Bella masih terisak di dalam dekapan Austin. Tangisan pilu terdengar dari Bella.Hatinya teriris, tersayat, karena suaminya tega melakukan itu bersama sahabatnya sendiri di kala dia ada saat itu.Apakah setidak berharga kah dirinya di mata mereka berdua.Steve yaang merupakan pria pertama yang dia cintai, dia abdikan hidupnya untuk pria yang sangat dia cintai. Walau kadang bertolak belakang dengan dirinya sendiri. Mencoba mengerti semua yang dikatakan oleh suaminya.Berusaha menjadi wanita yang diinginkan seorang Steve. Tidak pernah dia berkata tidak atau pun menolak apa yang suaminya inginkan. Dan keputusan suaminya selalu mutlak.Mencoba bertahan pada saat sang suami tidak pernah lagi memberikan nafkah batin untuk dirinya.Selalu mencoba mencari cara agar hubungan ranjang mereka kembali panas seperti dulu. Namun, hasilnya selalu kecewa yang di dapatkan dirinya.Karena tidak mungkin akan berhasil apabila hanya dari salah satu pihak yang berusaha. Sedangkan suaminya hanya fokus di kar
"Ah.. Tidak ada sayang, biar aku yang selidiki.." jujur Austin. Merasa ada sesuatu yang janggal."Apa sebelumnya pada saat di Kanada mereka sudah berhubungan..?" pikir Austin."Max harus segera mengecek CCTV Hotel di Kanada..." batinnya.Setidaknya kalaupun memang faktanya seperti itu. Berarti Steve lah yang lebih dahulu melakukan hal tersebut.Dia tidak ingin Bella terus menyalahkan dirinya sendiri."Apa semua karena salahku sayang, aku yang memberikan Giselle dan Steve kesempatan..?" lirih Bella."Hmm... lagi-lagi..." batin Austin.GrepDiangkatnya tubuh Bella agar naik ke atas pangkuannya."Berhenti menyalahkan dirimu sayang... Entah itu kesempatan atau bukan. Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing... Dan kembali dengan perasaan kita... Apakah memang itu sebuah kesalahan atau untuk kesenangan...""Sama seperti aku menggodamu waktu itu.. Di malam itu, aku hanya penasaran, apa yang membuat rumah tangga kalian dingin seperti yang di ceritakan oleh Steve...""Dan ketika aku me
Austin terus memberikan sentuhan dan kecupan lembut di tiap tubuh indah nan putih bersih milik Bella."Kamu wangi dan nikmat sayang..." suara berat Austin yang begitu mendominasi.Bella hanya bisa terus mendesah dan menggeliatkan tubuhnya karena geli yang dia rasakan.Geli tapi begitu merangsang di setiap kecupan Austin.Warna kulit tubuh Bella seputih kapas, bagai porselen yang begitu berharga. Austin menyentuhnya dengan begitu manja dan cinta.Takut apabila sentuhannya akan melukai kulit indah Bella yang tanpa cela dan noda itu."Uhmmppp.. Ahh... Austin... Sayang....!" rengekan Bella di sertai remasan lembut di rambut Austin ketika Austin memilinkan lidahnya di pucuk pa-yu-dara bagian kanan Bella dengan begitu pelan.Di sesapnya bagian pinggir pa-yu-dara Bella yang berwarna putih itu. Dengan beberapa kali hisapan keras dan lembut."Ahh... Sayang..." jerit manja Bella."Uhhmm, aku akan memberikan tanda di tubuhmu sayang..." balas Austin yang masih terus menyesap kulit kenyal Bella di
Diarahkannya tongkat kejantanannya ke li-yang kewanitaan Bella. Dan... Blesss"Arghh.. uhmpp.." gumam Bella di sela ciuman mereka.Dapat Bella rasakan milik Austin begitu penuh di dalam tubuhnya."Ahhh Austin, sayang," desahan Bella ketika Austin mulai memacu tubuhnya dengan pelan namun tetap begitu nikmat di rasakan oleh Bella."Aku akan membuatmu melupakan kesedihanmu sayang.. Biarkan aku masuk ke dalam hatimu seutuhnya... Maafkan aku yang egois ini...!!" seru Austin di sela-sela pompaannya."Ah.. ah... ahh...Sayang...!!" balas Bella dengan tatapan sendu ke Austin disela desahannya.Austin kembali menciumi bibir Bella dan meremas pa-yu-dara Bella bergantian, menghujam tubuh Bella lebih dalam dan keras.Bella memeluk tubuh kekar Austin dengan kuat. Kukunya sedikit dia tancapkan karena merasakan sensasi luar biasa di inti tubuhnya.Austin melepaskan ciumannya dan menatap wajah Bella. Mengukungnya dengan lekat."Akan aku buktikan, kalau cintaku tidak akan pernah habis untukmu, karena r
