Steve terlihat begitu segar hari ini, semua staff yang menyapa sang CEO, Pasti di balas dengan senyuman yang merekah.
"Pagi Pak Steve..." sapa salah satu karyawan wanita.
"Pagi..." balas Steve santai dan tersenyum.
"Heii..!!" Austin merangkul bahu Steve.
"Yoo..!!" balas Steve tidak kalah semangat.
Dan Austin bisa menangkap perubahan ekspresi Steve yang sangat berbeda dari beberapa hari ini.
"Kenapa semalam kau langsung pulang ?! Tanpa pamit! Michael, Ron, dan Gerry mencarimu dan Bella..!!" terang Austin.
"Ahh… Sorry Bro! Semalam Bella merasa sedikit kurangnyaman!" jujur Steve.
"Benarkah ? Apa Bella baik-baik saja ? Dia minum terlalu banyak kemarin malam.." tanya Austin dengan senyuman tipis.
Ceklek
Steve masuk ke dalam ruangannya, di susul Austin.
Steve duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Austin duduk di sofa dengan santai.
"Hmm… sebenarnya… malam itu, ketika kami pulang, Bella terlihat begitu bergairah. Dan memintaku untuk langsung melakukannya dengan agresif..!!" Steve mulai bercerita, tidak menutupi hal tersebut dari Austin.
Austin terdiam, berpikir dan mencerna apa yang di katakan Steve.
"Dan akhirnya, kemarin malam kami lalui dengan sangat baik. Ternyata wine sangat berpengaruh !" ujar Steve dengan senyuman puas.
"Ah... apa kau yakin karena Wine ?" gumam Austin seperti berbisik dan tersenyum kecut.
"Huhh ?!" tanya Steve yang tidak mendengar perkataan Austin.
"Bukan hal penting bro...! By the way, bagaimana persiapanmu untuk perjalanan bisnis ke Kanada ?" kilah Austin.
"Semuanya sudah siap. Lagi pula hanya tiga hari…" balas Steve santai tidak menaruh curiga.
"Good! Wanita di Kanada semuanya sangat-sangat cantik...! Hhhahahha!" goda Austin ke sahabatnya.
"Ck! Berhentilah berkata seperti itu! Dasar sesat!" balas Steve dan tertawa ringan menanggapi lelucon Austin.
Austin pun hanya menyeringai mendengar ucapan Steve.
***
Tibalah hari keberangkatan Steve.
"Sayang, pesawatmu jam berapa ??" tanya Bella sambil merapikan jas suaminya.
"Sekitar jam 11 pagi sayang," balas Steve.
"Ok ! Jangan lupa telpon ke aku ya sebelum naik pesawat...!" ujar manja Bella dan memeluk suaminya.
"Tentu sayang," balas Steve dan menarik Bella kemudian mengecup bibir dan keningnya.
Bella sangat senang, mereka kembali seperti pengantin baru lagi, meskipun mereka belum melakukannya lagi sejak malam itu.
"Kalau begitu, aku pergi ya sayang, Bye!" tukas Steve sambil tersenyum dan membuka pintu rumah.
"Iya sayang, semoga perjalananmu menyenangkan..." balas Bella dengan wajah bahagianya.
Bella mengunci pintu rumah, dan pergi untuk membersihkan diri. Memenuhi bathtubnya dengan air hangat lalu memberikan aroma bunga lily yang menyegarkan dan menenangkan pikiran.
Kurang lebih sepuluh menit dirinya berendam air hangat. Bella memakai pakaian tidurnya yang tipis. Ingin merebahkan diri dan beristirahat. Kebiasaannya apabila sang suami melakukan perjalanan bisnis.
Dirinya lebih santai karena tidak perlu menyiapkan bekal siang dan makan malam.
Bella merebahkan dirinya di tengah-tengah ranjang, larut dalam pikirannya kembali.
"Kenapa sudah lewat berhari-hari tapi setiap aku menutup mataku, pikiranku langsung ke kejadian malam itu.." kalut Bella.
"Perasaan itu begitu lekat dalam ingatanku dan kulitku..."
Hingga Bella tertidur, di mimpinya kembali terulang kejadian malam itu. Ketika jemari Austin mengoyak miliknya dengan begitu cepat. Memberikan sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Hingga dirinya akan mencapai yang bernama klimaks.
"Ahhh!" seru Bella dan terbangun dari tidurnya.
"Shit!" maki Bella, mengutuk dirinya yang kembali bermimpi tentang kejadian malam itu.
Nafasnya saling memburu, dapat dia rasakan bagian intinya sangat basah.
Rinngg
Suara deringan ponselnya mengejutkan Bella.
"Sayang.. kamu sudah tiba ?!" tanya Bella senang.
