Setelah memperlihatkan pose yang begitu menggoda untuk menaikkan libi-do Austin.Joy semakin lebar membuka rok mini ketatnya sehingga kain rok tersebut semakin naik keatas."Fucking sh*it! Kau benar-benar ja*lang se-ksi Joy!!" Seru Austin puas.Mendengar kata-katas kasar dari Austin, bukannya sakit hati. Malah membuat Joy semakin liar membuat gerakan er-otis untuk memuaskan mata Bosnya itu.Joy meremas salah satu payu-daranya yang masih terbungkus dengan kain tipis renda berwarna ungu, dan tangan satunya sudah turun ke bagian tubuh tengahnya mengusap lembut miliknya sendiri."Fuc-k..!! Fu-ck..!!! Wanita bi-nal..!!!" Austin terus saja memaki, dan menonton pertunjukkan liar dari wanita di depannya."Ahhh..." desahan Joy ketika dia memasukkan jarinya ke dalam inti tubuhnya dan memainkannya sendiri.Desahan Joy semakin menjadi, ketika jemarinya keluar masuk dengan cepat hingga lenguhan panjang dari dirinya.Joy melakukan mas-tu-rbasi di depan Austin, cairannya yang lengket di tangannya di
Tiga hari telah berlalu begitu saja. Kini Steve sedang berada di atas ranjang sambil melihat pekerjaannya yang ada di ipad miliknya.Bella baru saja membersihkan diri, dan memakai gaun tidurnya yang transparant. Terlihat begitu jelas kedua payudaranya dan segitiga tipis berwarna senada."Sayang, kamu belum beristirahat ?" ujar Bella yang ikut berbaring di sisi Steve."Aku kira kamu akan kelelahan dan langsung istirahat. Kamu baru saja kembali dari perjalanan. Apa masih ada pekerjaan tambahan sayang ?? " lanjut Bella.Steve tersenyum,"Hmm.. tidak sayang... Aku hanya sedang lihat-lihat berita d internet..""Ohh… hehhehe..." senyum Bella dan bersandar di lengan suaminya."Uhhmm Sayang...!" seru Steve serius."Ada apa sayang ?" kaget Bella."Aku ingin mengajakmu makan siang di luar... Sepertinya sudah lama kita tidak makan berdua di Restaurant yang romantis..." ujar Steve memandangi istrinya penuh cinta.Bella tersenyum bahagia, "Makan siang ?""Iya, ayo kita pergi kencan sayang… Sudah la
Dan di sinilah sekarang Bella dan Austin. Berada dalam satu lift."Kita ke lantai satu dulu..." seru Austin setelah memencet tombol."Ah iya...." gugup Bella yang terus meremas tangannya."Kenapa aku jadi gugup seperti ini..." batin Bella.Tingg!"Ayo..." lagi-lagi seruan Austin, membuyarkan lamunan Bella."Ah iyaa..." jawabnya dan ikut keluar dari lift."Ini adalah ruang untuk pengolahan bahan mentah dan produksi... lalu di sudut sana bagian pengiriman barang..." terang Austin.Sambil berjalan beriringan, Austin tersenyum dan menjelaskan secara detail isi perusahaan, "Sama dengan lantai dua dan tiga... Semua di fokuskan untuk produksi, design, dan pengiriman, tergantung pembagian. Seperti di lantai satu ini menangani bagian elektronik, sedangkan lantai dua menangani bagian kosmetik, sedangkan lantai tiga menangani bagian design dan promosi..."Bella berbinar-binar dan begitu antusias mendengar penjelasan dari Austin. Dia tidak menyangka perusahaan yang didirikan oleh suaminya dan Aus
