Beranda / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 28. Berhenti Menggodaku!

Share

28. Berhenti Menggodaku!

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 08:50:50

Semua orang mengikuti arah jari Lea. Di antara air yang mengalir deras dari tebing, terlihat sebuah benda gelap yang tersangkut di sela-sela bebatuan. Kayden segera bergerak maju tanpa merasa ragu, sementara yang lain tetap di tempat dengan perasaan cemas.

Saat Kayden mencapai air terjun, ia memperhatikan benda itu lebih dekat. Perlahan, ia meraih batu besar untuk mendapatkan posisi yang lebih baik. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik benda itu keluar dari aliran air.

“Sebuah tas …?” gumamnya pelan.

Kayden memeriksa tas itu dengan ekspresi datar. Namun saat ia membuka ritsletingnya, sesuatu di dalam tas itu membuat alisnya sedikit berkerut. Ia menoleh ke arah Lea dan Jonas yang masih berdiri dengan wajah penuh tanda tanya.

“Apa itu, Sir?” tanya Jonas hati-hati.

Kayden menarik keluar isi tas. Sebuah buku catatan yang sudah usang, beberapa foto yang warnanya memudar, dan sebuah pisau kecil yang terlihat tajam meski sudah berkarat. Kayden memegang buku catatan itu sejenak, lalu menatap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   29. Pembuktian Diri

    Kayden menyunggingkan senyum kecil, lalu mendorong tubuh Lea yang masih memeluknya dengan gerakan lembut. “Aku tidak menggodamu, Lea Rose,” ucapnya. “Tapi kalau aku benar-benar melakukannya, kamu pasti akan tahu bedanya.”Lea sontak mendongak, matanya membelalak dan wajahnya memerah seketika. Entah rasa marah, malu, atau gabungan keduanya, hal itu membanjiri pikirannya.“Kamu …,” gumamnya tertahan, kemudian memutuskan untuk menjauh sedikit.Kayden mengamati perubahan ekspresi Lea dengan intens. “Kamu terlalu mudah takut, Lea Rose. Kalau terus begini, bagaimana kamu akan bertahan di dunia yang jauh lebih keras daripada perjalanan kecil seperti ini?” katanya. Nada suaranya kini terdengar serius, hampir seperti teguran.Lea menggigit bibir bawahnya dengan ragu. “Aku bisa bertahan. Dan aku tidak butuh ceramah darimu tentang cara melakukannya,” balasnya berusaha terlihat tegas.“Benarkah?” Kayden memiringkan kepala, disusul dengan seulas senyum miring tersungging di bibirnya. “Karena sejau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   30. Aku Mohon, Bertahanlah!

    Lea menuruni gunung dengan langkah cepat dan tekad yang membara. Kata-kata Kayden berhasil menggoyahkan dirinya. Dan sekarang Lea bersumpah tidak akan membiarkan pria itu menang.Saat Lea melewati tenda Jonas dan teman wanitanya, Jonas terkejut dan langsung berlari keluar memanggilnya. “Nyonya Rose, Anda mau ke mana? Cuaca sekarang sangat buruk!” teriaknya, tapi Lea terus berjalan tanpa menoleh.Jonas berdecak frustasi, lalu segera berlari menuju tenda Kayden dengan langkah panik. “Sir, apa yang terjadi? Kenapa Nyonya Rose pergi di tengah cuaca seperti ini?” tanyanya tampak begitu khawatir.Kayden hanya menghembuskan napas berat. Ia menatap Jonas dengan sorot yang sulit diterjemahkan. Jonas menunggu jawaban dengan cemas, namun hanya disambut keheningan.“Sir, ini sangat berbahaya. Jalanan licin dan—” Ucapan Jonas terhenti saat Kayden tiba-tiba bangkit dan meraih jas hujan dengan gerakan tenang.“Diam, Jonas. Aku yang akan turun menyusulnya,” kata Kayden dengan suara tegas.Jonas hampi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   31. Di Ambang Kehilangan