"Bella, maaf sayang... aku melupakan beberapa dokumen yang sangat penting di meja kerja ku...!" panik Steve di balik ponsel.
"Ah.. jadi apa yang harus kita lakukan, Steve ?" tanya Bella bingung.
"Austin akan datang, semua file ada di komputer ku sayang, aku minta tolong ke Austin untuk mengirimkannya ke email, dan Austin akan melakukan beberapa sedikit perubahan di dokumennya.." jelas Steve.
Deg
"Austin ? Ke rumah ?" pikiran Bella sudah tidak tenang.
"Bella ??" panggil Steve tidak mendapatkan sahutan dari Bella.
"Iya, Steve...!" balas Bella mau tidak mau, karena ini urusan pekerjaan.
"Tolong tunjukkan ruang kerja ku ke Austin, Thank you sayang !" tutup Steve.
"Ahhh.. bagaimana ini ? Orang itu akan ke sini..." gumam Bella, perasaan gugup tiba-tiba menerpanya.
Bella dengan cepat mengganti pakaiannya, dengan pakaian yang lebih rapi. Dress rumah yang panjang berwarna merah terang.
Tidak lama kemudian, bell rumah berbunyi.
Bella membuka pintu, dan.. "Hai Bella.." sapa Austin tersenyum.
"Ah iya, Austin..Silahkan masuk ..." balas Bella gugup dan menunduk.
"Apa yang harus aku lakukan! Aku tidak bisa melihat wajahnya..!!" batin Bella, sambil jalan mendahului Austin.
"Bella di mana ruang kerja Steve ??!" seru Austin dengan tergesa-gesa.
"Oh iya, ruang kerja Steve ada di sebelah sana..!" tunjuk Bella sedikit terkejut.
Mengikuti Austin sebentar, melihat dari pintu. Austin terlihat begitu sibuk berbicara dengan Steve lewat ponsel dan mengetik di keyboard secara bersamaan.
Bella meninggalkan Austin, dan menuju dapur untuk membuatkan minuman hangat. Biar bagaimana pun. Tidak sopan kalau dirinya tidak menawari minuman ke tamunya. Apalagi, Austin sudah membantu pekerjaan Steve.
"Fiuhhh!!" keluh Austin merebahkan pantat dan punggung di sofa ruang tamu.
"Akhirnya selesai juga!" gumamnya sendiri.
"Silahkan di minum Austin.." ujar Bell sambil menaruh cangkir teh panas di meja.
"Terima kasih Bella, maaf sudah merepotkanmu... Dan mengganggu waktu istirahatmu.." sahut Austin dan tersenyum.
"Ehhh... Itu tidak masalah Austin...!" balas Bella cepat, karena grogi berdiri di samping Austin.
Tubuhnya bergetar berada di sekitar Austin.
"Oh my...!!" batin Bella.
"Apa kau tidak mau duduk di sini Bella ? Temani aku sebentar sampai teh ini habis.." seru Austin sambil menyesap tehnya.
"Hahh ?" kejut Bella.
"Ah iya..." kemudian duduk di samping Austin dengan jarak yang cukup jauh dan sedikit memiringkan tubuhnya.
"Kenapa kau bertingkah begitu canggung Bella? Kau tidak seperti biasanya." suara Austin seperti pukulan telak untuk Bella.
Deg deg deg
"Tidak Austin, aku hanya sedikit ngantuk.." kilah Bella tapi tetap tidak bisa menutupi wajah panik dan memerahnya.
"Apa karena kejadian malam itu ?" tanya Austin to the point.
"Hahh!" kaget Bella yang tidak menyangka dapat pertanyaan seperti ini dari Austin.
"Ti-dak..! Bukan seperti i-tu..!!" gugup Bella mengepalkan tangannya.
Austin tersenyum, "Aku juga tidak menyangka, kalau kamu menerima jariku dengan sangat baik dan sangaattt lama...!"
"Bukan seperti itu Austin!! Aku pikir itu adalah Steve!!" ketus Bella yang tidak terma dengan tuduhan Austin.
"Benarkah ?? Jadi, kamu tidak akan mau kalau itu bukan Steve ?!" tukas Austin tersenyum miring. Dan menelisik lekuk tubuh Bella. Dress panjang dengan tali tipis sebagai penyangga terlihat begitu pas di tubuhnya.
"Tentu saja!" teriak Bella marah, dan saat ia hendak berdiri. "Kyaaa!! Apa yang kau lakukan!!" teriak Bella karena sudah masuk dalam pelukan Austin.