Permainan lidah Austin di dalam liang kenikmatan Bella semakin liar dengan posisi seperti ini.Austin memasukkan jari telunjuknya di dalam inti tubuh Bella."Ah! Uhm!" erangan Bella setiap Austin mengeluar masukkan jarinya dengan cepat dan kasar. Dimana lidah terus bermain di klitorisnya."Oh my Austin… ah!" lenguhan Bella semakin tidak dapat dia kontrol.Tepat di saat bersamaan.CeklekKriettSuara pintu terdengar dan derap langkah.Austin dengan cepat membawa tubuh Bella untuk menunduk mengikuti dirinya.Untung saja, posisi mereka terhalang oleh rak besi tanaman.Bella berlutut, membelakangi Austin. Dengan perasaan berdebar takut ketahuan."Siapa yang datang...?" pikir Austin.Dengan sedikit keberanian. Austin melihat sedikit dari celah."Shit! Untuk apa dia masuk ke sini !!" maki Austin, melihat Nick yang masih menoleh kiri kanan."Hmm… dimana aku menjatuhkan pulpen ku...?" gumam Nick, sambil mencari-cari sesuatu di lantai.GlekAustin sungguh tidak dapat lagi menahan gairah yang s
Deru nafas mereka masih saling berhembus setelah mendapatkan puncak kenikmatan bersama.Bella yang masih menyandarkan kepalanya di dada Austin. Dan Austin masih memeluk punggung Bella.Keduanya hanya diam menikmati sensasi luar biasa yang mereka lewati bersama.Austin merogoh saputangan di kantong celananya, "Biar aku bersihkan untukmu." ucapnya setelah bisa kembali mengendalikan dirinya."Eh?" kaget Bella ketika tangan Austin sudah mengusap cairan yang ada di sekitar paha dan diantara pahanya."Te-terima kasih." gugup Bella, sungguh malu dengan situasi saat ini.Austin tersenyum melihat wajah merona Bella. Dirinya menunduk mengambilkan segitiga pink milik Bella yang tergelatak di lantai.Diangkatnya ke hadapan Bella, "Apa mau sekalian aku pakaikan untukmu ?" godanya."No!" seru Bella yang langsung merampas segitiganya itu dari tangan Austin."Menggemaskan." gumam Austin menatap Bella, dan Bella hanya membuang wajahnya. Kemudian memakai dalamannya."Ayo," ajak Austin setelah memakai j
Breaking News..."Saat ini wilayah sekitar XXX masih tidak kondusif, untuk semua warga di harap lebih berhati-hati..."Steve melihat ke arah jam di ponselnya."Bella, pulang telat hari ini." gumamnya. Melihat waktu sudah di angka 00.35 dini hari."Hmm... Giselle, dia tak mungkin menceritakan yang terjadi di hotel ke Bella, ‘kan?" monolognya mengingat kejadian nya bersama Giselle.Ting tongBunyi suara Bell pintu membuyarkan lamunan Steve."Bella...?" gumamnya, kemudian bangkit membuka pintu rumah.Ceklek"Bella?!" seru Steve melihat istrinya yang saat ini sedang dipapah oleh Giselle."Giselle, apa yang terjadi? Kenapa Bella mabuk seperti ini?!" cerca Steve."Hai Steve, lama tidak bertemu." sapa Giselle."Ohh hai Giselle, Iya."balas Steve sedikit kikuk melihat Giselle."Bella, hanya ingin ngobrol dan minum wine bersamaku." jawab Giselle seadanya."Oh ok!""Kalau begitu, aku balik ya, Bella sudah sangat mabuk." ujar Giselle."Ok !""Sayang... Bolehkan Giselle menginap di rumah kita mala
Malam sudah sangat larut, Steve memapah tubuh Bella masuk ke kamarnya.Sedangkan Giselle masuk ke kamar tamu untuk berganti pakaian."Huft... Kau benar-benar sangat mabuk!" gumam Steve memberikan selimut tebal ke Bella.Giselle yang baru saja keluar dari kamar, dapat melihat Steve menyelimuti tubuh Bella. Karena pintu kamar yang belum tertutup."Steve... Walaupun kami sudah menghabiskan satu malam bersama, dia tetaplah suami sahabatku." gumamnya.Giselle mendekat, "Apa Bella sudah tertidur?? Padahal dia mengajakku untuk mengobrol! Huftt!" keluh Giselle di depan pintu."Iya, dia lebih mabuk dari pada biasanya." jawab Steve tanpa menoleh ke Giselle."Hmm…." gumam Giselle."Kalau begitu, aku tidak ada pilihan lain selain mengobrol denganmu." sambung Giselle."Ya?" balas Steve dan menoleh ke Giselle.GlekGiselle berdiri dengan bersandar di sisi pintu. Hanya menggunakan kaos putih tipis ketat yang tidak dapat menutup tubuhnya. Kedua bongkahannya yang ranum dapat terlihat dan tercetak jela
