Share

43. Isi Hati Lea

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-02-04 08:40:42
Kayden akhirnya membawa Lea ke kamar tamu yang terletak tepat di samping kamarnya. Dengan hati-hati, ia membaringkan wanita itu di atas ranjang, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya. Setelah memastikan Lea tertidur, Kayden melangkah keluar tanpa sepatah kata pun.

Begitu memasuki kamarnya sendiri, ia memutuskan untuk duduk di tepi ranjang. Malam ini terasa lebih panjang dari biasanya. Pikirannya sedikit kacau, tapi ia memilih untuk tidak memikirkannya lebih jauh.

Namun sebelum ia benar-benar bisa beristirahat, suara ketukan keras menggema di pintunya.

Tok! Tok! Tok!

“Kayden Easton!”

Kayden membuka matanya, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit. Ketukan itu semakin keras, diiringi suara Lea yang memanggil namanya dengan nada tidak sabar. Dengan ekspresi datar, ia melangkah menuju pintu dan membukanya.

Namun begitu pintu terbuka, Lea langsung masuk tanpa menunggu izin. Wanita itu berjalan dengan langkah sedikit sempoyongan sebelum akhirnya menjatuhkan dirinya di ku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   44. Rasa Ingin Menghilang

    Pagi itu, sinar matahari yang menembus tirai tipis membangunkan Lea. Kepalanya masih terasa berat akibat alkohol semalam. Namun sebelum kesadarannya sepenuhnya terkumpul, sesuatu yang asing membuatnya terjaga seketika.Ia bukan berada di kamar tamu. Dan matanya membelalak saat melihat siapa yang berbaring di sampingnya. Kayden.Jantung Lea berdetak cepat dan rasa panik langsung menyelimuti dirinya. Tanpa pikir panjang, Lea segera berguling ke sisi ranjang hingga jatuh ke lantai dengan suara gedebuk keras.“Ouch ….” Lea meringis pelan karena rasa sakit di bokongnya.Kayden yang terbangun karena suara itu langsung menoleh ke sisi ranjang. Dengan ekspresi malas, ia menatap Lea yang kini terduduk di lantai sambil meringis kesakitan. “Apa yang kamu lakukan?” tanyanya dengan nada datar.Lea buru-buru membetulkan posisi duduknya. Napasnya sedikit tersengal karena kaget. “Apa yang terjadi? Kenapa kita tidur bersama?” tanyanya panik.Kayden menghela napas, lalu mengusap rambutnya yang sedikit

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   45. Penonton Dalam Drama

    Beberapa hari kemudian ….Seperti yang sudah disepakati, Lea tiba di Bandara New York setelah penerbangannya dari Seychelles. Matanya menyapu keramaian, hingga pandangannya tertuju pada sosok pria yang duduk di kursi tunggu bersama seorang wanita dan tampak terlihat mesra. Itu adalah Noah dan Sophia.Lea mematung sejenak, seolah dunia di sekelilingnya tiba-tiba melambat. Ia merasa seperti penonton dalam drama yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Semuanya begitu nyata dan ia seperti berada di luar cerita mereka.‘Kenapa aku harus ada di sini?’ pikirnya dalam hati.Lea menghela napas pelan, kemudian berjalan pelan menghampiri mereka berdua. Sophia tersenyum manis saat melihat Lea mendekat.‘Kenapa dia tersenyum?’ gumam Lea dalam hati saat mata mereka bertemu. Namun, ekspresi Sophia segera berubah menjadi dingin begitu mereka saling berhadapan.Sophia menatap Lea dengan penuh cemooh sebelum tanpa ragu berkata pada Noah. “Aku tidak ingin semobil dengan istrimu, Noah.” Suaranya sengaja

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   46. Pasrah

    Lea terpaku mendengar kata-kata itu, lalu buru-buru membungkam mulutnya rapat-rapat.“Bagus, seperti inilah yang aku inginkan. Gadis pintar,” bisik Kayden puas saat Lea lebih terkendali.Lea mencoba menjaga ketenangannya. “Aku tidak tahu apa tujuanmu melakukan ini. Tapi, bisakah kamu melepaskanku sekarang?” Suaranya berubah lebih lembut. “Aku tidak ingin memberontak. Karena kalau aku melawan, tanganmu yang terluka bisa semakin parah.”Lea merasa sudah cukup menyebabkan kekacauan hingga melukai pria itu. Dan ia benar-benar tidak ingin ada kekacauan lain akibat ulahnya lagi.Mendengar itu, Kayden tersenyum tipis. Tubuhnya tetap menekan punggung Lea dan lengan kirinya mengunci pinggang wanita itu dengan kuat.“Begitu peduli, hm?” gumamnya di dekat telinga Lea. “Atau ini hanya cara lain untuk membuatku lengah?”Lea meneguk saliva dengan berat. Ia benar-benar tidak bermaksud seperti itu, tapi berada dalam dekapan Kayden seperti ini membuatnya sadar akan satu hal—apa pun yang ia katakan bisa