Austin yang tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Bella. Berusaha untuk melihat kejujuran di mata Bella.Apa yang ada di pikirannya saat ini.Apa yang di ucapkan Bella berbeda dengan bahasa tubuhnya.Dengan gerakan cepat, Austin mendekap tubuh Bella dari belakang ketika Bella hendak berdiri.Tangannya langsung dia posisikan di payudara Bella begitu menggoda dan ranum. Sedangkan tangan yang satunya sudah menyentuh inti tubuh Bella."Austin..!!!" sekali lagi Bella berteriak. Meronta ingin melepaskan tubuhnya dari dekapan Austin yang sudah menyentuh titik sensitifnya."Apa yang ka-u laku-kan Austin..." seru Bella yang sudah tertutup dengan desahan."Ahhhh!!!" lenguh Bella, ketika jemari Austin sudah masuk dari bawah dress panjang Bella, dan menyusup masuk ke inti tubuh Bella. Seperti setruman dahsyat mengalir di sekujur tubuhnya.Dengan cepat Austin mengangkat tubuh Bella dan memindahkannya tepat di depannya."Austin..!! Stop! Ahhh... Uhmm!" teriak dan rintih Bella bersamaan."Euhh..
Steve terpesona dalam satu menit memandangi keseksian dan lekukan tubuh Giselle di balut kaos pendek dan rok mininya. Ketika Giselle berbicara dan mengeluh kepadanya."Mau pindah meja, Steve?" usul Giselle sambil melihat ke meja yang berada di bagian sudut.Sejenak berpikir, "Hmm, Why not..!?" balas Steve."Good!" senyum manis mengembang di wajah seksi Giselle.Pelayan membantu Steve dan Giselle untuk memindahkan minuman mereka."Ck!! Aku benar-benar tidak menyangka ketika Bella mengatakan, kalau dia akan menikah dengan pria yang dia kencani pertama kali… hehhehe..!" kekeh Giselle dengan wajah takjub."Dan, kami semua sahabatnya mencoba untuk menghentikannya menikah..!!" jujur Giselle."Hahhaha... Begitukah ?? Memangnya kenapa..?" tawa kecil Steve, yang baru mengetahui kenyataan itu."Tidak ada, hanya merasa sangat aneh, Bella hanya berkencan dengan satu pria dan memutuskan untuk menikah...!!" tukas Giselle sambil menyesap minumannya."Hahahha..." tawa Steve sambil menggeleng kecil kep
Rumah yang terbilang cukup mewah, yang dihuni oleh sepasang pengantin yang harmonis, sedang terdengar suara saling mendesah dan si pria terus memberikan pujian kepasangan wanitanya .Tapi sayangnya, suara tersebut berasal dari sang wanita pemilik rumah dan pria yang merupakan sahabat sang suami wanita tersebut.Bella terlihat masih mengurut kejantan Austin dengan gerakan naik dan turun."Ahh... Ini sangat luar biasa dan nikmat Bella...!" gumam Austin.Tersenyum penuh kemenangan, melihat Bella dari atas, "Bella, kau sangat hebat dalam hal ini..!!" sambungnya.Sambil meremas erat payudara Bella dan memainkan putingnya yang kini berada di sampingnya."Apa yang harus aku lakukan, ini adalah pertama kali aku memegang milik pria lain selain Steve..!" batin Bella berkecamuk."Tapii… Dibandingkan dengan milik Steve, ini sangat berbeda… Terlihat lebih besar dan tebal dari pada milik Steve...""Bagaimana rasaya jika itu masuk kedalam tubuhku..." pikir Bella sambil terus menatap dan melakukan pi
Setelah memperlihatkan pose yang begitu menggoda untuk menaikkan libi-do Austin.Joy semakin lebar membuka rok mini ketatnya sehingga kain rok tersebut semakin naik keatas."Fucking sh*it! Kau benar-benar ja*lang se-ksi Joy!!" Seru Austin puas.Mendengar kata-katas kasar dari Austin, bukannya sakit hati. Malah membuat Joy semakin liar membuat gerakan er-otis untuk memuaskan mata Bosnya itu.Joy meremas salah satu payu-daranya yang masih terbungkus dengan kain tipis renda berwarna ungu, dan tangan satunya sudah turun ke bagian tubuh tengahnya mengusap lembut miliknya sendiri."Fuc-k..!! Fu-ck..!!! Wanita bi-nal..!!!" Austin terus saja memaki, dan menonton pertunjukkan liar dari wanita di depannya."Ahhh..." desahan Joy ketika dia memasukkan jarinya ke dalam inti tubuhnya dan memainkannya sendiri.Desahan Joy semakin menjadi, ketika jemarinya keluar masuk dengan cepat hingga lenguhan panjang dari dirinya.Joy melakukan mas-tu-rbasi di depan Austin, cairannya yang lengket di tangannya di
