Gawaatttt! Ada yang mulai nyaman...
Tap !Austin menutup buku, lalu mengusap puncak kepala Chelsea. Dan mengecup keningnya. "Ok, Chelsea tidur ya ?" ucapnya pelan kepada sang putri."Iya Daddy, sekarang Ibu juga !" celutuk Chelsea yang membuat Austin bingung."Ada apa dengan Ibu ?" tanya Austin. Monica yang mendengar ucapan Chelsea langsung mengurungkan niatnya yang tadi ingin bangun. Karena cahaya lampu yang redup membuat penglihatan cukup terbatas."Cium kening Ibu juga!" ucap Chelsea yang membuat Austin dan Monica membeku di tempat.Monica yang mendengar itu langsung panik. Dan menutup matanya. Berpura pura tidak mendengar apa yang di katakan putrinya. "Pasti akan terasa canggung untuk kami berdua," gumamnya."Ya?" Austin bingung mencari alasan. Di jelaskan pun, Chelsea pasti tidak akan paham."Iya Daddy ! Daddy kiss Ibu juga! Di sini !!" celutuk Chelsea dan menunjuk keningnya sendiri.Deg !Austin seketika melirik ke arah Monica. "Ahh dia tertidur. Syukurlah dia tidak mendengar apa yang di katakan Chelsea."Hati Aust
Bagaikan bom nuklir yang baru saja meledak di kepalanya. Jantungnya seolah berhenti pada saat itu juga. Penyesalan menghinggapinya hingga ke tulang - tulang, mata indah yang berhiaskan hazel biru emerald terlihat sendu dan penuh dengan genangan embun. "Katakan padaku Dad, Bella dan Arion di mana ? Sejak kapan...?" Suara lirih yang terdengar begitu menyanyat hati. Dengan tubuh gemetar dia berusaha untuk tetap kuat. "Daddy sudah berusaha mengerahkan seluruh bawahanku, tetapi hasilnya nihil. Daddy juga baru tahu semalam. Daddy tidak peduli apapun urusanmu di sana ! Pulang sekarang juga!" "Pasti." Begitu sambungan telepon yang mengejutkan itu terputus. Austin kembali mencoba menghubungi istrinya. Namun, hasil tetap saja sama. Nomor tersebut tidak dapat ia hubungi. Pria yang kini penuh derai air mata itu terkejut begitu ada telepon yang masuk. Namun matanya kembali sendu begitu membaca nama yang di layar, "Max," kemudian pria itu mengusapnya cepat. Karena Max lah yang ia pinta untuk m
Begitu tiba di bandara, Austin dan Max langsung berangkat menggunakan jet pribadi. Hanya membutuhkan waktu satu jam tiga puluh menit untuk mereka tiba di Jerman."Aku akan membawa anda langsung ke kediaman utama Tuan Besar Edelmiro, itu pesan dari beliau."Austin mengangguk, "Hmm," tangannya kembali mengutak - atik ponselnya untuk mencari keberadaan istrinya.Tuuttt"Iya Tuan ?" sahut Fin di seberang sana."Bagaimana ?""Kami belum menemukan kabar Nyonya Bella dan Tuan Muda. Ken dan beberapa bawahan sudah langsung turun lapangan untuk mencari di gang - gang yang tidak dijangkau oleh cctv."Austin lagi- lagi hanya bisa menghela nafas berat. Dan tidak lama kemudian mereka tiba di mansion utama.Tanpa menunggu, Austin membuka pintu mobil, berjalan menuju pintu utama mansion Edelmiro. Tangannya meraih gagang pintu, diam sesaat dan menekannya turun. Tepat pintu terbuka, terlihat Edelmiro dan Agatha tengah duduk. Austin dapat melihat sang Ibu dengan mata sembabnya, serta wajah Edelmiro yang
Masuk ke dalam mansion mewah, mansion yang dia bangun untuk istri tercintanya. Namun, saat ini mansion ini terasa begitu dingin tanpa sang pemilik. Austin mengambil langkah menuju lantai dua, di mana kamar utama berada.Pria tampan bermanik emerald itu memegang handle pintu. Diam. Menunduk. Menatap kosong tangannya yang memegang handle pintu, tidak sanggup melihat apa yang akan menyambutnya di dalam sana. "Aku berharap kamu dan Arion berada di dalam sana, sayang. Please…"Di tekannya handle pintu tersebut, mendorongnya pelan. Begitu pintu terbuka, semerbak aroma khas dari Arion langsung menerpa penciumannya. Air matanya kembali jatuh. Dengan langkah berat, memberanikan dirinya masuk. Aroma bayi itu semakin kental bersama dengan aroma parfum istrinya yang tidak pernah ia ganti karena aroma tersebut adalah pilihan suaminya.Dadanya terasa begitu sakit. Dia baru saja sadar kalau sudah satu minggu dia mengabaikan istri dan anaknya. Dirinya kembali terjatuh, berlutut di lantai, tangannya di