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   47. Seperti Tikus yang Terpojok

    “Lea!”Wanita itu tersentak kecil di pelukan Kayden saat suara Noah yang memanggil namanya terdengar begitu jelas dari luar. Seketika tubuhnya menegang, seolah badai salju membekukan tulangnya. Jantungnya berdegup kencang, begitu kuat hingga terasa seperti hendak melompat keluar dari dadanya.“Di mana sih wanita sialan ini?” Suara Noah terdengar lebih keras, kali ini diiringi dengan langkah kaki yang bergegas di lorong.Lea berusaha menenangkan diri, tetapi tubuhnya terus bergetar. Suara Noah yang terus memanggilnya semakin membuatnya cemas. Lea tidak tahu kenapa Noah terdengar begitu marah saat mencarinya, padahal ia merasa tidak membuat kesalahan sama sekali.‘Apa yang aku lewatkan?’ Lea bertanya dalam hati.Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Noah menemukannya di sini. Pria itu pasti akan mengamuk. Tidak … Noah mungkin akan langsung membunuhnya.Tiba-tiba, suara Kayden yang berat kembali menyusup ke telinga Lea dan mengusik setiap pikiran yang coba ia susun. “Bukan

    Last Updated : 2025-02-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   48. Kekuasaan dan Ego

    Lea hampir terlonjak saat Noah menggebrak pintu kamar dengan kasar. Matanya bergetar penuh ketakutan sementara kakinya bergerak mundur perlahan. Noah mendatanginya dengan langkah berat, ekspresinya seperti pembunuh yang siap mengeksekusi korbannya.Lea merasa panik, namun pikirannya berputar cepat mencari cara untuk menghadapi situasi yang menegangkan itu. “Aku … aku …,” ucapnya tak jelas.Kakinya terus bergerak mundur hingga tak sengaja menabrak sofa dan membuatnya jatuh terduduk di sana. Saat hendak berdiri, Noah dengan cepat berlari ke arahnya dan membuat Lea tak bisa kabur.Dengan wajah yang tampak begitu marah, Noah berdiri tepat di hadapan Lea. Salah satu tangannya terulur kasar, meraih dagu wanita itu dan menariknya ke atas.“Ke mana saja kamu, hah?” Noah mengulangi pertanyaannya dengan nada berat.Lea meneguk saliva dengan berat sementara matanya bergetar ketakutan. “A-ku tadi di balkon,” sahutnya tergagap.Kening Noah mengernyit tajam. “Di balkon?” ulangnya dengan nada tak per

    Last Updated : 2025-02-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   49. Sekutu dalam Dosa

    Di luar, Noah melangkah cepat dengan rahang mengeras dan tatapan yang membara. Kata-kata Kayden yang menyebut dirinya sebagai pewaris sah terus terngiang di kepala pria itu. Menyulut api amarah yang sudah lama tertahan.“Cih, bajingan itu!” dengusnya tajam.Suara ibunya yang memanggilnya menggema dari belakang, namun Noah tak mengindahkan. Ia terus berjalan tanpa menoleh, kemudian masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan kasar. Tanpa ragu, ia menginjak pedal gas dan membawa mobilnya melesat ke jalanan dengan kecepatan tinggi."Kayden ... dasar bajingan!" geramnya sambil menghantam kemudi. Sosok pria itu terus menghantui pikirannya, membuat amarahnya semakin membuncah.Setelah beberapa saat, mobilnya berhenti di sebuah gedung apartemen mewah. Noah keluar dengan langkah mantap, meski amarah masih membara di dadanya. Ia masuk ke lift, lalu menekan tombol lantai yang dituju sementara jemarinya mengepal di sisi tubuhnya.Begitu sampai, Noah segera memasukkan kode pada pintu aparteme

    Last Updated : 2025-02-06
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   50. Senja yang Menyesakkan