Tiga hari telah berlalu begitu saja. Kini Steve sedang berada di atas ranjang sambil melihat pekerjaannya yang ada di ipad miliknya.Bella baru saja membersihkan diri, dan memakai gaun tidurnya yang transparant. Terlihat begitu jelas kedua payudaranya dan segitiga tipis berwarna senada."Sayang, kamu belum beristirahat ?" ujar Bella yang ikut berbaring di sisi Steve."Aku kira kamu akan kelelahan dan langsung istirahat. Kamu baru saja kembali dari perjalanan. Apa masih ada pekerjaan tambahan sayang ?? " lanjut Bella.Steve tersenyum,"Hmm.. tidak sayang... Aku hanya sedang lihat-lihat berita d internet..""Ohh… hehhehe..." senyum Bella dan bersandar di lengan suaminya."Uhhmm Sayang...!" seru Steve serius."Ada apa sayang ?" kaget Bella."Aku ingin mengajakmu makan siang di luar... Sepertinya sudah lama kita tidak makan berdua di Restaurant yang romantis..." ujar Steve memandangi istrinya penuh cinta.Bella tersenyum bahagia, "Makan siang ?""Iya, ayo kita pergi kencan sayang… Sudah la
Dan di sinilah sekarang Bella dan Austin. Berada dalam satu lift."Kita ke lantai satu dulu..." seru Austin setelah memencet tombol."Ah iya...." gugup Bella yang terus meremas tangannya."Kenapa aku jadi gugup seperti ini..." batin Bella.Tingg!"Ayo..." lagi-lagi seruan Austin, membuyarkan lamunan Bella."Ah iyaa..." jawabnya dan ikut keluar dari lift."Ini adalah ruang untuk pengolahan bahan mentah dan produksi... lalu di sudut sana bagian pengiriman barang..." terang Austin.Sambil berjalan beriringan, Austin tersenyum dan menjelaskan secara detail isi perusahaan, "Sama dengan lantai dua dan tiga... Semua di fokuskan untuk produksi, design, dan pengiriman, tergantung pembagian. Seperti di lantai satu ini menangani bagian elektronik, sedangkan lantai dua menangani bagian kosmetik, sedangkan lantai tiga menangani bagian design dan promosi..."Bella berbinar-binar dan begitu antusias mendengar penjelasan dari Austin. Dia tidak menyangka perusahaan yang didirikan oleh suaminya dan Aus
Permainan lidah Austin di dalam liang kenikmatan Bella semakin liar dengan posisi seperti ini.Austin memasukkan jari telunjuknya di dalam inti tubuh Bella."Ah! Uhm!" erangan Bella setiap Austin mengeluar masukkan jarinya dengan cepat dan kasar. Dimana lidah terus bermain di klitorisnya."Oh my Austin… ah!" lenguhan Bella semakin tidak dapat dia kontrol.Tepat di saat bersamaan.CeklekKriettSuara pintu terdengar dan derap langkah.Austin dengan cepat membawa tubuh Bella untuk menunduk mengikuti dirinya.Untung saja, posisi mereka terhalang oleh rak besi tanaman.Bella berlutut, membelakangi Austin. Dengan perasaan berdebar takut ketahuan."Siapa yang datang...?" pikir Austin.Dengan sedikit keberanian. Austin melihat sedikit dari celah."Shit! Untuk apa dia masuk ke sini !!" maki Austin, melihat Nick yang masih menoleh kiri kanan."Hmm… dimana aku menjatuhkan pulpen ku...?" gumam Nick, sambil mencari-cari sesuatu di lantai.GlekAustin sungguh tidak dapat lagi menahan gairah yang s
Deru nafas mereka masih saling berhembus setelah mendapatkan puncak kenikmatan bersama.Bella yang masih menyandarkan kepalanya di dada Austin. Dan Austin masih memeluk punggung Bella.Keduanya hanya diam menikmati sensasi luar biasa yang mereka lewati bersama.Austin merogoh saputangan di kantong celananya, "Biar aku bersihkan untukmu." ucapnya setelah bisa kembali mengendalikan dirinya."Eh?" kaget Bella ketika tangan Austin sudah mengusap cairan yang ada di sekitar paha dan diantara pahanya."Te-terima kasih." gugup Bella, sungguh malu dengan situasi saat ini.Austin tersenyum melihat wajah merona Bella. Dirinya menunduk mengambilkan segitiga pink milik Bella yang tergelatak di lantai.Diangkatnya ke hadapan Bella, "Apa mau sekalian aku pakaikan untukmu ?" godanya."No!" seru Bella yang langsung merampas segitiganya itu dari tangan Austin."Menggemaskan." gumam Austin menatap Bella, dan Bella hanya membuang wajahnya. Kemudian memakai dalamannya."Ayo," ajak Austin setelah memakai j