Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 71. Tersesat Dalam Emosi

Share

71. Tersesat Dalam Emosi

Author: Merspenstory
last update Huling Na-update: 2025-02-12 09:11:14
Caleb mengusap sudut bibirnya yang berdarah, tatapannya dipenuhi amarah. Sementara itu, Kayden masih berdiri dengan rahang mengeras, sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan berikutnya.

Dengan napas sedikit tersengal, Lea menoleh ke Caleb dan berkata, “Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti. Aku minta maaf atas keributan ini, dan terima kasih untuk makan malamnya.”

Tanpa membuang waktu, Lea berbalik dan mengikuti Kayden menuju mobilnya. Emosi berkecamuk dalam dirinya. Marah, kesal, tapi juga sedikit waspada melihat Kayden yang masih dipenuhi amarah.

Begitu masuk ke dalam mobil, Jonas segera melajukan kendaraan tanpa sepatah kata pun.

Keheningan yang mencekam memenuhi kabin.

Tak tahan lagi, Lea akhirnya membuka suara. “Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba memukulnya tanpa alasan?” Nada suaranya terdengar kesal.

Kayden masih diam. Matanya menatap lurus ke depan, tetapi jemarinya mengepal di atas pahanya.

Lalu, tanpa menoleh, ia berkata dengan nada rendah yang menusuk
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   72. Perjalanan Bisnis - Monaco

    Satu minggu kemudian ....Suara gemuruh mesin jet pribadi menggema di landasan, tetapi di dalam kabin, suasana terasa senyap. Lea duduk di kursinya sambil menatap layar kecil di hadapannya, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. Ia masih belum sepenuhnya memahami kenapa Kayden membawanya dalam perjalanan ini.Coba pikirkan. Meskipun ia memang sekretaris Kayden, perjalanan ini sebenarnya tidak sepenuhnya membutuhkan kehadirannya. Sesaat, Lea bertanya-tanya, mungkinkah ada alasan lain di balik keputusan pria itu membawanya?Ia ingin mengutarakan pemikirannya, tetapi enggan mengambil risiko. Kayden pasti akan membantah dan memelintir ucapannya tanpa ampun.Lea melirik Kayden yang duduk di seberangnya dengan setelan hitam sempurna. Jemarinya yang panjang itu mengetuk-ngetuk layar tablet yang menampilkan laporan bisnis. Dan mata birunya tampak fokus dengan ekspresinya tanpa cela seperti biasa.‘Aku akui, dia memang tampan,’ Lea membatin. ‘Pasti banyak wanita yang rela mengantre untuk bi

    Huling Na-update : 2025-02-12
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   73. Necklace

    Lea menatap pantulan dirinya di cermin, merasa sedikit asing dengan wanita yang berdiri di hadapannya. Gaun satin biru tua membalut tubuhnya dengan sempurna, mengikuti lekukannya tanpa terlihat berlebihan. Rambutnya digulung rapi dengan beberapa helaian dibiarkan jatuh lembut di sisi wajahnya. Ia terlihat pantas untuk acara formal yang akan mereka hadiri, tetapi tetap saja, rasa canggung tak bisa ia hindari.Dengan napas pelan, Lea segera berbalik, lalu mengambil clutch kecil di meja rias sebelum keluar dari kamar. Begitu pintu terbuka, matanya langsung menangkap sosok Kayden yang sudah menunggunya di ruang tamu penthouse.Pria itu berdiri dengan tenang, mengenakan setelan hitam yang tampak dibuat khusus untuknya. Dasinya berwarna senada dengan gaun Lea, entah itu kebetulan atau memang sengaja. Ketika Kayden mengangkat kepala dan menatap Lea, mata birunya mengamati wanita itu dengan cara yang membuat Lea ingin mengalihkan pandangan.Namun, ia bertahan.Kayden tidak mengatakan apa-apa s

    Huling Na-update : 2025-02-13
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   74. Dark Romance

    Tidak ada lagi percakapan setelah momen itu—hanya keheningan yang membingungkan sekaligus mengejutkan yang dirasakan Lea. Baik ia maupun Kayden tenggelam dalam pikiran masing-masing, membiarkan udara di antara mereka dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan.Bahkan ketika mereka sudah berada di dalam mobil menuju Chateau d'Azur, keheningan tetap membalut keduanya. Tak ada satu pun dari mereka yang mencoba memecah suasana. Hingga tanpa terasa, mobil berhenti di depan pintu masuk hotel.Kayden turun lebih dulu, diikuti Lea yang melangkah sedikit ragu di belakangnya.Mereka tetap diam saat memasuki lift. Suara dentingan lembut saat lift bergerak terasa lebih nyaring di telinga Lea, menyatu dengan detak jantungnya yang masih berantakan.Begitu pula saat pintu penthouse terbuka dan Kayden menutupnya kembali dengan gerakan perlahan.Saat pintu penthouse tertutup di belakang mereka, keheningan yang membebani sepanjang malam akhirnya pecah. Kayden tidak berkata apa-apa saat ia berbalik. Pria it