    Sementara itu di sisi lain kota, senja mulai merayap dengan perlahan. Lea duduk di dekat jendela sambil memandangi langit yang temaram. Pikirannya melayang, seakan dunia luar terasa begitu jauh dari hiruk-pikuk yang baru saja ia hadapi.Tiba-tiba, suara dering pada telepon menariknya kembali ke kenyataan. Lea segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengerjap sesaat mendapati nama ayahnya terpampang di layar.“Lea, Papa ingin kamu datang ke rumah sore ini.” Suara ayahnya yang tegas langsung menyapa telinga Lea saat panggilan baru saja tersambung.Lea hendak menjawab, namun tanpa memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut, pria tua itu menutup telepon begitu saja. Lea menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduk. Lea berjalan menuju lemari pakaian dan memilih pakaian sederhana namun rapi. Begitu selesai, ia bergegas turun ke lantai bawah dengan pikiran yang penuh tanda tanya.Lea memasuki mobilnya dengan hati yang sedikit gelisah. Setelah m

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   51. Kecelakaan

    Suara samar terdengar di kejauhan. Bising, tapi terputus-putus.“Bisa dengar aku?”Seseorang menyentuh lengannya, tapi rasanya begitu jauh. Hawa dingin merayap di kulitnya, sementara suara sirene menggema di telinganya.Kelopak mata Lea bergerak perlahan sebelum terbuka sepenuhnya. Cahaya putih menyilaukan pandangannya dan membuatnya mengerjap beberapa kali. Butuh beberapa detik bagi Lea untuk menyadari bahwa ia sedang terbaring di dalam ambulans.“Dia sadar,” suara seorang paramedis terdengar lega. “Nona, apakah Anda bisa mendengar saya?”Lea mencoba berbicara, tetapi tenggorokannya terasa kering. Ia pun hanya bisa mengangguk pelan.“Napas Anda cepat, tapi tenang saja, Anda selamat.” Pria itu memeriksa tekanan darahnya sebelum menambahkan, “Anda mengalami luka ringan di dahi dan sedikit syok, tapi tidak ada cedera serius.”Lea berkedip, mencoba mengingat apa yang terjadi. Mobil, benturan. Lalu, kegelapan.“Mobilku ….” Suaranya serak, hampir tidak terdengar.“Sudah ditangani,” jawab p

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   171. Salju, Laut, dan Sebuah Konspirasi

    Salju tipis masih turun saat Lea melangkah keluar dari pintu kedatangan bandara kecil itu. Ia merapatkan mantel dan menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan gumpalan emosi yang menyesakkan dadanya. Kota ini terasa asing, jauh dari hiruk-pikuk yang biasa ia hadapi.Seorang pramugari yang baru saja turun dari pesawat yang sama memberinya senyum singkat. “Hati-hati di luar, Nona. Cuacanya sedang tidak bersahabat.”Lea hanya mengangguk kecil. “Terima kasih.”Ia melangkah ke area pengambilan bagasi, menunggu koper kecilnya muncul di conveyor belt. Sambil menunggu, ia mengeluarkan ponsel dari saku mantel dan segera menghubungi Astrid.“Aku sudah sampai,” ucapnya begitu panggilan tersambung.“Bagus,” suara Astrid terdengar lega. “Mobilnya ada di tempat parkir khusus dekat pintu keluar. Kuncinya bisa kamu ambil dari penjaga parkir.”Lea menatap sekitar, memperhatikan suasana bandara yang jauh lebih sepi dibandingkan dengan bandara besar di kota sebelumnya. Tak banyak orang yang berlal

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   170. Berita Terpanas

    Setelah melalui keseruan permainan truth or dare, Kayden tiba-tiba mengajak Lea untuk pulang. Sejak tadi, ia bukannya tidak menyadari gelagat Jonas yang tampak gelisah. Untuk itu, ia mengajak wanitanya pulang lebih awal dan memberikan waktu bagi Jonas untuk berduaan dengan Annika. “Hati-hati di jalan, Lea,” ucap Annika setelah bercipika-cipiki. “Terima kasih, Sir,” lanjutnya, menatap Kayden dengan sopan. Lea mengangguk seraya tersenyum manis. “Terima kasih, Anni,” sahutnya, sementara Kayden hanya bergumam sebagai jawaban. Kayden melingkarkan tangannya di pinggang Lea ketika mereka berjalan menuju lift. Begitu memasuki ruang sempit itu, Lea berkata, “Padahal sedang seru-serunya, tapi kamu malah mengajakku pulang dan bilang ada sesuatu yang mendesak. Memangnya hal apa?” Kayden tersenyum tipis. “Tidakkah kamu melihat gelagat Jonas yang terlihat gelisah, Little Rose?” Lea mengangguk, ia pun menyadari hal itu. “Lalu, apa hubungannya dengan urusan mendesak yang kamu bilang?” tanyanya b

