Share

33. Merasa Bersalah

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 09:15:08
Sambil menunggu kabar, Lea dan Jonas duduk di ruang tunggu klinik yang dikelilingi oleh jendela besar. Dari sana, Lea bisa melihat laut biru dan bukit-bukit tropis Mahe. Suara burung tropis yang melintas sesekali terdengar, seolah mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan meski hari yang berat baru saja mereka lalui.

Lea tak henti-hentinya menggigiti kuku jarinya, kebiasaan yang selalu muncul ketika ia sedang cemas. “Tuan Beckett,” panggilnya pelan, “dia akan baik-baik saja, ‘kan?”

Jonas menatap Lea sejenak sebelum menjawab. “Saya yakin, Nyonya Rose. Kayden Easton adalah pria tangguh. Bahkan jika dia terlihat seolah tidak peduli pada apa pun, dia tidak akan menyerah begitu saja.”

Lea menghela napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya dengan kata-kata Jonas. Namun rasa bersalah terus menghantuinya. Ia merasa seolah semua kejadian ini adalah salahnya.

Beberapa waktu kemudian, seorang dokter dengan rambut keriting dan logat lokal khas Seychelles keluar dari ruang perawatan. “Tuan Kayden Eas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   34. Permintaan Sederhana?

    Kedua mata Lea seketika melebar dan ia langsung menggigit bibir. Untuk sesaat, wanita bermata hazel itu hanya terpaku sambil menimbang permintaan sang kakak iparnya tersebut.Mengeramas rambut jelas bukan hal yang sulit, hanya saja … hal itu terlalu intim. Namun saat ia menatap Kayden yang bersandar santai dengan ekspresi menantang, Lea tahu tidak ada gunanya menolak.Lea menatap Kayden dengan ragu. Permintaannya begitu tiba-tiba dan aneh. Mengeramasi rambutnya? Itu bukan sesuatu yang pernah Lea bayangkan akan lakukan untuk pria seperti Kayden."Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Lea dengan alis berkerut.Kayden tersenyum tipis, sementara pandangannya masih terkunci pada sosok Lea yang berdiri canggung. "Kamu yang bilang ingin merawatku. Ini permintaan sederhana, kan?"Lea kembali menggigit bibirnya. Ia memang merasa bersalah pada Kayden, tapi tetap saja ... situasi ini terlalu canggung. Namun menolak Kayden bukan perkara mudah, maka dari itu Lea akhirnya mengangguk."Baiklah," guma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   35. Canggung

    Kayden mendorong pintu kamar mandi dan mendapati Jonas sudah berdiri di depannya. Dengan langkah hati-hati, Kayden melangkah keluar dan Jonas mengekor di belakang. Namun, ekspresi Jonas langsung berubah ketika melihat Lea keluar dari kamar mandi beberapa detik setelah Kayden.Jonas terdiam sejenak, menduga sesuatu yang tak berani ia ungkapkan. 'Apakah mereka ... mandi bersama?' gumamnya dalam hati sambil berusaha menahan ekspresi yang hampir muncul.Sementara itu, Kayden bersikap seperti biasa—tampak santai dan tak terpengaruh. Ia mengabaikan ekspresi terkejut Jonas dan berjalan menuju sofa dengan langkah tenang. "Ada apa, Jonas?" tanyanya.Jonas mengerjap sebentar, buru-buru mengalihkan perhatiannya. "Tidak, Sir. Saya hanya ingin memastikan Anda baik-baik saja."Di sisi lain, Lea tetap diam berdiri di depan kamar mandi. Wanita itu menunduk sambil berusaha mengatur napas. Pipinya terasa panas, tapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kecanggungannya.Kayden menoleh sekilas ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   36. Serangkaian Tragedi

    Lea refleks menggenggam ujung pakaiannya mendengar pertanyaan Noah. “A-Aku di luar. Ada apa?” tanyanya gugup.Di ujung telepon, Noah yang baru saja kembali dari perjalanan duduk di sofa dengan kaki bersilang. “Kembali ke villa sekarang. Ada yang ingin kubicarakan,” balasnya dengan nada dingin.“Baik, aku akan segera pulang,” sahut Lea dan panggilan telepon langsung berakhir sebab Noah mematikannya.Lea segera menyimpan ponselnya dan terburu-buru menuruni tangga menuju lantai satu. Saat hampir sampai pintu utama, suara Jonas menghentikan langkahnya.“Mau ke mana, Nyonya Rose?” tanya Jonas.Lea sontak menoleh. “Aku ke villa Noah sebentar. Kalau kakak ipar mencariku, bilang aku akan kembali setelah semuanya beres,” jawabnya sambil melangkah cepat keluar.Lea mempercepat langkah sementara jantungnya berdegup tak karuan. Setiap langkahnya menuju villa Noah terasa semakin berat. Sesampainya di depan pintu villa, ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mendorong pintu.Lea melangkah mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   37. Jerat Tak Kasat Mata

