Malam sudah sangat larut, Steve memapah tubuh Bella masuk ke kamarnya.Sedangkan Giselle masuk ke kamar tamu untuk berganti pakaian."Huft... Kau benar-benar sangat mabuk!" gumam Steve memberikan selimut tebal ke Bella.Giselle yang baru saja keluar dari kamar, dapat melihat Steve menyelimuti tubuh Bella. Karena pintu kamar yang belum tertutup."Steve... Walaupun kami sudah menghabiskan satu malam bersama, dia tetaplah suami sahabatku." gumamnya.Giselle mendekat, "Apa Bella sudah tertidur?? Padahal dia mengajakku untuk mengobrol! Huftt!" keluh Giselle di depan pintu."Iya, dia lebih mabuk dari pada biasanya." jawab Steve tanpa menoleh ke Giselle."Hmm…." gumam Giselle."Kalau begitu, aku tidak ada pilihan lain selain mengobrol denganmu." sambung Giselle."Ya?" balas Steve dan menoleh ke Giselle.GlekGiselle berdiri dengan bersandar di sisi pintu. Hanya menggunakan kaos putih tipis ketat yang tidak dapat menutup tubuhnya. Kedua bongkahannya yang ranum dapat terlihat dan tercetak jela
Bella yang terbangun karena rasa dahaganya, mendengar suara yang menarik perhatiannya."Hmm..."gumam Bella mengerjapkan matanya.Dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, Bella samar-samar melihat Steve.Bella mencoba melangkahkan kakinya."Steve ?!" gumam Bella pelan, dan kembali terbaring karena sakit kepalanya. Rasa mabuknya terlalu kuat. Membuat dirinya tidak dapat melangkahkan kakinya."Giselle! Uh!" seru Steve mengeluarkan lava panasnya tepat di wajah Giselle. Tepat pada saat dirinya mencabut kejantanannya dari inti tubuh Giselle."Sorry Giselle, aku tidak dapat menahannya." sesal Steve, karena sebelum masuk ke dalam mulut Giselle, Steve sudah menyemprotkan lavanya ke wajah Giselle.Giselle tersenyum, dirinya maju dan memegang milik Steve dengan wajah penuh cairan putih. Di lumat dan di jilatinya batang kejantanan Steve tanpa rasa jijik sedikit pun."Damn!" gumam Steve melihat Giselle melumat miliknya. Giselle terlihat begitu seksi.Giselle menengadah kepalanya dan melihat Ste
"Tuan Austin! Ah!" rintihan Joy yang berada di bawah kungkungan Austin.Dengan posisi membelakangi, Austin terus mendesak keras miliknya, sedangkan Joy merapatkan kakinya lurus."Argh!" teriak Joy penuh nikmat mendapatkan gigitan di punggungnya."Kau suka?" bisik Austin yang terus memacu dirinya."Suka Tuan, more please!" balas Joy meremas sprei putih khas kamar hotel.Austin kembali memberikan gigitan kecil di punggung Joy hingga memberikan bekas.Erangan dan desahan Joy memenuhi ruangan."Tuan, nanti Pak Steve mencariku, kita sudah terlalu lama di hotel." sela Joy melihat jam di kamar hotel."Tenang saja, kita masih memiliki banyak waktu!" ujar Austin. Mengangkat pinggul Joy lebih ke atas dan kembali menghujam inti tubuh Joy dengan keras.Desakan demi desakan membuat Joy kembali terbang ke awan."Tuan, kau bisa menumpahkannya di dalam, ini hari amanku." suara Joy terbata-bata atas nikmat hakiki yang dia rasakan saat ini.Austin mempercepat pacuannya, Austin mengerang saat mencabut m
Bella menggigit kukunya karena gugup memikirkan masalah ini. Namun, reaksi tubuhnya pun berusaha dia tahan ketika melihat Austin. Dan menghilangkan rasa di sekujur tubuhnya atas sentuhan Austin.Seruan tiba-tiba Austin yang memanggil dirinya, membuyarkan lamunannya."Jika kau mengabulkan permintaanku, aku akan menyelesaikan masalah ini untukmu!" ujar Austin tepat berada di depan Bella. Menatap lekat di netra hitamnya."A-apa?!" balas Bella.Austin hanya tersenyum. Dan kembali mengambil tempat di sisi Bella tanpa jarak."Apa yang dia lakukan!" batin Bella."A-apa kau yakin bisa menyelesaikan masalah ini?" tanya Bella memastikan."Tentu saja aku bisa menyelesaikannya." jawab Austin santai dan sangat tenang."Benarkah?? Benarkah kau bisa melakukannya?" ulang Bella merasakan secercah harapan."Tidak!" seringai Austin.Bella sontak menoleh melihat ke arah Austin dengan tatapan khawatir."Tidak, sebelum aku mendapatkan yang aku mau. Aku akan memberitahumu cara mengatasi masalah ini." lanjutn
