Bella yang terbangun karena rasa dahaganya, mendengar suara yang menarik perhatiannya."Hmm..."gumam Bella mengerjapkan matanya.Dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, Bella samar-samar melihat Steve.Bella mencoba melangkahkan kakinya."Steve ?!" gumam Bella pelan, dan kembali terbaring karena sakit kepalanya. Rasa mabuknya terlalu kuat. Membuat dirinya tidak dapat melangkahkan kakinya."Giselle! Uh!" seru Steve mengeluarkan lava panasnya tepat di wajah Giselle. Tepat pada saat dirinya mencabut kejantanannya dari inti tubuh Giselle."Sorry Giselle, aku tidak dapat menahannya." sesal Steve, karena sebelum masuk ke dalam mulut Giselle, Steve sudah menyemprotkan lavanya ke wajah Giselle.Giselle tersenyum, dirinya maju dan memegang milik Steve dengan wajah penuh cairan putih. Di lumat dan di jilatinya batang kejantanan Steve tanpa rasa jijik sedikit pun."Damn!" gumam Steve melihat Giselle melumat miliknya. Giselle terlihat begitu seksi.Giselle menengadah kepalanya dan melihat Ste
"Tuan Austin! Ah!" rintihan Joy yang berada di bawah kungkungan Austin.Dengan posisi membelakangi, Austin terus mendesak keras miliknya, sedangkan Joy merapatkan kakinya lurus."Argh!" teriak Joy penuh nikmat mendapatkan gigitan di punggungnya."Kau suka?" bisik Austin yang terus memacu dirinya."Suka Tuan, more please!" balas Joy meremas sprei putih khas kamar hotel.Austin kembali memberikan gigitan kecil di punggung Joy hingga memberikan bekas.Erangan dan desahan Joy memenuhi ruangan."Tuan, nanti Pak Steve mencariku, kita sudah terlalu lama di hotel." sela Joy melihat jam di kamar hotel."Tenang saja, kita masih memiliki banyak waktu!" ujar Austin. Mengangkat pinggul Joy lebih ke atas dan kembali menghujam inti tubuh Joy dengan keras.Desakan demi desakan membuat Joy kembali terbang ke awan."Tuan, kau bisa menumpahkannya di dalam, ini hari amanku." suara Joy terbata-bata atas nikmat hakiki yang dia rasakan saat ini.Austin mempercepat pacuannya, Austin mengerang saat mencabut m
Bella menggigit kukunya karena gugup memikirkan masalah ini. Namun, reaksi tubuhnya pun berusaha dia tahan ketika melihat Austin. Dan menghilangkan rasa di sekujur tubuhnya atas sentuhan Austin.Seruan tiba-tiba Austin yang memanggil dirinya, membuyarkan lamunannya."Jika kau mengabulkan permintaanku, aku akan menyelesaikan masalah ini untukmu!" ujar Austin tepat berada di depan Bella. Menatap lekat di netra hitamnya."A-apa?!" balas Bella.Austin hanya tersenyum. Dan kembali mengambil tempat di sisi Bella tanpa jarak."Apa yang dia lakukan!" batin Bella."A-apa kau yakin bisa menyelesaikan masalah ini?" tanya Bella memastikan."Tentu saja aku bisa menyelesaikannya." jawab Austin santai dan sangat tenang."Benarkah?? Benarkah kau bisa melakukannya?" ulang Bella merasakan secercah harapan."Tidak!" seringai Austin.Bella sontak menoleh melihat ke arah Austin dengan tatapan khawatir."Tidak, sebelum aku mendapatkan yang aku mau. Aku akan memberitahumu cara mengatasi masalah ini." lanjutn
Bella yang berada di bawah kungkungan tubuh Austin, tidak dapat bergerak ketika Austin melumat bibirnya.Tangan Austin menyibak rok Bella dan memasukkan tangannya di antara kedua paha Bella.SretttAustin menarik dalaman segitiga tipis berwarna putih milik Bella."Tunggu Austin! Aku tidak pernah setuju untuk melakukan ini!" teriak Bella menahan tangan Austin sebelum meloloskan dalamannya sepenuhnya.Austin yang sudah di kabut gairah, mengulas senyuman. "Sudah aku katakan untuk melakukannya dengan mulutmu. Tapi, karena kau sendiri yang tidak bisa melakukannya hingga akhir dengan mulutmu."Dengan menyentuh asset berharga Bella yang sudah basah, "Bukankah aku harus menggunakan yang di sini." Lanjutnya."Oh my!" Bella berusaha menahan setruman yang dia rasakan ketika Austin mengusap miliknya."What the! Kau sudah sangat basah, Bel!" seringai Austin yang mulai memainkan jari tengahnya di antara gundukan daging itu.Bella meremas ujung roknya, menahan desiran aliran darah yang kuat di tubuh
