Mendengar perkataan Austin, spontan Steve berbalik ke belakang melihat Bella."Huftt..." Steve menghembuskan nafas beratnya.Bersyukur Bella berada jauh di dapur dan sedang serius memasak, jadi tidak mungkin Bella mendengarkan perkataan Austin.Austin tersenyum smirk. "Sudah kuduga!" batinnya.Steve kembali melihat ke arah Austin."Hmm..." gumam Steve mengangguk tidak enak merasa ketahuan oleh sahabatnya."Kamu tidak akan melakukan hal gila ‘kan..?!" tanya Austin penuh curiga. Dia tidak ingin sampai Bella melihat sesuatu yang akan membuatnya terluka."Ti-tidak mungkin..." jawab Steve cepat namun Austin mendapatkan raut wajah mencurigakan dari Steve."Hmm... Baiklah, kalau begitu aku balik ya..!" pamit Austin."Ok Bro..!!" jawab Steve dan menutup pintu rumahnya.Austin terdiam sejenak. Berpikir agar Bella bisa keluar dari situasi ini.Tapi apapun yang dia pikirkan tetap tidak ada jalan keluar. Dengan menghela nafas berat, Austin melangkah menuju mobil."Aku yakin, kamu wanita yang kuat
"Hahhahaha... Sudah aku duga, pasti ada sesuatu yang terjadi antara kalian berdua ‘kan..?" goda Giselle."Dia juga menghubungiku dan tidak berhenti memujimu Bel..!!!" lanjut Giselle apa adanya.Karena setelah Bella pulang dari kantor Daniel. Daniel langsung menghubungi Giselle dan mengatakan Bella sangat berpotensi dan semakin cantik serta feminin.Blusshh"Benarkah..? Hhehehe... Aku juga senang bisa bekerja sama dalam proyek ini bersama Daniel.." jawab Bella dengan senyuman manisnya."Hmm... Dia tidak berhenti memuji hasil pekerjaanmu.. Semoga kerjasama kalian dalam proyek berjalan sukses ya..!!" ucap Giselle."Iya... Dan thank you kamu yang sudah kasih info ini ke aku...!" ujar Bella."Jangan terlalu sungkan seperti itu Bel..!! Aku memberikan proyek ini karena aku tahu kemampuanmu..!!" seru Giselle."Kamu memang sahabat terbaikku Giselle !!!" ucap tulus Bella dengan mata sedikit berkaca-kaca."Heyy... kenapa sampai seperti itu..!! Please Bella..!!" panik Giselle melihat sahabatnya ya
Bella akhirnya menyelesaikan cucian piringnya. Di aturnya semua piring dan makanan yang masih tersisa."Ah iyaa... Aku belum buat camilan untuk teman minum bersama Giselle..!!" gumam Bella."Giselle...??!!" teriak Bella dari jauh sambil mengambil pan dari dalam rak."..."Tidak mendengar sahutan Giselle. Bella menyimpan pan yang dipegangnya ke atas kompor. Kemudian menyusul Giselle."Ahhh iyaa... Sorry aku kebelet tadi..." seru Giselle yang tiba-tiba muncul dari arah toilet ruang tamu."Ohh iya... Sudah aman..?" tanya Bella yang melihat wajah Giselle begitu merah."Hmm... Iya sudah..!!" balas Giselle cepat."Kamu sudah minum duluan ya..?!!" selidik Bella sambil memicingkan matanya."Hah..??" tanya Giselle bingung."Gak kok..!!" sambung Giselle."Ayoo ngaku..! Tuh muka kamu sudah kayak kepiting rebus..!! Hahhhaa..." seru Bela.Deg"Hehhehe... Ketahuan ya ?!" cengengesan Giselle tersenyum malu."Ada apa Bel..?" tanya Giselle, mengalihkan pembicaraan."Oh iya, kamu mau makan apa untuk ca
Kemudian Max datang dan memberikan tas milik Nick. Tas yang awal kejadian bersama Bella serta sebuah kamera kecil yang Nick sembunyikan untuk merekam Bella."Dan kau pikir trick kecilmu yang seperti ini berhasil untuk menipuku..?" sindir Austin menunjukkan kamera yang di simpan oleh dirinya di sudut ruangan di kamar Hotel tersebut.Dia ingin itu menjadi senjatanya untuk menekan Austin dan Bella. Agar Bella kembali dengan sukarela menyerahkan dirinya."Ti-tidak Pak..!!" balas Nick dengan suara kesakitan dan ketakutan.CuihhhhAustin meludahi wajah Nick.Kemudian Austin menjaga jarak dari mereka dengan sedikit mundur lima langkah ke belakang."Baiklah...!! Karena kalian suka permainan sek-s... Aku akan mengabulkan permintaan kalian...!!" seringai Austin dan melemparkan tas milik Nick di depannya."Max... lepaskan mereka..!!" seru Austin memberi titah."Baik Tuan...!!"Kemudian Max membuka ikatan mereka satu persatu dan di buat berlutut di depan Austin."Sudah aku katakan padamu sebelumn
"Bel... Sudah yuk minumnya. Kamu sudah minum banyak nih..!" seru Giselle."Hehehehe.. .Gak kok Giselle..!!" jawab Bella santai karena memang dia sudah janji kepada Austin untuk menahan diri tidak minum alkohol berlebihan."Aku hanya lagi mikir dengan hatiku saat ini. Lagi bahagia atau lagi sedih atau lagi sakit...!!" ucap Bella sambil menerawang jauh. Pandangannya dia alihkan melihat jendela.Perasaannya sangat sulit dia jelaskan.Apa memang di sini dia yang salah..? Siapa yang memulainya pertama..?Perasaannya kepada suaminya perlahan menghilang bahkan saat melihat Steve seperti melihat pria asing.Bella seperti tidak mengenal sosok suaminya lagi.Dan di saat dia tahu pengkhianatan suaminya. Ada sosok pria lain yang sangat memanjakan dan mencintainya. Di mana dirinya merasa sangat di hargai, di manja, dan merasakan artinya hubungan dalam kata saling mengisi satu sama lain.Tanpa sadar Bella menitikkan air matanya."Bel..? Are you ok ..?" khawatir Giselle melihat Bella."Hmm..? Ah iya.
