mick tengah berdiri di sisi J, Isabelle datang dengan terburu buru untuk melihat sang putra yang belum sadarkan diri.Sesampainya di dalam ruangan, Isabelle segera duduk dan menatap wajah Jayden yang tampak sudah lebih segar dari sebelumnya.“Nak, Mami berjanji akan selalu melindungimu mulai hari ini. Tidak akan ada algi pertumpahan darah untuk yang kedua kalinya,” ucap Isabelle bermonolog kepada sang putra.Saat Isabelle tengah bermonolog dengan putranya yang masih terlelap, Van Der Mick membuka gorden penghalang dengan kencang sehingga mengejutkan Isabelle.“Ya Tuhan, kau mengejutkanku Tuan,” ucap Isabelle yang menyangka jika itu adalah Thomas.Betapa terkejutnya Van Der Mick melihat siapa wanita yang berada dihadapannya itu. Namun ia tetap tenang agar masa lalu tidak terungkap kembali.“Nona, perkenalkan ini adalah Tuan Besar. Beliau adalah ayah dari Tuan J,” ucapThomas yang berh
Suara cambukan itu terdengar sangat pedih di telinga Thomas, Van Der Mick yang tidak akan segan mencambuk sang putra jika melakukan kesalahan.“Tuan aku mohion, lepaskan Tuan James dia tidak bersalah untuk hal berlian biru itu,” teriak Thomas lagi memohon di dalam cengkraman penjaga.Tidak sedikitpun suara pekikan dari James yang justru membuat Thomas semakin khawatir.Saat Van Der Mick tengah sibuk mencambuk James, tiba tiba saja langkah kaki yang nyaring terdengar terburu buru berlari ke arah ruangan cambuk itu.“Daddy,,” teriak anak kecil yang ternyata adalah Jayden.“Jay,” teriak James yang terkejut melihat kedatangan dari sang putra yang Isabelle bawa kesana.“Are you okay Dad?, apa Grandpa menyakitimu?. Katakan padaku Dad, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Jayden yang sudah bersimpuh di depan James yang tengah tertelungkup.James pun hanya tersenyum getir melihat sang putra yang tengah ingin membela dirinya.“Grandpa menghukum Daddy karena Daddy nakal, jika Dady tidak nakal m
Suara keributan terdengar begitu sangat nyaring dari dalam ruangan divisi pemasaran.Teriakan dari Patrician dan juga Isabelle membuat semua atensi jatuh dan tertuju kepada mereka.“Apa kau sudah gila?, kau bisa merusaknya Isabelle,” pekik Patricia dengan terus mengamankan sebuah kalung yang sudah dirinya buat untuk desain terbaru yang siap dirilis di perusahaan James.“Aku sudah mengatakannya, jika desain itu belum sempurna. JIka kau memaksanya untuk ditampilkan di galeri, itu akan membuat kesan memaksakan hal yang belum sepenuhnya terbentuk,” ucap Isabelle menjelaskan desain miliknya yang juga dibuat olehnya.Saat keduanya bertengkar, tiba tiba saja Maria datang dan mencoba untuk menengahi.Namun yang terjadi bukan menengahi, melainkan Maria membela patricia dan menyudutkan Isabelle habis habisan.“Kau, jangan terlalu ikut campur dengan urusan desain yang sudah dipilih dan dibuat oleh Patricia. Urus saja pekerjaanmu sendiri Isabelle, aku yang berhak memutuskan apakah desain ini laya