    Huling Na-update : 2025-02-13
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   75. Kamu Tahu Kamu Milikku

    Seluruh ruang kamar terasa begitu sunyi, hanya suara napasnya yang terdengar tak beraturan. Lea mengerjap beberapa kali, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang masih tersisa. Selimut yang menutupi tubuhnya terasa sedikit longgar, memperlihatkan kulitnya yang masih menyimpan jejak dari kegiatan sebelumnya.Kesadaran itu menghantamnya begitu keras.Ia berbaring di ranjang Kayden. Bersama pria itu. Setelah melewati batas yang seharusnya tidak boleh dilewati.Jantungnya berdebar kencang saat ia perlahan menoleh ke samping. Kayden sudah terlelap dengan satu lengannya tergeletak di atas perutnya sendiri, sementara napasnya tampak teratur. Wajah pria itu terlihat lebih tenang dalam tidur, tidak lagi menyimpan sorot tajam yang biasanya mengintimidasi Lea.Dan justru itulah yang membuat segalanya terasa lebih buruk.Lea menggigit bibir, mencoba menekan perasaan yang mulai memenuhi dadanya. Apa yang telah ia lakukan?Tangannya mencengkeram selimut dengan kuat, tubuhnya menegang oleh gelombang e

    Huling Na-update : 2025-02-13
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   76. Gadis Nakal

    Keesokan paginya ....Cahaya matahari Monaco menelusup melalui gorden yang terbuka sebagian, menerangi interior penthouse dengan kilauan keemasan. Lea duduk di tepi ranjang, sementara jari-jarinya menggenggam erat selimut yang masih melingkupinya. Pikirannya masih berkecamuk, tetapi langkah kaki yang mendekat membuatnya kembali sadar akan keberadaannya di ruangan ini.Di sana, Kayden baru saja keluar dari kamar mandi, pria itu mengenakan kemeja putih yang lengannya masih tergulung hingga siku. Rambutnya sedikit basah, menunjukkan bahwa ia baru selesai mandi. Tak seperti biasanya, hari ini ekspresinya terlihat lebih serius, meski tetap membawa aura dominan yang tidak pernah benar-benar pudar.Lea menegakkan punggungnya ketika Kayden melangkah mendekat. Sepasang mata birunya menatap lurus ke arahnya.“Kamu masih di sini.” Suaranya terdengar datar, tapi bukan nada heran.Lea mengerjap pelan, mencoba meredakan rasa kering di tenggorokannya. Seharusnya ia sudah pergi sebelum Kayden bangun.

    Huling Na-update : 2025-02-14
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   77. Melody of Escape

    Lea refleks menoleh ke sekeliling, matanya menelusuri setiap sudut kafe dengan gelisah. Ia mengamati para pelanggan yang sibuk dengan aktivitas masing-masing, mencari tanda-tanda keberadaan seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya. Memastikan apakah Kayden atau Jonas ada di sana.Namun, tak ada satu pun wajah yang ia kenali.Tidak ada Kayden. Tidak ada Jonas.Lea menggigit bibirnya, lalu kembali menatap layar ponselnya. Jemarinya menggenggam perangkat itu lebih erat saat suara hatinya berbisik bahwa Kayden pasti tahu ia tidak berada di penthouse.“Dia mengirimiku pesan seolah tahu bahwa aku tidak di sana,” gumamnya pelan.Rasa ngeri perlahan merayapi tulang punggungnya. Seberapa jauh kendali Kayden atasnya? Apakah pria itu benar-benar mengawasinya? Atau ini hanya permainannya untuk membuatnya takut?Lea mengembuskan napas berat, mencoba mengabaikan kegelisahan yang mulai membelenggu. Namun baru saja ia meletakkan ponselnya di meja, layar kembali menyala dengan sebuah pesan baru.[K

    Huling Na-update : 2025-02-14
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   78. Silk and Suspicion

    Lea tidak tahu ke mana Jonas membawanya, tetapi saat mereka berbelok ke jalan yang lebih ramai, matanya menangkap tulisan Rue d'Or di sebuah papan nama.Begitu menginjakkan kaki di sana, Lea melangkah perlahan, matanya menyapu deretan butik mewah dengan etalase kaca yang berkilauan. Jalanan ini adalah lambang kemewahan, tempat orang-orang dari kelas atas berkeliaran dengan percaya diri. Namun di tengah gemerlap itu, Lea justru merasa sedikit canggung berada di sana.Jonas berjalan di sisinya dengan tenang seperti biasa. Sesekali tatapannya menyapu sekitar, memastikan tidak ada hal yang mencurigakan.Saat melewati sebuah butik dengan tampilan elegan, Lea tanpa sadar memperlambat langkahnya. Di balik kaca besar itu, ia melihat deretan gaun indah tergantung dengan sempurna. Setiap potongannya memancarkan keanggunan dan kemewahan yang memanjakan mata.“Masuklah jika Anda ingin melihat-lihat,” kata Jonas seolah bisa membaca pikirannya.Lea ragu sejenak, lalu akhirnya mendorong pintu kaca d