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   169. A Kiss They Didn’t Expect

    Lea menegang. Pandangannya melesat ke arah Annika dan Jonas yang kini menatapnya dengan ekspresi berbeda—terkejut, penasaran, dan sedikit tidak percaya.Lea menggigit bibir bawahnya. Menolak berarti mempermalukan diri sendiri di depan semua orang. Namun, menerimanya? Itu sama saja dengan memberi Kayden kemenangan mutlak.Annika menahan napas. Di sampingnya, Jonas menggenggam gelas anggurnya lebih erat.Lea perlahan mengangkat dagunya, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Dengan suara hampir bergetar, ia berkata, “Kamu yakin ingin aku melakukannya di depan mereka?”Senyum Kayden melebar. “Bukankah itu bagian dari permainannya?”Lea menelan ludah. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang hingga membuatnya mual. Tapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya.Maka, dengan semua keberanian yang tersisa, ia mendekat dengan perlahan. Tangannya bertumpu pada meja untuk menstabilkan dirinya.Lea menghirup napas dalam, lalu dengan gerakan cepat, ia mengecup pipi Kayden. Hanya seki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   168. Truth or Dare

    Dua hari kemudian.Lea bersiap untuk pergi ke kediaman Annika guna memenuhi undangan wanita itu. Dengan pakaian rapi yang dilapisi mantel serta riasan sederhana, ia tampak cantik alami. Sebagai sentuhan akhir, Lea menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya.“Sempurna,” gumamnya seraya tersenyum puas. Sekali lagi, ia memandangi pantulan dirinya di depan cermin sebelum akhirnya beranjak pergi.Saat Lea melangkah keluar dan membuka pintu, Kayden sudah berdiri di sana dengan senyum hangat menyambutnya. Tanpa ragu, Lea langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Kayden, meresapi kehangatan pria itu sejenak sebelum mendorong tubuhnya perlahan. Tatapannya mengunci pada mata Kayden sementara tangannya masih melingkar erat di leher pria itu.“Kamu sangat tampan malam ini, Tuan Muda Easton,” gumamnya penuh kagum.Kayden tetap mempertahankan senyum tipis di bibirnya sebelum mengecup lembut bibir Lea. Ciumannya lalu turun perlahan ke leher, membuat Lea tersentak halus.“Kamu sangat wangi, Li

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   167. Naughty Kayden

    Lea berjalan cepat menuju kamar mandi, berusaha mengabaikan jantungnya yang masih berdetak kencang setelah semua godaan Kayden di meja makan. Ia hanya ingin menenangkan diri, membiarkan air hangat membasuh kepalanya yang penuh dengan suara pria itu.Namun, begitu ia menutup pintu dan berbalik, tubuhnya langsung membeku.Kayden berdiri di ambang pintu dengan satu tangan bertumpu santai di kusen.“K-Kayden?!” Lea hendak meraih gagang pintu, berniat mendorong pria itu keluar. “Keluar! Aku mau mandi!”Alih-alih menurut, Kayden justru melangkah masuk dengan santai lalu menutup pintu di belakangnya dengan bunyi klik halus yang membuat tubuh Lea mengeras seketika.“K-Kenapa kamu ikut masuk?!” Ia mundur selangkah, matanya membulat waspada.Kayden tidak menjawab, hanya melucuti kancing piyamanya dan melepaskannya dengan gerakan sengaja.Lea semakin panik. “Jangan bercanda! Aku benar-benar mau mandi, Kayden!”“Ya, aku tahu,” sahut pria itu ringan. “Aku hanya menemanimu.”Lea menatapnya tak perc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   166. Playing with Fire

