Lanjut gak nih bestie? Yuk tulis komentar kalian tentang kisah rumit rumah tangga Bella dan Steve? Apakah Steve dan Giselle bakal ketahuan? Vote dan beri dukungan ya sayangkuhh~~
Bella akhirnya menyelesaikan cucian piringnya. Di aturnya semua piring dan makanan yang masih tersisa."Ah iyaa... Aku belum buat camilan untuk teman minum bersama Giselle..!!" gumam Bella."Giselle...??!!" teriak Bella dari jauh sambil mengambil pan dari dalam rak."..."Tidak mendengar sahutan Giselle. Bella menyimpan pan yang dipegangnya ke atas kompor. Kemudian menyusul Giselle."Ahhh iyaa... Sorry aku kebelet tadi..." seru Giselle yang tiba-tiba muncul dari arah toilet ruang tamu."Ohh iya... Sudah aman..?" tanya Bella yang melihat wajah Giselle begitu merah."Hmm... Iya sudah..!!" balas Giselle cepat."Kamu sudah minum duluan ya..?!!" selidik Bella sambil memicingkan matanya."Hah..??" tanya Giselle bingung."Gak kok..!!" sambung Giselle."Ayoo ngaku..! Tuh muka kamu sudah kayak kepiting rebus..!! Hahhhaa..." seru Bela.Deg"Hehhehe... Ketahuan ya ?!" cengengesan Giselle tersenyum malu."Ada apa Bel..?" tanya Giselle, mengalihkan pembicaraan."Oh iya, kamu mau makan apa untuk ca
Kemudian Max datang dan memberikan tas milik Nick. Tas yang awal kejadian bersama Bella serta sebuah kamera kecil yang Nick sembunyikan untuk merekam Bella."Dan kau pikir trick kecilmu yang seperti ini berhasil untuk menipuku..?" sindir Austin menunjukkan kamera yang di simpan oleh dirinya di sudut ruangan di kamar Hotel tersebut.Dia ingin itu menjadi senjatanya untuk menekan Austin dan Bella. Agar Bella kembali dengan sukarela menyerahkan dirinya."Ti-tidak Pak..!!" balas Nick dengan suara kesakitan dan ketakutan.CuihhhhAustin meludahi wajah Nick.Kemudian Austin menjaga jarak dari mereka dengan sedikit mundur lima langkah ke belakang."Baiklah...!! Karena kalian suka permainan sek-s... Aku akan mengabulkan permintaan kalian...!!" seringai Austin dan melemparkan tas milik Nick di depannya."Max... lepaskan mereka..!!" seru Austin memberi titah."Baik Tuan...!!"Kemudian Max membuka ikatan mereka satu persatu dan di buat berlutut di depan Austin."Sudah aku katakan padamu sebelumn
"Bel... Sudah yuk minumnya. Kamu sudah minum banyak nih..!" seru Giselle."Hehehehe.. .Gak kok Giselle..!!" jawab Bella santai karena memang dia sudah janji kepada Austin untuk menahan diri tidak minum alkohol berlebihan."Aku hanya lagi mikir dengan hatiku saat ini. Lagi bahagia atau lagi sedih atau lagi sakit...!!" ucap Bella sambil menerawang jauh. Pandangannya dia alihkan melihat jendela.Perasaannya sangat sulit dia jelaskan.Apa memang di sini dia yang salah..? Siapa yang memulainya pertama..?Perasaannya kepada suaminya perlahan menghilang bahkan saat melihat Steve seperti melihat pria asing.Bella seperti tidak mengenal sosok suaminya lagi.Dan di saat dia tahu pengkhianatan suaminya. Ada sosok pria lain yang sangat memanjakan dan mencintainya. Di mana dirinya merasa sangat di hargai, di manja, dan merasakan artinya hubungan dalam kata saling mengisi satu sama lain.Tanpa sadar Bella menitikkan air matanya."Bel..? Are you ok ..?" khawatir Giselle melihat Bella."Hmm..? Ah iya.