    Lea menoleh pelan sementara jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Sosok yang berdiri di belakangnya itu bukan Noah, bukan juga Sophia. Sosok itu lebih tinggi dengan tatapan yang tajam memandangi Lea, sosok itu tidak lain adalah Kayden.Lea mengembuskan napas pelan sambil mengusap dada. “Astaga, kamu benar-benar mengejutkanku,” gumamnya, lalu melangkah mendekat. “Kenapa kamu ada di sini, Kakak Ipar? Seharusnya kamu beristirahat, bukan malah berkeliaran.”Kayden tak langsung menjawab. Tatapannya begitu dalam mengunci pada Lea dan sulit ditebak. Keheningan di antara mereka semakin menebal sebelum akhirnya pria itu berbicara.“Kenapa pulang terburu-buru?” tanyanya dengan suara rendah dan serak.Lea mengerjap sebentar. Jujur saja ia tak menyangka pertanyaan itu yang keluar dari mulut Kayden. “Noah memintaku pulang karena ada yang ingin dia bicarakan,” jawabnya jujur. Namun sedetik kemudian, pikirannya beralih ke Kayden.“Tapi itu tidak penting,” lanjutnya dengan sorot mata mengeras. “Y

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   38. Pria Tanpa Simpati

    Lea menegang sementara napasnya tersendat. “Tidak, aku hanya bicara sendiri,” kilahnya cepat sambil berusaha menjaga nada suaranya agar tetap stabil.Noah mempersempit jarak di antara mereka dan matanya mengunci pada ekspresi Lea yang gelisah. “Bicara sendiri?” ulangnya pelan, pria itu tampak tidak percaya dengan pernyataan Lea barusan.Lea mengangguk cepat. “Aku terkejut saat mendengar langkahmu mendekat. Itu saja.”Noah diam sesaat, lalu pandangannya beralih ke sekitar ruangan seolah mencari sesuatu. Lea bisa merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Ia sama sekali tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok Noah yang berdiri tak jauh darinya.‘Jangan sampai dia menemukan Kayden.’ Lea berdoa dalam hati.Tubuh Lea semakin menegang saat Noah berjalan melewatinya menuju meja kecil di sudut ruangan. Rasa cemas dan takut kini telah menguasai Lea sepenuhnya. Meja kecil itu tepat berada di samping lemari di mana Kayden bersembunyi.Tanpa sadar, Lea menggigit kuku jarinya sementara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   39. Ancaman Nyata

    Ciuman itu tidak sekadar menyentuh, tetapi panas dan juga dalam. Kayden seolah menegaskan kepemilikannya atas Lea. Satu tangannya melingkar di pinggang wanita itu, lalu menarik tubuhnya lebih dekat hingga tak ada ruang yang tersisa di antara mereka.Lea terkejut dengan ciuman tak terduga dari Kayden. Dan seharusnya ia mendorong tubuh pria itu dan menolak, tetapi tubuhnya justru membeku di tempat. Lea terperangkap dalam sensasi yang belum pernah ia alami sebelumnya.Kayden mendesaknya lebih jauh, bibirnya semakin dalam menjelajah hingga napas Lea tersengal. Saat Lea mulai merasa kehilangan kendali, tiba-tiba Kayden menarik diri.Lea terhuyung, nyaris kehilangan keseimbangan. Dadanya naik turun dengan cepat sementara kepalanya terasa kosong.Kayden menatapnya dengan ekspresi yang tetap tenang, seolah ciuman tadi bukan apa-apa. Namun, matanya berkilat penuh intensitas."Jangan takut,” gumam Kayden pelan. “Aku akan memastikan kamu tetap di sisiku, entah kamu mau atau tidak.”Lea hanya bis

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   40. Wanita Keras Kepala

    Begitu mereka tiba di villa, Lea mendapati Kayden melangkah masuk dengan langkah sedikit terhuyung. Wajahnya tampak pucat. Meski ia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan, Lea tahu pria itu berusaha menahan rasa sakit yang datang dari tangan kanannya yang patah.Lea mengikuti langkah Kayden dengan perasaan cemas yang semakin mendalam. Pria itu tampak lebih lelah dari sebelumnya dan sesekali meringis ketika tangannya bergerak sedikit lebih cepat dari yang seharusnya. Setiap ekspresi kesakitan itu semakin menggerogoti hati Lea, membuatnya merasa terhimpit dalam rasa bersalah yang terus menerus membanjiri pikirannya.Lea tahu Kayden terluka karena kejadian sebelumnya. Ia tak ingin bertanggung jawab, tapi perasaan itu terus mendorongnya untuk bertindak.“Kakak Ipar ….” Lea memanggil pria itu dengan suara pelan.Kayden melirik sekilas ke belakang. “Apa?” jawabnya dengan suara serak.Lea melangkah lebih dekat, matanya tertuju pada tangan Kayden yang terbungkus perban. “Apakah rasanya san