Bella yang berada di bawah kungkungan tubuh Austin, tidak dapat bergerak ketika Austin melumat bibirnya.Tangan Austin menyibak rok Bella dan memasukkan tangannya di antara kedua paha Bella.SretttAustin menarik dalaman segitiga tipis berwarna putih milik Bella."Tunggu Austin! Aku tidak pernah setuju untuk melakukan ini!" teriak Bella menahan tangan Austin sebelum meloloskan dalamannya sepenuhnya.Austin yang sudah di kabut gairah, mengulas senyuman. "Sudah aku katakan untuk melakukannya dengan mulutmu. Tapi, karena kau sendiri yang tidak bisa melakukannya hingga akhir dengan mulutmu."Dengan menyentuh asset berharga Bella yang sudah basah, "Bukankah aku harus menggunakan yang di sini." Lanjutnya."Oh my!" Bella berusaha menahan setruman yang dia rasakan ketika Austin mengusap miliknya."What the! Kau sudah sangat basah, Bel!" seringai Austin yang mulai memainkan jari tengahnya di antara gundukan daging itu.Bella meremas ujung roknya, menahan desiran aliran darah yang kuat di tubuh
Tok tok tok"Permisi Pak..." sapa Joy di balik pintu kaca milik Steve."Iya Joy? Masuk.." balas Steve ke sekretarisnya itu.Joy berjalan masuk dan menghampiri CEO nya itu"Ini berkas dari Pak Austin," ucap nya dengan sopan dan sedikit menunduk. Sehingga Steve bisa melihat dengan jelas belahan dada Joy yang begitu pada berisi.Deg!Steve segera menoleh ke arah lain, tapi sayangnya Joy sudah menangkap duluan tatapan mata dari CEO nya itu."Ehem… Memangnya Austin kemana..?" tanya Steve mengalihkan kekikukan yang sempat terjadi."Pak Austin hari ini pulang lebih awal," terang Joy dengan menyunggingkan senyuman manisnya."Manis juga..." batin Steve."Ohh... Dia pasti ada janji dengan salah satu teman kencannya.." keluh Steve sambil menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya."Hehhhee... Kenapa Pak Steve juga tidak pulang lebih awal, dan mengambil istirahat..." usul Joy."Heemm, haruskah..? Apa hari ini sudah tidak ada urusan yang mendesak..?" tanya Steve yang menyukai ide Joy."Jadwal
Seseorang yang baru saja turun dari mobil melihat Steve dari kejauhan, dengan cepat dirinya menghampiri Steve. Tepat Steve ingin masuk ke mobil."Steve!"Steve menoleh dan terkejut melihat sosok yang ada di depannya."Giselle?" seru Steve.Giselle melihat sekilas ke arah Joy.Steve segera menghampiri Gisele dan meninggalkan Joy yang hendak membuka pintu penumpang di mobilnya."Apa yang terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba kesini?" tanya Steve terkejut dan tidak dapat menutupi kebahagiaannya melihat Giselle.Giselle tersenyum dan tertawa kecil, "Ternyata pekerjaanku lebih cepat selesai, makanya aku langsung datang kesini." ucapnya manja.DegTatapan Steve kembali melihat ke gundukan Giselle yang selalu terlihat seksi, "Seksi..." pikirnya."Oh iya..." jawab Steve yang tetiba kehilangan konsentrasinya, ia tersenyum lembut."Apa kau juga sudah mau balik? Kalau iya, biar kita pulang bersama...?" tawaran Giselle tidak peduli dengan wanita yang sedari tadi memperhatikan mereka."Hm, aku juga baru