Tok tok tok"Permisi Pak..." sapa Joy di balik pintu kaca milik Steve."Iya Joy? Masuk.." balas Steve ke sekretarisnya itu.Joy berjalan masuk dan menghampiri CEO nya itu"Ini berkas dari Pak Austin," ucap nya dengan sopan dan sedikit menunduk. Sehingga Steve bisa melihat dengan jelas belahan dada Joy yang begitu pada berisi.Deg!Steve segera menoleh ke arah lain, tapi sayangnya Joy sudah menangkap duluan tatapan mata dari CEO nya itu."Ehem… Memangnya Austin kemana..?" tanya Steve mengalihkan kekikukan yang sempat terjadi."Pak Austin hari ini pulang lebih awal," terang Joy dengan menyunggingkan senyuman manisnya."Manis juga..." batin Steve."Ohh... Dia pasti ada janji dengan salah satu teman kencannya.." keluh Steve sambil menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya."Hehhhee... Kenapa Pak Steve juga tidak pulang lebih awal, dan mengambil istirahat..." usul Joy."Heemm, haruskah..? Apa hari ini sudah tidak ada urusan yang mendesak..?" tanya Steve yang menyukai ide Joy."Jadwal
Seseorang yang baru saja turun dari mobil melihat Steve dari kejauhan, dengan cepat dirinya menghampiri Steve. Tepat Steve ingin masuk ke mobil."Steve!"Steve menoleh dan terkejut melihat sosok yang ada di depannya."Giselle?" seru Steve.Giselle melihat sekilas ke arah Joy.Steve segera menghampiri Gisele dan meninggalkan Joy yang hendak membuka pintu penumpang di mobilnya."Apa yang terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba kesini?" tanya Steve terkejut dan tidak dapat menutupi kebahagiaannya melihat Giselle.Giselle tersenyum dan tertawa kecil, "Ternyata pekerjaanku lebih cepat selesai, makanya aku langsung datang kesini." ucapnya manja.DegTatapan Steve kembali melihat ke gundukan Giselle yang selalu terlihat seksi, "Seksi..." pikirnya."Oh iya..." jawab Steve yang tetiba kehilangan konsentrasinya, ia tersenyum lembut."Apa kau juga sudah mau balik? Kalau iya, biar kita pulang bersama...?" tawaran Giselle tidak peduli dengan wanita yang sedari tadi memperhatikan mereka."Hm, aku juga baru
Lapangan yang saat ini sangat sepi. Terdapat sebuah mobil yang terparkir di bagian tersudut."Euhm Ah Giselle...!" erangan Steve menikmati sensasi denyutan di miliknya.Giselle terus mengulum kejantanan Steve di dalam mulutnya, dan memainkan lidahnya dengan mahir.Tangannya pun ikut mengurut kejantanan Steve sesuai ritme permainan mulutnya. Dijilatnya seperti sedang menjilati es krim yang paling enak."Ughh Giselle, Kau melakukannya sangat enak!" racau Steve sambil membelai punggung Giselle.Matanya tertuju ke bagian bokong sintal milik Giselle yang tercetak jelas di balik rok ketatnya."Kalau seperti ini aku akan segera keluar!" ucap Steve dalam hati.Tangan Steve perlahan turun mengusap bokong Giselle."Euhmm..." gumam Giselle merespon sentuhan Steve.SrettSteve mengangkat rok ketat Giselle keatas. Hingga Steve bisa melihat jelas dalaman segitiga yang Giselle gunakan. Segitiga berwarna hitam dengan bahan yang tipis transparant bermotif jala."Steve!" seru Giselle kaget dengan gerak
Steve sungguh tidak dapat menahan hasratnya. Direbahkan nya tubuh Bella di atas sofa dan membuka kedua paha Bella."Steve..?" seru Bella kaget mendapatkan gerakan tiba-tiba dari suaminya.Steve menatap istrinya dengan penuh birahi, "Bella..." panggilnya dengan suara berat.DegBella tentu saja paham apa keinginan suaminya. Tapi keadaan tubuh bawahnya saat ini sangat tidak memungkinkan."Sa-sayang..Tunggu..A-ku benar-benar kelelahan hari ini..." tolak Bella menahan dada Steve.Steve menatap istrinya dengan rasa haus,"Kamu cukup diam saja sayang, biar aku yang lakukan...""A-apa maksud kamu sayang..?" gugup Bella.Srett..Steve membuka paksa baju dan dalaman bra Bella sehingga kedua payudaranya yang ranum langsung terlihat jelas."Sayang...!! Ahhh..." desahan Bella akhirnya lolos dari mulutnya.Steve mengulum dan menghisap puting Bella dengan begitu kasar dan haus. Di remasnya kedua payudara Bella dengan sedikit kasar."Ahhh...""Ada apa dengan Steve... Kenapa dia tiba-tiba bertindak se