Lapangan yang saat ini sangat sepi. Terdapat sebuah mobil yang terparkir di bagian tersudut."Euhm Ah Giselle...!" erangan Steve menikmati sensasi denyutan di miliknya.Giselle terus mengulum kejantanan Steve di dalam mulutnya, dan memainkan lidahnya dengan mahir.Tangannya pun ikut mengurut kejantanan Steve sesuai ritme permainan mulutnya. Dijilatnya seperti sedang menjilati es krim yang paling enak."Ughh Giselle, Kau melakukannya sangat enak!" racau Steve sambil membelai punggung Giselle.Matanya tertuju ke bagian bokong sintal milik Giselle yang tercetak jelas di balik rok ketatnya."Kalau seperti ini aku akan segera keluar!" ucap Steve dalam hati.Tangan Steve perlahan turun mengusap bokong Giselle."Euhmm..." gumam Giselle merespon sentuhan Steve.SrettSteve mengangkat rok ketat Giselle keatas. Hingga Steve bisa melihat jelas dalaman segitiga yang Giselle gunakan. Segitiga berwarna hitam dengan bahan yang tipis transparant bermotif jala."Steve!" seru Giselle kaget dengan gerak
Steve sungguh tidak dapat menahan hasratnya. Direbahkan nya tubuh Bella di atas sofa dan membuka kedua paha Bella."Steve..?" seru Bella kaget mendapatkan gerakan tiba-tiba dari suaminya.Steve menatap istrinya dengan penuh birahi, "Bella..." panggilnya dengan suara berat.DegBella tentu saja paham apa keinginan suaminya. Tapi keadaan tubuh bawahnya saat ini sangat tidak memungkinkan."Sa-sayang..Tunggu..A-ku benar-benar kelelahan hari ini..." tolak Bella menahan dada Steve.Steve menatap istrinya dengan rasa haus,"Kamu cukup diam saja sayang, biar aku yang lakukan...""A-apa maksud kamu sayang..?" gugup Bella.Srett..Steve membuka paksa baju dan dalaman bra Bella sehingga kedua payudaranya yang ranum langsung terlihat jelas."Sayang...!! Ahhh..." desahan Bella akhirnya lolos dari mulutnya.Steve mengulum dan menghisap puting Bella dengan begitu kasar dan haus. Di remasnya kedua payudara Bella dengan sedikit kasar."Ahhh...""Ada apa dengan Steve... Kenapa dia tiba-tiba bertindak se
Austin saat ini tengah berdiri di salah satu sudut di lantai milik Steve. Dirinya menunggu Steve untuk membicarakan perjalanan bisnis mereka bersama ke Negara Kanada lagi.Namun, apa yang dia lihat saat ini membuatnya tersenyum smirk.Tepat saat Joy menjauh, Austin mendekati Steve yang tidak menyadari kehadirannya."Ehmm..Ada apa ini..Apa kau saat ini sedang memperhatikan Joy, sekretaris seksimu itu.." seringai Austin berbisik."Austin..?" kaget Steve."Apa yang kau katakan..! Tidak seperti itu..!!" kilah Steve dan berjalan masuk ke ruangannya meninggalkan Austin.Austin pun menyusul Steve dan melewati Joy begitu saja.Steve menuju ke meja kerjanya dan duduk di kursi kebesaran CEO nya, sedangkan Austin memilih duduk santai di atas sofa."Oh iya...Bagaimana hubunganmu dengan istrimu hari ini..?" tanya Austin basa-basi dan penasaran."Maksud kamu Bella..?" ulang Steve. Karena tidak menyangka kenapa Austin tiba-tiba membahas masalah rumah tangganya lebih dulu."Hmm..Yups..!" balas Austin
Austin terkejut mendapatkan ciuman brutal dari Joy ketika tepat dirinya menutup pintu. Jas dan kemeja Austin dibukanya dengan sangat liar.Tidak membalas ciuman Joy, Austin sedikit geram dengan sikap Joy.Diraihnya dagu Joy dengan sedikit kasar.Dengan tatapan dingin,"Katakan apa maumu Joy..?" seru Austin dengan suara beratnya.Menatap balik mata indah milik Austin,"Yah..saat ini hanya dialah yang bisa membuatku lupa akan perasaanku ke Pak Steve..!" batin Joy."Kasari aku lebih dari pada biasanya, Tuan..!!" lirih Joy memandang Austin penuh harap."Cuih...!! Apa kau pikir aku ini pemuas nafsumu !!!" tukas Austin geram."Kalau aku mau kau !! Aku yang akan memanggilmu !! Kau tidak memiliki hak untuk memintanya !!! Ingat itu !!!""Dan...!! Camkan ini !! Aku tidak suka ketika kau meminta, hanya karena memikirkan pria lain !!" sambung Austin dan menghempaskan wajah Joy.DegJoy shock melihat reaksi Austin, dirinya selama ini berpikir kalau Austin hanyalah penggila seks dan selalu tergoda se