Lapangan yang saat ini sangat sepi. Terdapat sebuah mobil yang terparkir di bagian tersudut."Euhm Ah Giselle...!" erangan Steve menikmati sensasi denyutan di miliknya.Giselle terus mengulum kejantanan Steve di dalam mulutnya, dan memainkan lidahnya dengan mahir.Tangannya pun ikut mengurut kejantanan Steve sesuai ritme permainan mulutnya. Dijilatnya seperti sedang menjilati es krim yang paling enak."Ughh Giselle, Kau melakukannya sangat enak!" racau Steve sambil membelai punggung Giselle.Matanya tertuju ke bagian bokong sintal milik Giselle yang tercetak jelas di balik rok ketatnya."Kalau seperti ini aku akan segera keluar!" ucap Steve dalam hati.Tangan Steve perlahan turun mengusap bokong Giselle."Euhmm..." gumam Giselle merespon sentuhan Steve.SrettSteve mengangkat rok ketat Giselle keatas. Hingga Steve bisa melihat jelas dalaman segitiga yang Giselle gunakan. Segitiga berwarna hitam dengan bahan yang tipis transparant bermotif jala."Steve!" seru Giselle kaget dengan gerak
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l
Ada sebuah daerah di Inggris, tepatnya disisi utara London, sebuah keluarga bangsawan kecil hidup dan memerintah daerah itu dengan sangat bijak.Keluarga bangsawan itu memimpin rakyatnya dengan baik, membantu rakyat yang kesusahan dan selalu berbagi di kala masa panen sedang sulit.Keluarga bangsawan itu bernama Baldric, keluarga bangsawan yang memiliki garis keturunan kerajaan Inggris. Nama keluarga itu selalu di elu-elukan di masa jayanya. Sekelompok kecil masyarakatnya bahkan dengan lantang menyebut jika mereka adalah titisan malaikat berkat kebaikan mereka terhadap sesama.Namun masa-masa itu sudah lama berlalu, nama keluarga Baldric perlahan menghilang dari benak semua orang, melupakan keluarga bangsawan itu yang akhirnya lenyap selama perang dunia kedua berlangsung.Itulah cerita yang sering Ludwig dengar dari kedua orang tuanya dulu. Bahwa dia adalah keturunan bangsawan dari Inggris yang kini menetap di Swiss.Beberapa dokumen yang berisi tentang silsilah keluarganya juga masih
Namun sepertinya Jennifer tidak ada niatan untuk berhenti, malah tangannya kini naik memainkan kedua puting Steve. Hanya suara basah dan suara gumaman Jennifer saat melakukan aktifitasnya.“Oh Shit!” Steve memegang kepala belakang Jennifer dan memperbaiki rambut panjang Jennifer yang terurai. “Yes, faster baby!” “Akh! Kamu sangat luar biasa Jen!”“Ugh Ugh!” Steve menghentakkan pinggangnya saat menumpahkan laharnya di dalam tenggorokan Jennifer.“Ukh… Glup!” Jennifer menelan semua cairan putih milik Steve yang ada di dalam mulutnya, bahkan sekarang ia membersihkan cairan Steve yang sempat keluar dari mulutnya.Setelah menyelesaikan aktifitasnya, ia melepaskan milik Steve dan duduk ala jepang yang di sebut seiza. Jennifer memberikan senyuman manisnya, “Kamu menyukainya?”Steve maju mendekat dan meraih dagu Jennifer, “Sangat, sangat suka Jen, dan sekarang giliranmu.” Jawab Steve yang lalu melumat bibir Jennifer dengan liar, perlahan merebahkan wanita cantik itu, tangannya bahkan kini s