“Black Rose, bisakah kau segera datang kesini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” ucap Leon yang tengah menelpon sang bosa besar.“Apakah ada masalah besar Leon?, tampaknya kau begitu panik?,” tanya Black Rose dari seberang telepon.Tanpa banyak berucap lagi, Leon pun memberitahukan hingga ke akar masalahnya kepada Black Rose. Setelah mendengar alasan dari Leon, Black Rose segera bergegas menemui Leon.Disamping itu, James tengah merasakan kesal karena bahan baku untuk perhiasannya telah dicuri oleh Black Rose dan membuatnya tidak bisa memproduksi desain terbaru di perusahaannya.“Bagaimana Thom, apakah kau sudah menemukan pemasok berlian yang aku inginkan kemarin?,” tanya James pada Thomas.Namun Thomas hanya menggeleng, sebab dirinya memang belum bisa menemukan pemasok terbaru untuk berlian yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh James.James hanya terus saja menggigit kuku jarinya dan berusaha menemukan jalan keluar yang dirasanya akan buntu.James tau jika yang menjual ba
Pagi terasa begitu hangat, mentari menyinari ruangan menerobos masuk dari celah jendela. Membuat mata James mengerjap karena silaunya, dan ternyata dunianya terlihat begitu dekat berada di depan matanya.Tangannya secara teratur ingin mengusap pucuk kepala dari Isabelle yang tengah menemaninya di sana.Namun saat tangan dari James hendak terangkat, Isabelle tampak terusik dan terbangun dari tidurnya.James yang menyadarinya pun segera kembali berpura pura tertidur, james ingin melihat reaksi apa yang akan Isabelle lakukan saat melihat dirinya belum sadar.“Ya Tuhan, ini sudah jam berapa?,” gumam Isabelle terkejut karena hari sudah terlihat sangat cerah.Dilihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.“pukul tujuh?, bagaimana bisa aku tertidur begitu pulas sementara james belum sadar.” gumamnya lagi seraya menoleh ke arah James.Terlihat selang infus dan juga selang transfusi darah, selang oksigen pun turut membantu James yang terbaring lemah di bed.“Ap
“Apa yang kau maksud Tuan?,” tanya Isabelle yang terkejut mendengar ucapan J.Isabelle pun segera menarik Jayden dari pelukan J dan menyembunyikannya di balik badan mungilnya.J pun tampak menghela nafas dan mencoba untuk tetap tenang agar kepalanya tidak terasa sakit lagi saat mengingat setiap kejadian demi kejadian yang pernah terjadi.“Belle, boleh kita bicara berdua?,” tanya J dengan sangat lembut.Isabelle juga terheran dengan nama panggilan yang J ucap baru saja.“Tidak, aku tidak ingin bicara denganmu. Kalian berdua boleh pergi, aku sudah tidak membutuhkan bantuan kalian lagi,” tutur Isabelle yang mulai kesal dan marah terhadap J.Namun J tidak langsung menyerah, J mencoba membujuknya sekali lagi melalui Jayden.“Nak, Papi perlu bicara dengan Mami mu, apakah kau mau membantu Papi membujuk Mami agar mau bicara dengan Papi?,” tanya J dengan terus berjongkok di depan Jayden dan Isabelle.Jayden pun terlihat mengangguk dan segera berlari ke arah Thomas, genggaman tangan Isabelle pu
Sementara itu, di apartemen Isabelle tampak Jayden yang sudah menunggu isabelle sedari tadi. Nany dari Jayden pun segera berpamitan dan pulang.“Apa kau marah pada Mami?,” tanya Isabelle seraya mendekati Jayden yang tengah duduk di sofa dan memanyunkan bibirnya.“Stop, jangan mendekat atau aku akan semakin marah padamu,” tutur Jayden yang kesal dengan sang Mami yang pulang sangat larut.“Maaf honey, Mami ada pekerjaan mendesak yang mengharuskan Mami pulang terlambat,” ucap Isabelle pada Jayden.Namun Jayden terus saja merajuk, Isabelle pun terus mencari cara untuk membujuk Jayden agar tidak marah lagi.“Baiklah, mari kita buat perjanjian,” ajak Isabelle pada sang putra.“Perjanjian apa?, apa kau berusaha membujukku Mami?,” tanya Jayden yang sudah paham dengan tak tik sang Mami.Isabelle pun tampak mengangguk dan tersenyum canggung.“Tidak, aku tidak ingin bernegosiasi denganmu. Tawaranmu pasti tidak akan menarik dan aku pun tidak mau menerima negoisiasi itu,” tutur Jayden yang sudah t