Bella yang terbangun karena rasa dahaganya, mendengar suara yang menarik perhatiannya."Hmm..."gumam Bella mengerjapkan matanya.Dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, Bella samar-samar melihat Steve.Bella mencoba melangkahkan kakinya."Steve ?!" gumam Bella pelan, dan kembali terbaring karena sakit kepalanya. Rasa mabuknya terlalu kuat. Membuat dirinya tidak dapat melangkahkan kakinya."Giselle! Uh!" seru Steve mengeluarkan lava panasnya tepat di wajah Giselle. Tepat pada saat dirinya mencabut kejantanannya dari inti tubuh Giselle."Sorry Giselle, aku tidak dapat menahannya." sesal Steve, karena sebelum masuk ke dalam mulut Giselle, Steve sudah menyemprotkan lavanya ke wajah Giselle.Giselle tersenyum, dirinya maju dan memegang milik Steve dengan wajah penuh cairan putih. Di lumat dan di jilatinya batang kejantanan Steve tanpa rasa jijik sedikit pun."Damn!" gumam Steve melihat Giselle melumat miliknya. Giselle terlihat begitu seksi.Giselle menengadah kepalanya dan melihat Ste
Namun sepertinya Jennifer tidak ada niatan untuk berhenti, malah tangannya kini naik memainkan kedua puting Steve. Hanya suara basah dan suara gumaman Jennifer saat melakukan aktifitasnya.“Oh Shit!” Steve memegang kepala belakang Jennifer dan memperbaiki rambut panjang Jennifer yang terurai. “Yes, faster baby!” “Akh! Kamu sangat luar biasa Jen!”“Ugh Ugh!” Steve menghentakkan pinggangnya saat menumpahkan laharnya di dalam tenggorokan Jennifer.“Ukh… Glup!” Jennifer menelan semua cairan putih milik Steve yang ada di dalam mulutnya, bahkan sekarang ia membersihkan cairan Steve yang sempat keluar dari mulutnya.Setelah menyelesaikan aktifitasnya, ia melepaskan milik Steve dan duduk ala jepang yang di sebut seiza. Jennifer memberikan senyuman manisnya, “Kamu menyukainya?”Steve maju mendekat dan meraih dagu Jennifer, “Sangat, sangat suka Jen, dan sekarang giliranmu.” Jawab Steve yang lalu melumat bibir Jennifer dengan liar, perlahan merebahkan wanita cantik itu, tangannya bahkan kini s
Jennifer membuka matanya dengan perlahan, dia merasakan tubuhnya begitu lelah. Dan saat ini ada tangan yang memeluk dirinya begitu posesif.Senyuman tipis terbit di wajah cantiknya, “Ternyata bukan mimpi,”“Morning, baby.” Suara serak Steve terdengar, yang mempererat pelukannya. Bahkan wajahnya sudah ia benamkan di antara kedua dada Jennifer dengan manja. “Aku merindukanmu….”Jennifer tersenyum, semoga keputusannya kali ini tidak salah. Dia berharap jika memang Steve lah labuhan terakhirnya. Menerima dirinya yang sudah begitu rusak sebagai seorang wanita.Begitu banyak pria yang sudah menikmati tubuhnya, bahkan ia masih mengingat dengan jelas jika Steve bersama Gerald dan pria lainnya menikmati tubuhnya bersama-sama.Jennifer memeluk tubuh Steve dengan erat, tiba-tiba saja tubuhnya gemetar mengingat semua itu. Ia benar-benar gila sudah memanfaatkan tubuhnya hanya demi kesuksesannya dalam berkarir.Bahkan lebih gilanya saat ia berada di dalam penjara wanita, dan menjadi tawanan dari pr