"Agggghhhhh Baby..!!!" suara jeritan wanita yang tertahan.Dan disusul suara pria yang sangat Bella kenali, "Ughh Baby, kamu sangat seksi...!! Ahhh.. Ahhh..!"Seketika tubuh Bella gemetar. Tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.Namun terdengar lagi dengan begitu jelas, suara wanita yang terus mengerang dan mendesah."Faster baby, please...!" suara wanita yang sangat Bella kenali."Baby..? Tunggu...!!! Baby..??? Ja-jangan bilang?? Kanada..?" batin Bella menerka-nerka.Amarah Bella begitu membuncah. Dadanya terasa begitu sakit dan sesak. Di khianati oleh dua orang yang paling dia percaya di dunia ini. Dua orang yang selama ini ada dalam hidupnya.Darahnya berdesir hebat. Tubuhnya seketika melemas. Tangannya mengepal kuat.Bella memukul dadanya dengan kepalan tangan. Semakin keras dipukulnya semakin bergetar hebat tubuhnya.Tapi tidak ada air mata yang dapat dia keluarkan saat ini. Entah karena terlalu shock membuat air matanya mengering. Atau terlalu sakit luka yang te
"Arghhh kau memang sangat nakal Giselle. Tapi aku menyukainya...!!" serak Steve yang kembali merem melek merasakan jepitan kewanitaan Giselle. Walaupun begitu becek karena sisa tumpahannya. Tidak mengurangi kenikmatan gesekan di bagian tongkatnya.Giselle bergerak naik turun liar sehingga kedua pa-yu-dara nya yang sintal dan kenyal menabrak-nabrak wajah Steve meminta di mainkan.Steve meraup dengan kedua tangannya meremas pa-yu-dara Giselle dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Membuat Giselle semakin gelonjotan tidak karuan."Arghh Ahh.. Ahhh... Stevee... A-akuu.. Akuu...!!!" racau Giselle yang hampir mendapatkan puncaknya.Mendengar racauan Giselle, Steve membantu dengan ikut memompa dan menghentakkan pantatnya dengan cepat.Giselle semakin menjerit dan mengeluh manja. Diraihnya wajah Steve yang sedang melu-mat pucuk pa-yu-dara. Kemudian dengan menciumi dan menyesap bibir Steve. Lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Steve. Steve ikut membalas liarnya permainan bibir Giselle.Hingga pe
Bella masih terisak di dalam dekapan Austin. Tangisan pilu terdengar dari Bella.Hatinya teriris, tersayat, karena suaminya tega melakukan itu bersama sahabatnya sendiri di kala dia ada saat itu.Apakah setidak berharga kah dirinya di mata mereka berdua.Steve yaang merupakan pria pertama yang dia cintai, dia abdikan hidupnya untuk pria yang sangat dia cintai. Walau kadang bertolak belakang dengan dirinya sendiri. Mencoba mengerti semua yang dikatakan oleh suaminya.Berusaha menjadi wanita yang diinginkan seorang Steve. Tidak pernah dia berkata tidak atau pun menolak apa yang suaminya inginkan. Dan keputusan suaminya selalu mutlak.Mencoba bertahan pada saat sang suami tidak pernah lagi memberikan nafkah batin untuk dirinya.Selalu mencoba mencari cara agar hubungan ranjang mereka kembali panas seperti dulu. Namun, hasilnya selalu kecewa yang di dapatkan dirinya.Karena tidak mungkin akan berhasil apabila hanya dari salah satu pihak yang berusaha. Sedangkan suaminya hanya fokus di kar