Jennifer membuka matanya dengan perlahan, dia merasakan tubuhnya begitu lelah. Dan saat ini ada tangan yang memeluk dirinya begitu posesif.Senyuman tipis terbit di wajah cantiknya, “Ternyata bukan mimpi,”“Morning, baby.” Suara serak Steve terdengar, yang mempererat pelukannya. Bahkan wajahnya sudah ia benamkan di antara kedua dada Jennifer dengan manja. “Aku merindukanmu….”Jennifer tersenyum, semoga keputusannya kali ini tidak salah. Dia berharap jika memang Steve lah labuhan terakhirnya. Menerima dirinya yang sudah begitu rusak sebagai seorang wanita.Begitu banyak pria yang sudah menikmati tubuhnya, bahkan ia masih mengingat dengan jelas jika Steve bersama Gerald dan pria lainnya menikmati tubuhnya bersama-sama.Jennifer memeluk tubuh Steve dengan erat, tiba-tiba saja tubuhnya gemetar mengingat semua itu. Ia benar-benar gila sudah memanfaatkan tubuhnya hanya demi kesuksesannya dalam berkarir.Bahkan lebih gilanya saat ia berada di dalam penjara wanita, dan menjadi tawanan dari pr
Dan tidak lama kemudian Casper datang. Austin dan Bella juga sudah menyelesaikan makan siang mereka.Casper membantu Austin dan Bella memasukkan barang – barang belanjaan ke dalam mobil. Setelah itu Casper kembali berpamitan dan memakirkan kendaraannya di tempat yang terjangkau dari sisi manapun jika di hubungi dadakan oleh Austin.Austin dan Bella kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki menuju tepi Danau Zurich. Mereka lagi-lagi ci buat terpesona oleh pemandangan indah yang ditawarkan oleh air biru yang tenang, mencerminkan langit cerah dan pegunungan yang mengelilingi kota. Suasana di sekitar danau sangat damai dan menyenangkan, membuat mereka merasa rileks dan bahagia.Austin merangkul mesra sang istri, sambil berjalan di sepanjang tepi danau, mereka menyaksikan perahu-perahu yang melintasi danau dengan anggun, menambah keindahan pemandangan. Beberapa perahu layar berwarna-warni terlihat berlayar dengan angin, sementara perahu-perahu bertenaga listrik mengangkut
Tepat jam 10 pagi Austin dan Bella tiba di Bandara, mereka berjalan menuju landasan pacu, di mana pesawat jet pribadi yang mewah telah disiapkan untuk penerbangan mereka ke Zurich. Setelah menaiki pesawat, Bella dan Austin duduk di kursi yang nyaman dan menikmati fasilitas mewah yang disediakan.Pagi ini Austin mengistirahatkan tubuh istrinya. Mereka hanya benar – benar menikmati perjalanan mereka saat ini sambil menatap ke arah luar jendela.Beberapa jam kemudian, pesawat mulai mendarat di Bandara Zurich. Bella dan Austin merasa lega karena penerbangan mereka berjalan lancar.Bella dan Austin tiba di Zurich, kota yang indah dan mempesona di jantung Swiss. Mereka terpesona oleh keindahan alam dan arsitektur yang mengagumkan yang kota ini tawarkan. Langit cerah dan sinar matahari yang hangat menyambut mereka saat mereka melangkah keluar dari pesawat.“Hati-hati sayang,” seru Austin sambil merangkul istrinya itu.“Selamat menikmati waktu anda Tuan dan Nyonya,” ucap Dora lembut kepada a
Bella tersenyum, matanya berkaca-kaca oleh air mata kebahagiaan. Ia meresapi setiap kata yang diucapkan Austin, merasa begitu beruntung memiliki seseorang yang mencintainya dengan tulus dan sepenuh hati. “Terima kasih juga, sayang, karena telah menjadi cinta sejatiku dan pelindung hatiku."Dalam kehangatan cinta yang menyelimuti mereka, Austin dan Bella saling mendekat, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh kasih sayang. Ciuman itu menjadi penutup tarian mereka, menyatukan dua jiwa yang saling mencintai dalam ikatan yang tak terpisahkan.Usai makan malam dan dansa yang romantis. Austin meminta driver untuk berkeliling.Pasangan suami istri yang tersihir dengan sinar rembulan, sama – sama tidak dapat lagi membenduh gairah panas yang kini mereka rasakan.Begitu masuk ke dalam limosin. Austin langsung menarik istrinya untuk duduk di atas pangkuannya.Austin melumat dengan penuh gairah bibir ranum istrinya. Ciuman yang membuat suara decapan dan erangan membuat permainan mereka sema