    Huling Na-update : 2025-02-14
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   79. Trapped by Fate

    Matahari telah mencapai titik tertingginya di langit ketika Lea dan Jonas menyadari bahwa mereka telah berjalan terlalu lama. Waktu berlalu tanpa mereka sadari. Keduanya terbawa oleh suasana kota yang hidup dan percakapan ringan yang membuat Lea merasa sejenak bebas dari beban yang selama ini menyesakkannya.Namun, suasana itu mendadak berubah ketika Jonas merasakan ponselnya bergetar di saku jasnya. Ia merogohnya dengan santai, tetapi begitu melihat nama yang tertera di layar, langkahnya seketika terhenti.“Dari Kayden Easton.” Jonas mengumumkan.Ia meneguk ludah ketika tatapannya kembali ke layar, dan tanpa membuang waktu, ia segera menerima panggilan itu. Percakapan yang terjadi begitu singkat, hanya beberapa kata dari Kayden yang membuat ekspresi Jonas semakin kaku. Setelah menutup telepon, ia segera menoleh pada Lea dengan sorot mata yang kini lebih tajam dan mendesak.“Kita harus kembali. Sekarang.”Lea menatapnya dengan cemas. Namun, saat melihat ketegangan di wajah Jonas, ia me

    Huling Na-update : 2025-02-15

Pinakabagong kabanata

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   191. Kedatangan Julianne dan Rhaelil di Apartemen

    Sepeninggal Kayden, Lea melangkah pelan lalu duduk santai di sofa tunggal yang menghadap ke luar jendela. Pemandangan kota New York masih sama—hiruk-pikuk dan gemerlap—namun ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Perlahan, jiwanya tak lagi serapuh dulu.Ponselnya yang tergeletak di meja kecil tiba-tiba bergetar. Lea menoleh, sekilas melihat layar, lalu segera meraihnya saat membaca nama yang tertera.“Mama …?” sapanya begitu panggilan tersambung.Di seberang, suara Julianne terdengar tergesa, bercampur keramaian. “Mama sekarang di bandara. Bisa kita bertemu?”Lea mengernyit samar. “Mama di New York?”“Ya. Bersama Rhaelil. Dia bersikeras ingin ikut karena katanya rindu padamu.”Lea tertawa kecil, merasa geli. “Apa? Jadi anak itu merindukanku?”Samar-samar, suara Rhael terdengar dari belakang. “Tidak! Aku ikut bukan karena merindukanmu! Aku ke mari untuk bersenang-senang!”Lea terkikik. “Baiklah … kalian bisa datang ke apartemenku. Nanti aku kirim alamatnya.”“Baik, Sayang. Sampai jumpa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   190. Aku Tidak Akan Kehilanganmu Lagi

    Keesokan paginya, Lea menjadi orang pertama yang bangun. Ia tidak langsung mandi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lebih dulu karena tahu hari ini Kayden akan ke kantor.“Oke, semuanya beres!” serunya pelan dengan senyum lebar, merasa puas dengan sarapan sederhana dan secangkir kopi yang sudah tertata rapi di atas meja makan.Setelah memeriksa semuanya sekali lagi, Lea melangkah kembali ke kamar. Ia menaiki ranjang dengan pelan, lalu menunduk dan menciumi pipi Kayden yang masih tertidur lelap.“Selamat pagi, Tuan Muda Easton,” bisiknya lembut di sela ciumannya.Kayden menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan. Tatapannya langsung bertemu dengan wajah Lea yang tersenyum di atasnya.“Ini mimpi lain, hm?” gumamnya serak karena baru bangun. Tangannya terulur mengusap pipi Lea. “Karena kalau iya, aku tidak ingin bangun.”Lea terkikik pelan. “Bukan mimpi, Sayang. Sarapan sudah siap. Kamu harus bangun sebelum kopimu dingin.”Kayden menarik tubuh Lea agar jatuh ke pelukan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   189. Melepas Rindu

    Kayden menggeleng pelan, lalu menaruh dagunya di bahu Lea. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita. Aku sangat merindukanmu, Little Rose,” bisiknya parau.Lea tersenyum tipis. Salah satu tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Kayden dengan lembut. “Baiklah. Kita nikmati saja waktu berdua.”Bagi Kayden, pelukan ini masih terasa seperti mimpi. Meskipun hangat kulit Lea begitu nyata di pelukannya, Kayden tak bisa mengusir keraguan dalam hatinya. Ada suara kecil yang terus bertanya—jangan-jangan semua ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyataan?Setelah beberapa saat berendam, Lea tiba-tiba menarik diri dari pelukan Kayden. Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari bath tub. Buih sabun masih menempel di beberapa bagian tubuhnya yang putih dan mulus.Dengan langkah anggun, Lea berjalan menuju shower dan menyalakan air hangat. Saat buliran air membasahi tubuhnya, ia menoleh.Senyum manis menghiasi bibirnya. “Kemarilah, Kayden,” panggilnya lembut.Kayden tidak segera

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   188. Bertemu Kembali

    Pagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status