"Agggghhhhh Baby..!!!" suara jeritan wanita yang tertahan.Dan disusul suara pria yang sangat Bella kenali, "Ughh Baby, kamu sangat seksi...!! Ahhh.. Ahhh..!"Seketika tubuh Bella gemetar. Tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Namun terdengar lagi dengan begitu jelas, suara wanita yang terus mengerang dan mendesah."Faster baby, please...!" suara wanita yang sangat Bella kenali."Baby..? Tunggu...!!! Baby..??? Ja-jangan bilang?? Kanada..?" batin Bella menerka-nerka.Amarah Bella begitu membuncah. Dadanya terasa begitu sakit dan sesak. Di khianati oleh dua orang yang paling dia percaya di dunia ini. Dua orang yang selama ini ada dalam hidupnya.Darahnya berdesir hebat. Tubuhnya seketika melemas. Tangannya mengepal kuat.Bella memukul dadanya dengan kepalan tangan. Semakin keras dipukulnya semakin bergetar hebat tubuhnya.Tapi tidak ada air mata yang dapat dia keluarkan saat ini. Entah karena terlalu shock membuat air matanya mengering. Atau terlalu sakit luka yang te
"Arghhh kau memang sangat nakal Giselle. Tapi aku menyukainya...!!" serak Steve yang kembali merem melek merasakan jepitan kewanitaan Giselle. Walaupun begitu becek karena sisa tumpahannya. Tidak mengurangi kenikmatan gesekan di bagian tongkatnya.Giselle bergerak naik turun liar sehingga kedua pa-yu-dara nya yang sintal dan kenyal menabrak-nabrak wajah Steve meminta di mainkan.Steve meraup dengan kedua tangannya meremas pa-yu-dara Giselle dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Membuat Giselle semakin gelonjotan tidak karuan."Arghh Ahh.. Ahhh... Stevee... A-akuu.. Akuu...!!!" racau Giselle yang hampir mendapatkan puncaknya.Mendengar racauan Giselle, Steve membantu dengan ikut memompa dan menghentakkan pantatnya dengan cepat.Giselle semakin menjerit dan mengeluh manja. Diraihnya wajah Steve yang sedang melu-mat pucuk pa-yu-dara. Kemudian dengan menciumi dan menyesap bibir Steve. Lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Steve. Steve ikut membalas liarnya permainan bibir Giselle.Hingga pe
Bella masih terisak di dalam dekapan Austin. Tangisan pilu terdengar dari Bella.Hatinya teriris, tersayat, karena suaminya tega melakukan itu bersama sahabatnya sendiri di kala dia ada saat itu.Apakah setidak berharga kah dirinya di mata mereka berdua.Steve yaang merupakan pria pertama yang dia cintai, dia abdikan hidupnya untuk pria yang sangat dia cintai. Walau kadang bertolak belakang dengan dirinya sendiri. Mencoba mengerti semua yang dikatakan oleh suaminya.Berusaha menjadi wanita yang diinginkan seorang Steve. Tidak pernah dia berkata tidak atau pun menolak apa yang suaminya inginkan. Dan keputusan suaminya selalu mutlak.Mencoba bertahan pada saat sang suami tidak pernah lagi memberikan nafkah batin untuk dirinya.Selalu mencoba mencari cara agar hubungan ranjang mereka kembali panas seperti dulu. Namun, hasilnya selalu kecewa yang di dapatkan dirinya.Karena tidak mungkin akan berhasil apabila hanya dari salah satu pihak yang berusaha. Sedangkan suaminya hanya fokus di kar
"Ah.. Tidak ada sayang, biar aku yang selidiki.." jujur Austin. Merasa ada sesuatu yang janggal."Apa sebelumnya pada saat di Kanada mereka sudah berhubungan..?" pikir Austin."Max harus segera mengecek CCTV Hotel di Kanada..." batinnya.Setidaknya kalaupun memang faktanya seperti itu. Berarti Steve lah yang lebih dahulu melakukan hal tersebut.Dia tidak ingin Bella terus menyalahkan dirinya sendiri."Apa semua karena salahku sayang, aku yang memberikan Giselle dan Steve kesempatan..?" lirih Bella."Hmm... lagi-lagi..." batin Austin.GrepDiangkatnya tubuh Bella agar naik ke atas pangkuannya."Berhenti menyalahkan dirimu sayang... Entah itu kesempatan atau bukan. Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing... Dan kembali dengan perasaan kita... Apakah memang itu sebuah kesalahan atau untuk kesenangan...""Sama seperti aku menggodamu waktu itu.. Di malam itu, aku hanya penasaran, apa yang membuat rumah tangga kalian dingin seperti yang di ceritakan oleh Steve...""Dan ketika aku me
Austin terus memberikan sentuhan dan kecupan lembut di tiap tubuh indah nan putih bersih milik Bella."Kamu wangi dan nikmat sayang..." suara berat Austin yang begitu mendominasi.Bella hanya bisa terus mendesah dan menggeliatkan tubuhnya karena geli yang dia rasakan.Geli tapi begitu merangsang di setiap kecupan Austin.Warna kulit tubuh Bella seputih kapas, bagai porselen yang begitu berharga. Austin menyentuhnya dengan begitu manja dan cinta.Takut apabila sentuhannya akan melukai kulit indah Bella yang tanpa cela dan noda itu."Uhmmppp.. Ahh... Austin... Sayang....!" rengekan Bella di sertai remasan lembut di rambut Austin ketika Austin memilinkan lidahnya di pucuk pa-yu-dara bagian kanan Bella dengan begitu pelan.Di sesapnya bagian pinggir pa-yu-dara Bella yang berwarna putih itu. Dengan beberapa kali hisapan keras dan lembut."Ahh... Sayang..." jerit manja Bella."Uhhmm, aku akan memberikan tanda di tubuhmu sayang..." balas Austin yang masih terus menyesap kulit kenyal Bella di
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l