Daniel tidak ingin menanyakan hal privasi kepada Giselle, tanpa Giselle yang memberitahukannya terlebih dahulu.Dengan cepat Daniel menekan nomor 2 dan di tahan lama hingga terlihat nama Bella di layar ponselnya.Tuutt.... tuuuttt.... tuttttTuttt... tuuuttt.... tuuuttttLima kali Daniel menghubungi nomor Bella tapi tidak kunjung diangkat."Apa Bella baik-baik saja..?" gumam Daniel khawatir kemudian mengambil kunci mobilnya.Daniel berlari keluar dengan tergesa-gesa. Membuat semua karyawannya menjadi heran."Ada yang terjadi Pak..?" tanya Asisstent Daniel yang menyusul Daniel."Ada urusan penting..!!! Tolong kamu yang atasi masalah di kantor..!!â Seru Daniel yang langsung masuk ke dalam mobilnya."Baru kali ini raut wajah Pak Daniel terlihat panik seperti itu...!!!" gumam Asistent Daniel.Daniel menyetir tanpa arah. Karena memang baru lagi bertemu Bella setelah empat tahun.Dia tidak tahu harus mencari Bella kemana, akhirnya dia memutuskan kemana tempat terakhir dia bertemu Bella.Tem
Bella hanya mengangguk kecil, ketika tubuhnya sudah kembali di bopong oleh Austin. Kewanitaannya sudah kembali berdenyut-denyut hanya karena ciuman dari Austin.Tubuhnya tidak lagi bisa menolak apa yang akan di lakukan oleh Austin terhadap tubuhnya.Karena terlalu memabukkan dan begitu dia inginkan untuk merasakannya kembali.Setelah selesai melepaskan seluruh guncangan kenikmatan mereka di dalam kamar mandi. Kini Bella sudah berganti pakaian. Yang tentu saja hanya berupa gaun tidur tipis. Baju rumah yang di sediakan Austin untuknya.Sedangkan sisanya hanya pakaian formal dan semi formal untuk dirinya keluar rumah."Ayo sarapan, dan aku akan menunjukkan sesuatu padamu sayang..." seru Austin yang mengatur sarapan di meja makan untuk mereka berdua."Terima kasih..." jawab Bella yang sudah duduk berhadapan dengan Austin."Youâre welcome love..." balas Austin lembut, memotong pancake dan menyuapi Bella.Bella membuka mulutnya dan menyambut suapan dari Austin.Perlakuan hal kecil membuat h
"Steve...???" shock Bella melihat Steve dengan kasar dan liarnya bercumbu dan menyetubuhi Joy. Joy sang Sekretaris. Di ruang kerjanya sendiri.Hal yang begitu sulit Bella dapatkan dari suaminya. Nafkah batin selama dua tahun, tetapi suaminya itu dengan mudahnya bercinta bersama wanita lain.Video yang berhasil di rekam oleh Nick tanpa sepengetahuan Steve dan Joy.Pada saat Joy masuk ke dalam ruangan Steve. Nick dengan cepat menahan pintu tersebut. Dan berhasil merekam perbuatan Steve dan Joy."Hmm, iya sayang... Dan jujur...aku juga pernah melakukan sek-s bersamanya... " jujur Austin tidak ingin menutupi seberapa buruknya dia.Dia tidak ingin Bella mengetahui hal tersebut dari orang lain.Mendengar hal tersebut membuat Bella menoleh ke arah Austin dengan tatapan yang begitu tajam.Kemudian berdiri melepaskan pelukan Austin, meninggalkan Austin yang masih terduduk di kursinya."Arghh... Apa aku mengatakannya di saat yang tidak tepat...?" batin Austin yang langsung berdiri dan mengejar
"Ma-maafkan aku Bella, dulu sudah menjadi pria berengsek... Maafkan aku..." ucap Austin menciumi puncak kepala Bella."Maafkan aku sudah melakukan hal itu kepadamu, maafkan aku sudah melecehkanmu sebelumnya, maafkan aku sudah mengancammu untuk mengikuti keinginanku... Maafkan aku..." lirih Austin yang merasa begitu bersalah, karena dialah yang membawa Bella sampai melakukan itu semua, dan karena dialah Bella harus terlibat masalah dengan Nick.Bella menangis sejadi-jadinya mendengar perkataan Austin.Mengingat kembali semua perlakuan Austin terhadapnya. Yang membuat Bella begitu membenci Austin saat itu. Ingin sekali dia hindari Austin sebisa mungkin.Tapi sekarang dia berada di dalam pelukan pria ini.Austin melepaskan pelukannya. Dan sedikit menunduk dan melihat wajah Bella. Di tangkupnya wajah Bella dengan kedua tangannya yang besar.Di usapnya dengan lembut air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata Bella. Mengeringkan air mata yang membasahi pipi Bella dengan lembut."Kamu ta