Dan tidak lama kemudian Casper datang. Austin dan Bella juga sudah menyelesaikan makan siang mereka.Casper membantu Austin dan Bella memasukkan barang – barang belanjaan ke dalam mobil. Setelah itu Casper kembali berpamitan dan memakirkan kendaraannya di tempat yang terjangkau dari sisi manapun jika di hubungi dadakan oleh Austin.Austin dan Bella kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki menuju tepi Danau Zurich. Mereka lagi-lagi ci buat terpesona oleh pemandangan indah yang ditawarkan oleh air biru yang tenang, mencerminkan langit cerah dan pegunungan yang mengelilingi kota. Suasana di sekitar danau sangat damai dan menyenangkan, membuat mereka merasa rileks dan bahagia.Austin merangkul mesra sang istri, sambil berjalan di sepanjang tepi danau, mereka menyaksikan perahu-perahu yang melintasi danau dengan anggun, menambah keindahan pemandangan. Beberapa perahu layar berwarna-warni terlihat berlayar dengan angin, sementara perahu-perahu bertenaga listrik mengangkut
Tepat jam 10 pagi Austin dan Bella tiba di Bandara, mereka berjalan menuju landasan pacu, di mana pesawat jet pribadi yang mewah telah disiapkan untuk penerbangan mereka ke Zurich. Setelah menaiki pesawat, Bella dan Austin duduk di kursi yang nyaman dan menikmati fasilitas mewah yang disediakan.Pagi ini Austin mengistirahatkan tubuh istrinya. Mereka hanya benar – benar menikmati perjalanan mereka saat ini sambil menatap ke arah luar jendela.Beberapa jam kemudian, pesawat mulai mendarat di Bandara Zurich. Bella dan Austin merasa lega karena penerbangan mereka berjalan lancar.Bella dan Austin tiba di Zurich, kota yang indah dan mempesona di jantung Swiss. Mereka terpesona oleh keindahan alam dan arsitektur yang mengagumkan yang kota ini tawarkan. Langit cerah dan sinar matahari yang hangat menyambut mereka saat mereka melangkah keluar dari pesawat.“Hati-hati sayang,” seru Austin sambil merangkul istrinya itu.“Selamat menikmati waktu anda Tuan dan Nyonya,” ucap Dora lembut kepada a
Bella tersenyum, matanya berkaca-kaca oleh air mata kebahagiaan. Ia meresapi setiap kata yang diucapkan Austin, merasa begitu beruntung memiliki seseorang yang mencintainya dengan tulus dan sepenuh hati. “Terima kasih juga, sayang, karena telah menjadi cinta sejatiku dan pelindung hatiku."Dalam kehangatan cinta yang menyelimuti mereka, Austin dan Bella saling mendekat, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh kasih sayang. Ciuman itu menjadi penutup tarian mereka, menyatukan dua jiwa yang saling mencintai dalam ikatan yang tak terpisahkan.Usai makan malam dan dansa yang romantis. Austin meminta driver untuk berkeliling.Pasangan suami istri yang tersihir dengan sinar rembulan, sama – sama tidak dapat lagi membenduh gairah panas yang kini mereka rasakan.Begitu masuk ke dalam limosin. Austin langsung menarik istrinya untuk duduk di atas pangkuannya.Austin melumat dengan penuh gairah bibir ranum istrinya. Ciuman yang membuat suara decapan dan erangan membuat permainan mereka sema
Malam ini sebelum berangkat ke Zurich, Austin ingin membawa Bella untuk mengunjungi salah satu bioskop yang terkenal di Amsterdam yang bernama Pathé Tuschinski.Bella ayng mengetahui bioskop tersebut memiliki nilai seni yang tinggi segara menyetujui ajakan suaminya yang sangat luar biasa itu.“Tentu saja sayang, aku sangat senang dan tidak sabar untuk pergi ke Pathe Tuschinski!” sahut Bella penuh antusias.Malam pun tiba, sepasang suami istri ini terlihat sibuk saling membantu satu sama lain. Di mana Austin membantu menarik resleting gaun malam Bella yang tentu saja tidak berlalu begitu saja. Austin terus mencuri kecupan di punggung seksi istrinya. Dan Bella membantu suaminya memakai kemeja dan jas mewahnya.Bella mengenakan gaun malam yang indah, berwarna hijau emerald yang memikat. Gaun tersebut memiliki aksen swaroski yang berkilauan, menciptakan efek yang menawan saat cahaya menyentuhnya. Rambutnya diikat ke atas, dengan beberapa helai jatuh membingkai wajahnya yang cantik. Sepas