    Lea ragu untuk memanggil pria itu seperti yang diinginkannya. Namun, Kayden jelas bersungguh-sungguh tidak akan melepaskannya sampai kata itu keluar dari bibirnya. Meyakinkan diri, Lea akhirnya melakukannya.“Sayang, lepaskan aku,” ucapnya dengan suara rendah.Kayden tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dari pinggang Lea. Dengan santai, ia menarik kursi di sebelah wanita itu dan duduk.Lea buru-buru memosisikan diri di kursinya, namun pipinya terasa panas. Jantungnya masih berdegup cepat, dan detik berikutnya, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.‘Rasanya ingin menghilang saja!’ teriaknya dalam hati.“Hey, ada apa? Apa kamu malu?” bisik Kayden dengan nada menggoda. Ia meraih pergelangan tangan Lea, menariknya perlahan agar wanita itu menurunkan tangannya.Lea menggigit bibirnya, perasaan gelisah dan malu berkecamuk dalam dirinya.‘Sumpah demi semesta! Aku tidak sanggup menatapnya setelah ini!’ batin Lea berteriak.Kayden terkekeh pelan melihat

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   165. Aku Mencintaimu Sejak Awal

    Lea bahkan belum sempat bernapas lega ketika Kayden tiba-tiba menutup jarak di antara mereka.Lea membeku saat Kayden mendekat, napas pria itu menghangatkan kulitnya sebelum akhirnya bibirnya menyentuh miliknya. Lembut, namun penuh tuntutan. Seolah ingin menegaskan kepemilikannya dengan cara yang tak terbantahkan.Jari-jari Lea mencengkeram lengan Kayden, berniat mendorongnya, tetapi kekuatan dalam dirinya menguap begitu saja. Alih-alih melawan, tubuhnya justru melemas dalam dekapan pria itu.Kayden menarik wajahnya sedikit, lalu menatap Lea dengan hangat. “Masih meragukanku?” bisiknya.Lea menelan ludah, hatinya berdebar tak karuan. “Kayden, aku—”“Jangan katakan hal yang akan kamu sesali.” Kayden menempelkan dahinya ke dahi Lea, napasnya berhembus hangat di antara mereka. “Aku mencintaimu, Lea Rose. Sejak awal.”Mata Lea membesar. “Apa?” tanyanya terkejut.Kayden tersenyum samar, tetapi ada ketegasan dalam sorot matanya. “Sejak pertama kali melihatmu, aku tahu aku menginginkanmu. Ak

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   164. Terpaksa Mengakui

    Malam harinya, saat Lea baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang, suara dering pada ponselnya menarik perhatiannya. Dengan malas, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Jantungnya langsung berdebar saat melihat nama Annika terpampang di layar. Wanita itu pasti ingin meminta penjelasan soal kejadian di Home & Haven tadi siang. Dengan penuh pertimbangan, Lea akhirnya menekan tombol hijau, mengangkat panggilan itu.“Lea, ayo jelaskan apa yang terjadi antara kamu dengan CEO kita?” tanya Annika antusias, suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu.Lea menggigit bibirnya, sedikit ragu, tetapi pada akhirnya ia terpaksa mengakui hubungan spesialnya dengan Kayden. Di seberang telepon, Annika langsung berteriak histeris sebelum tertawa.“Ini gila! Aku sama sekali tidak menduga kalau kamu akan berpacaran dengan CEO kita! Kayden Easton itu … wow, Lea! Dia tampan, kharismatik, dan … ah, aku iri padamu!”Lea mengembuskan napas panjang. “Tapi, aku ingin kamu merahasiakan soal ini, An

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   163. Rencana Kayden: Tinggal Bersama

    “Tapi, aku kemari untuk menemani Annika memilih perabotan,” tolak Lea, berusaha menahan diri.Untuk apa lagi menghindar? Keadaannya sudah terlanjur seperti ini. Ia bisa menjelaskan semuanya nanti pada Annika.Kayden tidak bereaksi langsung, tetapi tatapannya semakin dalam menusuk. Tekanan yang ia berikan begitu kuat hingga Annika yang berdiri di samping Lea merasakan tubuhnya ikut menegang.Dengan senyum kecil yang terpaksa, Annika meraih tangan Lea dan berkata, “Aku baik-baik saja, Lea. Aku bisa memilih sendiri perabotannya.”Lalu dengan gerakan perlahan, ia mendekat dan berhenti tepat di belakang Lea.“Pergilah. Aku tidak ingin dimarahi kalau kamu menolak. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana ekspresi CEO kita.” Suaranya merendah saat berbisik di telinga Lea. “Untuk masalah tadi, kamu bisa menjelaskannya padaku nanti.”Lea menghela napas. Lalu, ia akhirnya mengangguk pelan.Kayden menyeringai kecil, jelas puas dengan keputusan Lea. “Bagus,” gumamnya sebelum melangkah lebih dulu.Lea ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status