“Woopy, siaga dengan sniper jarak jauh. Arah jam sepuluh lebih dua belas menit,” tutur Leon yang diam diam menghubungi sang sniper terbaik yang berada di lantai gedung tertinggi di area sana.Sang sniper pun mengangguk dan mencari arah yang dimaksud oleh Leon. Setelah mengunci musuhnya, tanpa suara apapun dalam hitungan detik titik merah yang berada tepat di kening Dominic pun menghilang.Setelah itu Leon segera mengamankan posisi Dominic dan memeriksa helikopter siapa yang datang dan mencoba untuk membunuh Dominic.“Dray, pastikan siapa yang berada di dalam helikopter yang tengah mendarat di rooftop gedung ini. Jangan sampai mereka bisa menerobos masuk ke dalam.” pinta Leon kepada Dray sang pengintai.Namun rupanya Dray kalah langkah, dan dirinya terkena tembakan dari orang yang berada di dalam helikopter.Dray terluka di bagian lengan kanannya, saat Dray hendak menyerang balik, tiba tiba saja desingan peluru meletup kembali dan membuat salah satu orang yang berada di dalam helikopte
J dan Isabelle pun menoleh ke arah sumber suara.“Papa,” gumam J di depan Van Der Mick yang baru saja tiba.Van Der Mick segera mendekat dan memastikan keadaan J.“Apa yang terjadi padamu nak?, apa kepalamu sakit?,” tanya Van Der Mick yang terlihat sangat cemas dengan keadaan dari J.“Ah tidak pa, ini hanya sedikit sakit kepala saja tidak ada hal yang serius,” ucap J pada Van Der Mick.Van Der Mick pun menoleh ke arah Isabelle dan menatap nya dengan tajam.“Apa kau yang membuat putraku sakit hah?,” tanya Van Der Mick dengan nada bicara yang tinggi.J tampak terkejut mendengar nada bicara Van Der Mick yang terkesan berlebihan.“Pa, kau tidak seharusnya berteriak pada Isabelle. Dia hanya membantu menjaga dan merawatku Pah,” ucap J mencoba untuk membela Isabelle.“Ini Papa mu Tuan?,” tanya Isabelle yang berpura pura tidak mengenal Van Der Mick dihadapan J.“Ya Isabelle, dia Papah ku. Maafkan karena dia sudah berkata terlalu tinggi padamu,” ucap J meminta maaf atas nama Van Der Mick.“Tid
Pintu apartemen terbuka, Thomas segera mendorong kursi roda J dan membawanya ke dalam.Lalu Thomas membaringkan tubuh tinggi besar dari J dengan susah payah di tempat tidurnya.“Nona Belle, sebenarnya apa yang terjadi hingga Tuan J mengalami kesakitan dibagian kepalanya?,” tanya Thomas yang sangat penasaran.Karena Thomas tau jika J akan mengalami sakit pada kepalanya saat memforsir isi pikirannya dan juga mengingat sebagian potongan potongan dari ingatannya.“Begini Tuan, aku tidak sengaja berkata suatu hal yang mungkin membuat Tuan J dejavu dengan perkataanku,” ucap Isabelle tanpa mau berkata jujur kepada Thomas.Thomas pun berpikir keras, kiranya perkataan apa yang bisa membuat Tuan Mudanya itu tumbang.“Sudahlah nanti saja kita bicarakan, sekarang kau bantu aku mengelap tubuh TUan J agar tidak kotor,” pinta thomas pada Isabelle.“Mengelap tubuhnya?, apa kau gila Tuan?. Aku bukan siapa siapa dari Tuan J, dan kau seenaknya menyuruhku mengelap tubuh Tuan J?,” teriak Isabelle yang kes