Steve tersenyum, “Tentu saja… Dan aku mengingat semua bagian tersensitifmu…” sahutnya yang langsung membuka paha Jennifer dan menenggelamkan wajahnya. Slurp.Lidahnya dia julurkan dan dia jilati permukaan kewanitaan Jennifer yang sudah basah itu.“Euhmmm…. Ini sangat nikmat Baby….”Jennifer menutup matanya dan mendongakkan kepalanya ketika Steve semakin intens memainkan lidahnya di liang kewanitaannya.“Oh my Steve… Ahhh!”Steve memasukkan lidahnya semakin dalam dan melakukan gerakan memutar di dalam sana, sedangkan jarinya memainkan klits Jennifer.“Ahhh!! Steve masukan please!! Aku sudah tidak tahan….! Ahhh!!”Racau Jennifer yang sudah melayang berkali – kali. Tapi Steve belum puas sampai Jennifer belum squir-ting. Pria itu semakin intens dan menyesap klits Jennifer sedangkan dua jarinya dia masukan ke dalam liang kewanitaannya. Dengan gerakan keluar masuk yang begitu cepat.Jennifer menggelinjang dan mendesah dengan kuat. “Ahhh Steve!!! Oh!!! Please please !!!! Faster !! Akuuh!!! St
“Baik Tuan,” jawab petugas tersebut dengan ramah.Jennifer yang hendak protes pun hanya bisa gelagapan.“Ayo turun,” seru Steve yang membuka pintu mobil untuk Jennifer.Melihat Jennifer tidak bergerak. Steve meraih tangan Jennifer dan menarik dengan lembut sambil berbisik. “Aku hanya ingin berisitrahat. Badanku terasa sangat sakit saat ini.”Jennifer pun luluh. Steve terluka karena menyelamatkan dirinya. Wanita cantik itu pun turun dari mobil. Mengikuti langkah Steve masuk ke dalam Hotel.Steve tanpa ragu menuju resepsionis dan memesan satu buah kamar. Dan begitu mendapatkan kunci mereka. Steve yang baru saja melangkah sekitar tiga langkah di tahan oleh Jennifer. “Tunggu,”Jennifer kemudian berbalik dan berbicara kepada petugas resepsionis tersebut.“Baik Nyonya, nanti akan kami antarkan.” Jawab petugas resepsionis.“Ada apa?” tanya Steve ketika Jennifer sudah berada di sampingnya.Jennifer menggeleng.Mereka berdua pun berjalan menuju kamar mereka dengan perasaan canggung.Tepat di
Di sinilah mereka saat ini. Steve membawa Jennifer berjalan – jalan di tepi danau. Dengan lampu yang mulai menyinari gelapnya malam.“Duduk di sana?” ujar Steve menunjuk salah satu bangku taman dengan view menhadap danau. Dan di sana tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang.“Hmm boleh.” Jawab Jennifer singkat.Mereka berdua melangkah kan kaki seirama.Jujur jantung Jennifer berdegup tidak karuan berada di sisi Steve saat ini ini. Steve adalah pria yang ia kagumi sejak di bangku kuliah. Maka dari itulah dia sampai nekat menggoda suami sahabatnya itu sendiri ketika dia berpikir dia memiliki kesempatan.Tetapi hal itu sudah dia sesali. Dan dia tidak ingin mengulangi hal yang sama dan mengulangi kesalahan yang sama saat itu. Apalagi harus menjalin hubungan kembali dengan Steve. Itu adalah hal yang mustahil bagi Jennifer. Karena baginya, hubungannya dengan Steve adalah sebuah kesalahan fatal saat itu.Begitu duduk di bangku taman, mereka berdua sama – sama terdiam untuk beberapa saa