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   41. Insiden Kecil

    Malam harinya, Lea memutuskan untuk tetap tinggal di villa Kayden. Selain ingin merawat pria itu, ada sesuatu yang membuatnya enggan kembali ke villa Noah dan menghabiskan malam sendirian di sana. Meski Kayden sempat menolak, tapi Lea bersikeras.Saat ini ia tengah duduk di sudut kamar, tenggelam dalam buku lawas bergenre romansa yang selalu ia baca di waktu senggang. Lembar demi lembar bergulir tanpa ia sadari, hingga suara di ranjang menarik perhatiannya.Di sana, Kayden tengah berusaha turun. Lea buru-buru menutup bukunya dan meletakkannya di meja, lalu bergegas menghampiri kakak iparnya itu.“Biar kubantu,” ujarnya, jemarinya sudah menopang lengan Kayden.Kayden mendengus, kemudian melirik Lea dengan tatapan sinis. “Aku bukan anak kecil, Lea Rose. Aku bisa berjalan sendiri.”Lea hanya tersenyum. “Aku tahu, tapi aku ingin membantu.”Kayden lantas berdecak. “Yang patah itu tangan kananku, bukan kakiku. Aku bisa berjalan,” tegasnya lagi.Lea tetap di tempatnya dan menatap Kayden deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   191. Kedatangan Julianne dan Rhaelil di Apartemen

    Sepeninggal Kayden, Lea melangkah pelan lalu duduk santai di sofa tunggal yang menghadap ke luar jendela. Pemandangan kota New York masih sama—hiruk-pikuk dan gemerlap—namun ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Perlahan, jiwanya tak lagi serapuh dulu.Ponselnya yang tergeletak di meja kecil tiba-tiba bergetar. Lea menoleh, sekilas melihat layar, lalu segera meraihnya saat membaca nama yang tertera.“Mama …?” sapanya begitu panggilan tersambung.Di seberang, suara Julianne terdengar tergesa, bercampur keramaian. “Mama sekarang di bandara. Bisa kita bertemu?”Lea mengernyit samar. “Mama di New York?”“Ya. Bersama Rhaelil. Dia bersikeras ingin ikut karena katanya rindu padamu.”Lea tertawa kecil, merasa geli. “Apa? Jadi anak itu merindukanku?”Samar-samar, suara Rhael terdengar dari belakang. “Tidak! Aku ikut bukan karena merindukanmu! Aku ke mari untuk bersenang-senang!”Lea terkikik. “Baiklah … kalian bisa datang ke apartemenku. Nanti aku kirim alamatnya.”“Baik, Sayang. Sampai jumpa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   190. Aku Tidak Akan Kehilanganmu Lagi

    Keesokan paginya, Lea menjadi orang pertama yang bangun. Ia tidak langsung mandi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lebih dulu karena tahu hari ini Kayden akan ke kantor.“Oke, semuanya beres!” serunya pelan dengan senyum lebar, merasa puas dengan sarapan sederhana dan secangkir kopi yang sudah tertata rapi di atas meja makan.Setelah memeriksa semuanya sekali lagi, Lea melangkah kembali ke kamar. Ia menaiki ranjang dengan pelan, lalu menunduk dan menciumi pipi Kayden yang masih tertidur lelap.“Selamat pagi, Tuan Muda Easton,” bisiknya lembut di sela ciumannya.Kayden menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan. Tatapannya langsung bertemu dengan wajah Lea yang tersenyum di atasnya.“Ini mimpi lain, hm?” gumamnya serak karena baru bangun. Tangannya terulur mengusap pipi Lea. “Karena kalau iya, aku tidak ingin bangun.”Lea terkikik pelan. “Bukan mimpi, Sayang. Sarapan sudah siap. Kamu harus bangun sebelum kopimu dingin.”Kayden menarik tubuh Lea agar jatuh ke pelukan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   189. Melepas Rindu

    Kayden menggeleng pelan, lalu menaruh dagunya di bahu Lea. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita. Aku sangat merindukanmu, Little Rose,” bisiknya parau.Lea tersenyum tipis. Salah satu tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Kayden dengan lembut. “Baiklah. Kita nikmati saja waktu berdua.”Bagi Kayden, pelukan ini masih terasa seperti mimpi. Meskipun hangat kulit Lea begitu nyata di pelukannya, Kayden tak bisa mengusir keraguan dalam hatinya. Ada suara kecil yang terus bertanya—jangan-jangan semua ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyataan?Setelah beberapa saat berendam, Lea tiba-tiba menarik diri dari pelukan Kayden. Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari bath tub. Buih sabun masih menempel di beberapa bagian tubuhnya yang putih dan mulus.Dengan langkah anggun, Lea berjalan menuju shower dan menyalakan air hangat. Saat buliran air membasahi tubuhnya, ia menoleh.Senyum manis menghiasi bibirnya. “Kemarilah, Kayden,” panggilnya lembut.Kayden tidak segera

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   188. Bertemu Kembali

    Pagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status