"Ayo sayang..." panggil Steve kepada istrinya dan meraih tangannya.Steve dan Bella jalan berdampingan, Bella dengan manja menautkan tangannya di lengan Steve.Tepat ketika Steve dan Bella masuk ke dalam sebuah restaurant mewah seorang pelayan menyambut mereka."Silahkan Tuan dan Nyonya.." sapanya sopan."Reservasi atas nama..?" tanya pelayan dengan ramah."Bella.." jawab Steve dan tersenyum ke istrinya."Baik Tuan, silahkan.." jawab pelayan dan mengarahkan Steve dan Bella ke meja yang sudah di reservasi oleh Steve."Terima kasih.." jawab Steve dan Bella setelah mereka duduk di kursi masing saling berhadapan."Sama-sama Tuna dan Nyonya..""Apa boleh saya menuangkan wine ke gelas..?" izin pelayan tersebut."Iya.."jawab Steve singkat.Pelayan pun menuangkan wine ke gelas Steve dan Bella."Selamat menikmati Tuan dan Nyonya, dan ini menunya...""Kamu mau yang mana sayang..?" tanya Steve dengan lembut sambil membuka-buka menu di depannya, begitupun Bella."Hmm...Aku mau Schweinebraten.." j
Kegelisahan kian menjadi ketika waktu sudah menunjukkan di angka lima sore.Bella dari tadi hanya menscroll nama kontak yang bertuliskan Austin."Apa aku harus memberitahukan ke Austin..? Tapi saat ini dia pasti sedang bersama Steve.." gumam Bella."Tapii.."Bella pun mengetik beberapa kata dan mengirimkan pesan singkat ke Austin.'Apa bisa bicara?'Sepersekian detik Austin langsung menelponnya.DrrzztttBella menekan tombol hijau."Halo.." sapa Bella."Hmm..Aku lagi di kamar sendiri, ada apa..?" ucap Austin agar Bella dapat berbicara dengan nyaman."Orang itu menghubungi ku kemarin, dan dia ingin memindahkan waktu pertemuan.." jelas Bella."Kapan..?" tanya Austin."Hari ini, Jam 8 malam di Hilton Hotel..."jujur Bella."A-apaaa !!!! Kenapa dia merubah jadwalnya..?!!" geram Austin."I-iya...Dia bilang jika aku tiak datang, dia akan menyebarkan foto itu ke email perusahaan...""Ck...!!! Kau tidak boleh pergi Bella..!!" seru Austin, kini dia sangat khawatir. Rambutnya di remas dengan kua
Tuutt tuuuttt tuuutt"Fuck !!! Kamu di mana Bella !!"Austin berusaha menghubungi Bella sejak sepuluh menit yang lalu.Austin meneguk kasar wine yang ada di tangannya.PranggKekesalan Austin dilimpahkan ke gelas wine."Jangan sampai kamu bertemu dengan si brengsek itu..!!" geram Austin.Dirinya ingin berangkat saat ini juga. Tapi jarak antara Kanada ke German membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam. Jadi semuanya pasti akan jadi sia-sia."Seharusnya kamu memberitahuku lebih awal, Bel !!!" sesal Austin."Arghhhh !!!!"***Nick memalingkan wajahnya tidak melihat Bella."A-apa benar kamu yang menelponku, Nick?" tanya Bella dengan tenang.Nick mengangguk,"Iya, benar..Itu aku !"Nick mengangkat wajah polosnya,"Akulah yang mengirimkan foto-foto itu kepadamu..!" ucapnya tanpa menjaga rasa hormat kepada istri Bos atasannya.Ting"Ayo,ikut aku..!" seru Nick begitu pintu lift terbuka.Bella hanya mengikuti dari belakang dan melihat punggung Nick yang memakai tas ransel."Aku tidak menyangka kalau
Nick yang awalnya sudah mulai luluh dengan bujukan Bella menjadi marah ketika mendengar nama Steve, Bos yang dia hormati dan kagumi. CEO dari perusahaan tempatnya bekerja dan di percaya menjadi seorang asistent.Nick yang tahu kedua rahasia suami istri ini menjadi memiliki fantasi yang tidak dapat dia bendung.Dirinya menjadi sangat iri terhadap Steve dan Austin. Dimana Steve yang sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik, masih mmeilih bermain dengan wanita lain diluar sana.Sedangkan Bella, dia menangkap basah dua kali istri bosnya itu melakukan seks bersama sahabat suaminya sendiri.Tidak menjawab pertanyaan Bella tentang apa maksud perkataannya.Dengan suara beratnya, Nick berbisik "Maka dari itu ..! Aku juga ingin melakukannya seperti kalian...!!"SretttNick mengangkat minidress Bella keatas."Nick..!!!" teriak Bella."Nick aku mohon..!!! Ini masih belum terlambat..!!" seru Bella menahan tangan Nick."Tolong pikirkan lagi...!" sambung Bella memelas.DegNick kembali menata
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l