    Jonas berdiri di tepi jurang dengan napas memburu. Wajahnya tampak tegang, sementara kedua tangannya sibuk mengacak rambut seolah berharap hal itu bisa mengurangi rasa frustrasinya.“Demi Tuhan!” geramnya seraya menatap ke kedalaman jurang yang mencekam. “Jika sesuatu terjadi padanya, habislah aku.”Jonas tahu betul konsekuensi yang akan dihadapinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada pewaris keluarga Easton tersebut. Sejak pertama kali bekerja untuk Kayden, tugasnya tak hanya sebagai asisten pribadi. Robert Easton memintanya untuk memastikan keselamatan Kayden di mana pun putranya itu berada.Dan kini, sang pewaris itu jatuh ke jurang. Konyol, mengingat Kayden bukan amatir dalam mendaki. Tapi musibah selalu datang tanpa aba-aba.'Apakah ini murni kecelakaan atau ada tangan lain yang berperan?' Pemikiran itu tiba-tiba terlintas di kepala Jonas.Jonas mengalihkan pandangannya ke Lea dan teman wanitanya, lalu mengambil keputusan cepat. “Kita turun dari gunung sekarang. Saya akan mencari

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   32. Evakuasi

    Perjalanan menuju lokasi terasa sangat panjang meskipun tim penyelamat bergerak secepat mungkin. Hujan masih mengguyur deras, membuat pandangan terhalang dan jalan setapak yang licin menjadi tantangan besar. Jonas tetap berada di depan, membantu menunjuk arah kepada penjaga hutan dan tim penyelamat.“Jalur ini sangat curam. Berhati-hatilah saat mendekati area jurang,” katanya sambil berusaha keras mengatasi gemetar pada suaranya.Setelah mendaki beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di lokasi Kayden jatuh. Jonas mendekati tepi jurang dengan hati-hati, lalu menyorotkan senter ke bawah. Hujan membuat penglihatannya terbatas, tetapi ia yakin Kayden masih di sana.“Terakhir kali, dia berada di sana,” kata Jonas sambil menunjuk ke sisi jurang yang penuh semak dan ranting yang patah. “Kita harus turun.”Salah satu anggota tim penyelamat dengan tali pengaman di bahunya, menepuk Jonas di punggung. “Kami yang akan menangani ini, Tuan. Tetaplah di sini dan biarkan kami bekerja,” katanya.Jonas me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   33. Merasa Bersalah

    Sambil menunggu kabar, Lea dan Jonas duduk di ruang tunggu klinik yang dikelilingi oleh jendela besar. Dari sana, Lea bisa melihat laut biru dan bukit-bukit tropis Mahe. Suara burung tropis yang melintas sesekali terdengar, seolah mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan meski hari yang berat baru saja mereka lalui.Lea tak henti-hentinya menggigiti kuku jarinya, kebiasaan yang selalu muncul ketika ia sedang cemas. “Tuan Beckett,” panggilnya pelan, “dia akan baik-baik saja, ‘kan?”Jonas menatap Lea sejenak sebelum menjawab. “Saya yakin, Nyonya Rose. Kayden Easton adalah pria tangguh. Bahkan jika dia terlihat seolah tidak peduli pada apa pun, dia tidak akan menyerah begitu saja.”Lea menghela napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya dengan kata-kata Jonas. Namun rasa bersalah terus menghantuinya. Ia merasa seolah semua kejadian ini adalah salahnya.Beberapa waktu kemudian, seorang dokter dengan rambut keriting dan logat lokal khas Seychelles keluar dari ruang perawatan. “Tuan Kayden Eas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   34. Permintaan Sederhana?

    Kedua mata Lea seketika melebar dan ia langsung menggigit bibir. Untuk sesaat, wanita bermata hazel itu hanya terpaku sambil menimbang permintaan sang kakak iparnya tersebut.Mengeramas rambut jelas bukan hal yang sulit, hanya saja … hal itu terlalu intim. Namun saat ia menatap Kayden yang bersandar santai dengan ekspresi menantang, Lea tahu tidak ada gunanya menolak.Lea menatap Kayden dengan ragu. Permintaannya begitu tiba-tiba dan aneh. Mengeramasi rambutnya? Itu bukan sesuatu yang pernah Lea bayangkan akan lakukan untuk pria seperti Kayden."Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Lea dengan alis berkerut.Kayden tersenyum tipis, sementara pandangannya masih terkunci pada sosok Lea yang berdiri canggung. "Kamu yang bilang ingin merawatku. Ini permintaan sederhana, kan?"Lea kembali menggigit bibirnya. Ia memang merasa bersalah pada Kayden, tapi tetap saja ... situasi ini terlalu canggung. Namun menolak Kayden bukan perkara mudah, maka dari itu Lea akhirnya mengangguk."Baiklah," guma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   35. Canggung

    Kayden mendorong pintu kamar mandi dan mendapati Jonas sudah berdiri di depannya. Dengan langkah hati-hati, Kayden melangkah keluar dan Jonas mengekor di belakang. Namun, ekspresi Jonas langsung berubah ketika melihat Lea keluar dari kamar mandi beberapa detik setelah Kayden.Jonas terdiam sejenak, menduga sesuatu yang tak berani ia ungkapkan. 'Apakah mereka ... mandi bersama?' gumamnya dalam hati sambil berusaha menahan ekspresi yang hampir muncul.Sementara itu, Kayden bersikap seperti biasa—tampak santai dan tak terpengaruh. Ia mengabaikan ekspresi terkejut Jonas dan berjalan menuju sofa dengan langkah tenang. "Ada apa, Jonas?" tanyanya.Jonas mengerjap sebentar, buru-buru mengalihkan perhatiannya. "Tidak, Sir. Saya hanya ingin memastikan Anda baik-baik saja."Di sisi lain, Lea tetap diam berdiri di depan kamar mandi. Wanita itu menunduk sambil berusaha mengatur napas. Pipinya terasa panas, tapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kecanggungannya.Kayden menoleh sekilas ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   36. Serangkaian Tragedi

    Lea refleks menggenggam ujung pakaiannya mendengar pertanyaan Noah. “A-Aku di luar. Ada apa?” tanyanya gugup.Di ujung telepon, Noah yang baru saja kembali dari perjalanan duduk di sofa dengan kaki bersilang. “Kembali ke villa sekarang. Ada yang ingin kubicarakan,” balasnya dengan nada dingin.“Baik, aku akan segera pulang,” sahut Lea dan panggilan telepon langsung berakhir sebab Noah mematikannya.Lea segera menyimpan ponselnya dan terburu-buru menuruni tangga menuju lantai satu. Saat hampir sampai pintu utama, suara Jonas menghentikan langkahnya.“Mau ke mana, Nyonya Rose?” tanya Jonas.Lea sontak menoleh. “Aku ke villa Noah sebentar. Kalau kakak ipar mencariku, bilang aku akan kembali setelah semuanya beres,” jawabnya sambil melangkah cepat keluar.Lea mempercepat langkah sementara jantungnya berdegup tak karuan. Setiap langkahnya menuju villa Noah terasa semakin berat. Sesampainya di depan pintu villa, ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mendorong pintu.Lea melangkah mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   171. Salju, Laut, dan Sebuah Konspirasi

    Salju tipis masih turun saat Lea melangkah keluar dari pintu kedatangan bandara kecil itu. Ia merapatkan mantel dan menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan gumpalan emosi yang menyesakkan dadanya. Kota ini terasa asing, jauh dari hiruk-pikuk yang biasa ia hadapi.Seorang pramugari yang baru saja turun dari pesawat yang sama memberinya senyum singkat. “Hati-hati di luar, Nona. Cuacanya sedang tidak bersahabat.”Lea hanya mengangguk kecil. “Terima kasih.”Ia melangkah ke area pengambilan bagasi, menunggu koper kecilnya muncul di conveyor belt. Sambil menunggu, ia mengeluarkan ponsel dari saku mantel dan segera menghubungi Astrid.“Aku sudah sampai,” ucapnya begitu panggilan tersambung.“Bagus,” suara Astrid terdengar lega. “Mobilnya ada di tempat parkir khusus dekat pintu keluar. Kuncinya bisa kamu ambil dari penjaga parkir.”Lea menatap sekitar, memperhatikan suasana bandara yang jauh lebih sepi dibandingkan dengan bandara besar di kota sebelumnya. Tak banyak orang yang berlal

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   170. Berita Terpanas

    Setelah melalui keseruan permainan truth or dare, Kayden tiba-tiba mengajak Lea untuk pulang. Sejak tadi, ia bukannya tidak menyadari gelagat Jonas yang tampak gelisah. Untuk itu, ia mengajak wanitanya pulang lebih awal dan memberikan waktu bagi Jonas untuk berduaan dengan Annika. “Hati-hati di jalan, Lea,” ucap Annika setelah bercipika-cipiki. “Terima kasih, Sir,” lanjutnya, menatap Kayden dengan sopan. Lea mengangguk seraya tersenyum manis. “Terima kasih, Anni,” sahutnya, sementara Kayden hanya bergumam sebagai jawaban. Kayden melingkarkan tangannya di pinggang Lea ketika mereka berjalan menuju lift. Begitu memasuki ruang sempit itu, Lea berkata, “Padahal sedang seru-serunya, tapi kamu malah mengajakku pulang dan bilang ada sesuatu yang mendesak. Memangnya hal apa?” Kayden tersenyum tipis. “Tidakkah kamu melihat gelagat Jonas yang terlihat gelisah, Little Rose?” Lea mengangguk, ia pun menyadari hal itu. “Lalu, apa hubungannya dengan urusan mendesak yang kamu bilang?” tanyanya b