Ada sebuah daerah di Inggris, tepatnya disisi utara London, sebuah keluarga bangsawan kecil hidup dan memerintah daerah itu dengan sangat bijak.Keluarga bangsawan itu memimpin rakyatnya dengan baik, membantu rakyat yang kesusahan dan selalu berbagi di kala masa panen sedang sulit.Keluarga bangsawan itu bernama Baldric, keluarga bangsawan yang memiliki garis keturunan kerajaan Inggris. Nama keluarga itu selalu di elu-elukan di masa jayanya. Sekelompok kecil masyarakatnya bahkan dengan lantang menyebut jika mereka adalah titisan malaikat berkat kebaikan mereka terhadap sesama.Namun masa-masa itu sudah lama berlalu, nama keluarga Baldric perlahan menghilang dari benak semua orang, melupakan keluarga bangsawan itu yang akhirnya lenyap selama perang dunia kedua berlangsung.Itulah cerita yang sering Ludwig dengar dari kedua orang tuanya dulu. Bahwa dia adalah keturunan bangsawan dari Inggris yang kini menetap di Swiss.Beberapa dokumen yang berisi tentang silsilah keluarganya juga masih
Namun sepertinya Jennifer tidak ada niatan untuk berhenti, malah tangannya kini naik memainkan kedua puting Steve. Hanya suara basah dan suara gumaman Jennifer saat melakukan aktifitasnya.“Oh Shit!” Steve memegang kepala belakang Jennifer dan memperbaiki rambut panjang Jennifer yang terurai. “Yes, faster baby!” “Akh! Kamu sangat luar biasa Jen!”“Ugh Ugh!” Steve menghentakkan pinggangnya saat menumpahkan laharnya di dalam tenggorokan Jennifer.“Ukh… Glup!” Jennifer menelan semua cairan putih milik Steve yang ada di dalam mulutnya, bahkan sekarang ia membersihkan cairan Steve yang sempat keluar dari mulutnya.Setelah menyelesaikan aktifitasnya, ia melepaskan milik Steve dan duduk ala jepang yang di sebut seiza. Jennifer memberikan senyuman manisnya, “Kamu menyukainya?”Steve maju mendekat dan meraih dagu Jennifer, “Sangat, sangat suka Jen, dan sekarang giliranmu.” Jawab Steve yang lalu melumat bibir Jennifer dengan liar, perlahan merebahkan wanita cantik itu, tangannya bahkan kini s
Jennifer membuka matanya dengan perlahan, dia merasakan tubuhnya begitu lelah. Dan saat ini ada tangan yang memeluk dirinya begitu posesif.Senyuman tipis terbit di wajah cantiknya, “Ternyata bukan mimpi,”“Morning, baby.” Suara serak Steve terdengar, yang mempererat pelukannya. Bahkan wajahnya sudah ia benamkan di antara kedua dada Jennifer dengan manja. “Aku merindukanmu….”Jennifer tersenyum, semoga keputusannya kali ini tidak salah. Dia berharap jika memang Steve lah labuhan terakhirnya. Menerima dirinya yang sudah begitu rusak sebagai seorang wanita.Begitu banyak pria yang sudah menikmati tubuhnya, bahkan ia masih mengingat dengan jelas jika Steve bersama Gerald dan pria lainnya menikmati tubuhnya bersama-sama.Jennifer memeluk tubuh Steve dengan erat, tiba-tiba saja tubuhnya gemetar mengingat semua itu. Ia benar-benar gila sudah memanfaatkan tubuhnya hanya demi kesuksesannya dalam berkarir.Bahkan lebih gilanya saat ia berada di dalam penjara wanita, dan menjadi tawanan dari pr
Dan tidak lama kemudian Casper datang. Austin dan Bella juga sudah menyelesaikan makan siang mereka.Casper membantu Austin dan Bella memasukkan barang – barang belanjaan ke dalam mobil. Setelah itu Casper kembali berpamitan dan memakirkan kendaraannya di tempat yang terjangkau dari sisi manapun jika di hubungi dadakan oleh Austin.Austin dan Bella kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki menuju tepi Danau Zurich. Mereka lagi-lagi ci buat terpesona oleh pemandangan indah yang ditawarkan oleh air biru yang tenang, mencerminkan langit cerah dan pegunungan yang mengelilingi kota. Suasana di sekitar danau sangat damai dan menyenangkan, membuat mereka merasa rileks dan bahagia.Austin merangkul mesra sang istri, sambil berjalan di sepanjang tepi danau, mereka menyaksikan perahu-perahu yang melintasi danau dengan anggun, menambah keindahan pemandangan. Beberapa perahu layar berwarna-warni terlihat berlayar dengan angin, sementara perahu-perahu bertenaga listrik mengangkut