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   169. A Kiss They Didn’t Expect

    Lea menegang. Pandangannya melesat ke arah Annika dan Jonas yang kini menatapnya dengan ekspresi berbeda—terkejut, penasaran, dan sedikit tidak percaya.Lea menggigit bibir bawahnya. Menolak berarti mempermalukan diri sendiri di depan semua orang. Namun, menerimanya? Itu sama saja dengan memberi Kayden kemenangan mutlak.Annika menahan napas. Di sampingnya, Jonas menggenggam gelas anggurnya lebih erat.Lea perlahan mengangkat dagunya, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Dengan suara hampir bergetar, ia berkata, “Kamu yakin ingin aku melakukannya di depan mereka?”Senyum Kayden melebar. “Bukankah itu bagian dari permainannya?”Lea menelan ludah. Ia bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang hingga membuatnya mual. Tapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya.Maka, dengan semua keberanian yang tersisa, ia mendekat dengan perlahan. Tangannya bertumpu pada meja untuk menstabilkan dirinya.Lea menghirup napas dalam, lalu dengan gerakan cepat, ia mengecup pipi Kayden. Hanya seki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   168. Truth or Dare

    Dua hari kemudian.Lea bersiap untuk pergi ke kediaman Annika guna memenuhi undangan wanita itu. Dengan pakaian rapi yang dilapisi mantel serta riasan sederhana, ia tampak cantik alami. Sebagai sentuhan akhir, Lea menyemprotkan parfum di beberapa titik tubuhnya.“Sempurna,” gumamnya seraya tersenyum puas. Sekali lagi, ia memandangi pantulan dirinya di depan cermin sebelum akhirnya beranjak pergi.Saat Lea melangkah keluar dan membuka pintu, Kayden sudah berdiri di sana dengan senyum hangat menyambutnya. Tanpa ragu, Lea langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Kayden, meresapi kehangatan pria itu sejenak sebelum mendorong tubuhnya perlahan. Tatapannya mengunci pada mata Kayden sementara tangannya masih melingkar erat di leher pria itu.“Kamu sangat tampan malam ini, Tuan Muda Easton,” gumamnya penuh kagum.Kayden tetap mempertahankan senyum tipis di bibirnya sebelum mengecup lembut bibir Lea. Ciumannya lalu turun perlahan ke leher, membuat Lea tersentak halus.“Kamu sangat wangi, Li

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   167. Naughty Kayden

    Lea berjalan cepat menuju kamar mandi, berusaha mengabaikan jantungnya yang masih berdetak kencang setelah semua godaan Kayden di meja makan. Ia hanya ingin menenangkan diri, membiarkan air hangat membasuh kepalanya yang penuh dengan suara pria itu.Namun, begitu ia menutup pintu dan berbalik, tubuhnya langsung membeku.Kayden berdiri di ambang pintu dengan satu tangan bertumpu santai di kusen.“K-Kayden?!” Lea hendak meraih gagang pintu, berniat mendorong pria itu keluar. “Keluar! Aku mau mandi!”Alih-alih menurut, Kayden justru melangkah masuk dengan santai lalu menutup pintu di belakangnya dengan bunyi klik halus yang membuat tubuh Lea mengeras seketika.“K-Kenapa kamu ikut masuk?!” Ia mundur selangkah, matanya membulat waspada.Kayden tidak menjawab, hanya melucuti kancing piyamanya dan melepaskannya dengan gerakan sengaja.Lea semakin panik. “Jangan bercanda! Aku benar-benar mau mandi, Kayden!”“Ya, aku tahu,” sahut pria itu ringan. “Aku hanya menemanimu.”Lea menatapnya tak perc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   166. Playing with Fire

    Lea ragu untuk memanggil pria itu seperti yang diinginkannya. Namun, Kayden jelas bersungguh-sungguh tidak akan melepaskannya sampai kata itu keluar dari bibirnya. Meyakinkan diri, Lea akhirnya melakukannya.“Sayang, lepaskan aku,” ucapnya dengan suara rendah.Kayden tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dari pinggang Lea. Dengan santai, ia menarik kursi di sebelah wanita itu dan duduk.Lea buru-buru memosisikan diri di kursinya, namun pipinya terasa panas. Jantungnya masih berdegup cepat, dan detik berikutnya, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.‘Rasanya ingin menghilang saja!’ teriaknya dalam hati.“Hey, ada apa? Apa kamu malu?” bisik Kayden dengan nada menggoda. Ia meraih pergelangan tangan Lea, menariknya perlahan agar wanita itu menurunkan tangannya.Lea menggigit bibirnya, perasaan gelisah dan malu berkecamuk dalam dirinya.‘Sumpah demi semesta! Aku tidak sanggup menatapnya setelah ini!’ batin Lea berteriak.Kayden terkekeh pelan melihat

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   165. Aku Mencintaimu Sejak Awal

    Lea bahkan belum sempat bernapas lega ketika Kayden tiba-tiba menutup jarak di antara mereka.Lea membeku saat Kayden mendekat, napas pria itu menghangatkan kulitnya sebelum akhirnya bibirnya menyentuh miliknya. Lembut, namun penuh tuntutan. Seolah ingin menegaskan kepemilikannya dengan cara yang tak terbantahkan.Jari-jari Lea mencengkeram lengan Kayden, berniat mendorongnya, tetapi kekuatan dalam dirinya menguap begitu saja. Alih-alih melawan, tubuhnya justru melemas dalam dekapan pria itu.Kayden menarik wajahnya sedikit, lalu menatap Lea dengan hangat. “Masih meragukanku?” bisiknya.Lea menelan ludah, hatinya berdebar tak karuan. “Kayden, aku—”“Jangan katakan hal yang akan kamu sesali.” Kayden menempelkan dahinya ke dahi Lea, napasnya berhembus hangat di antara mereka. “Aku mencintaimu, Lea Rose. Sejak awal.”Mata Lea membesar. “Apa?” tanyanya terkejut.Kayden tersenyum samar, tetapi ada ketegasan dalam sorot matanya. “Sejak pertama kali melihatmu, aku tahu aku menginginkanmu. Ak

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   164. Terpaksa Mengakui

    Malam harinya, saat Lea baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang, suara dering pada ponselnya menarik perhatiannya. Dengan malas, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Jantungnya langsung berdebar saat melihat nama Annika terpampang di layar. Wanita itu pasti ingin meminta penjelasan soal kejadian di Home & Haven tadi siang. Dengan penuh pertimbangan, Lea akhirnya menekan tombol hijau, mengangkat panggilan itu.“Lea, ayo jelaskan apa yang terjadi antara kamu dengan CEO kita?” tanya Annika antusias, suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu.Lea menggigit bibirnya, sedikit ragu, tetapi pada akhirnya ia terpaksa mengakui hubungan spesialnya dengan Kayden. Di seberang telepon, Annika langsung berteriak histeris sebelum tertawa.“Ini gila! Aku sama sekali tidak menduga kalau kamu akan berpacaran dengan CEO kita! Kayden Easton itu … wow, Lea! Dia tampan, kharismatik, dan … ah, aku iri padamu!”Lea mengembuskan napas panjang. “Tapi, aku ingin kamu merahasiakan soal ini, An

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   163. Rencana Kayden: Tinggal Bersama

    “Tapi, aku kemari untuk menemani Annika memilih perabotan,” tolak Lea, berusaha menahan diri.Untuk apa lagi menghindar? Keadaannya sudah terlanjur seperti ini. Ia bisa menjelaskan semuanya nanti pada Annika.Kayden tidak bereaksi langsung, tetapi tatapannya semakin dalam menusuk. Tekanan yang ia berikan begitu kuat hingga Annika yang berdiri di samping Lea merasakan tubuhnya ikut menegang.Dengan senyum kecil yang terpaksa, Annika meraih tangan Lea dan berkata, “Aku baik-baik saja, Lea. Aku bisa memilih sendiri perabotannya.”Lalu dengan gerakan perlahan, ia mendekat dan berhenti tepat di belakang Lea.“Pergilah. Aku tidak ingin dimarahi kalau kamu menolak. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana ekspresi CEO kita.” Suaranya merendah saat berbisik di telinga Lea. “Untuk masalah tadi, kamu bisa menjelaskannya padaku nanti.”Lea menghela napas. Lalu, ia akhirnya mengangguk pelan.Kayden menyeringai kecil, jelas puas dengan keputusan Lea. “Bagus,” gumamnya sebelum melangkah lebih dulu.Lea ha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status