"Sudah berapa lama dia seperti itu ?" tanya Edelmiro."Semenjak tiba, begitu masuk ke dalam kamar dan sampai detik ini Tuan Austin tidak berhenti menangis seperti itu."Helaan nafas kembali terdengar, "Sudah lebih dari lima jam," kemudian Edelmiro membuka pintu perlahan. Grandpa dari Arion ini cukup lama menenangkan diri di rumah dan baru satu jam yang lalu tiba di kediaman ini. Memilih duduk di ruang tamu begitu dirinya tiba saat mendengar raungan lirih dari sang putra.Lagi - lagi Edelmiro kembali menarik nafasnya dalam, melihat Austin tengah berlutut dengan menangkup wajahnya ke bawah. Terus bergumam memanggil istri dan putranya."Austin ?"Austin mengangkat wajahnya, "Dad..." suara seraknya terdengar begitu putus asa."Hmm, apa sekarang kamu bisa katakan pada Daddy? Apa yang sudah terjadi? Apa yang kamu tutupi di sana?"Lidah Austin terasa begitu kelu, sangat sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. "Dad..""Hmm, katakan. Apapun itu!" ucap Edelmiro, menunduk menatap lurus manik mata
"Sayang, bagaimana keadaan Austin ?" Agatha menghampiri suaminya yang baru masuk ke dalam rumah. Dengan telaten membantu sang suami melepaskan coat panjang yang ia kenakan.Edelmiro menghela nafas pelan, "Sangat menyedihkan. Dia tidak berhenti menangis memikirkan istri dan putranya.""Hahh... Sebenarnya apa yang sudah dia lakukan ?""Kemarilah," Edelmiro merangkul Agatha, pasangan suami istri ini menuju sofa ruang keluarga.Edelmiro menatap penuh cinta kepada istrinya. Meskipun usia mereka tidak muda lagi. Gejolak cinta dan kasih sayang mereka semakin dalam. Edelmiro menarik nafas dalam, "Sayang, aku harap kamu tidak terkejut dengan apa yang akan aku sampaikan." ucapnya lembut sambil memegang kedua tangan istrinya.Agatha tidak memalingkan pandangannya menunggu jawaban Edelmiro, "Austin memiliki seorang putri berusia 6 tahun lebih."Deg !"Bagaimana bisa sayang ?" gumam Agatha menutup mulutnya, terkejut mendengar fakta yang tidak pernah ia bayangkan.Edelmiro mengangguk, mengusap pung
"Semoga Brice memberikan kabar baik secepatnya," harap Max kepada Austin setelah mendengar percakapan antara kakak dan adik sepupu itu."Yeah, aku sangat berharap...."Dan tujuan mereka hari ini adalah menuju gedung tinggi Orion Corporation. Karena Austin harus bertemu dengan salah satu klien penting yang mengharuskan dirinya untuk hadir tanpa perwakilan.Finley dan Kenan juga sudah tiba terlebih dahulu. Bersama Ethan mereka menyambut Austin.Begitu Austin membuka pintu mobil, Ethan yang sudah 2 minggu lebih tidak bertemu Bos nya itu sangat terkejut mendapati kondisi Austin saat ini. "Wajahnya terlihat sangat tirus !" gumamnya.Selama ini dia hanya mendengarkan cerita dari Max, Finley dan Kenan tentang keadaan Austin saat ini. Sebenarnya dia tidak ingin memanggil Austin hari ini. Tetapi karena keadaan, membuat tidak bisa mereka abaikan begitu saja.Austin tidak pernah melepaskan kacamata hitam pekat nya itu selama berada di luar."Tuan," sambut Ethan. Begitu juga Fin dan Ken."Hai Etha
Begitu mendengarkan ucapan Edelmiro. Austin segera berdiri, melupakan rasa sakit yang ada di tubuh dan kepalanya. Dengan langkah cepat Austin berhasil masuk ke dapur. Di lihatnya sang Mommy dan Daddy nya tengah tertawa kecil."Dad ! Mom !" panggilnya, membuat Edelmiro dan Agatha menoleh ke belakang."Ada apa sayang ?" tanya Agatha sambil mengaduk cangkir transparant yang sudah terisi air madu lemon hangat.Edelmiro terlihat tersenyum sumringah. Sangat berbeda dari beberapa hari kemarin. Begitu juga Agatha yang terlihat jauh sangat tenang dan wajah cantik Mommynya terlihat begitu berseri-seri. Austin hanya bisa menyimpulkan satu hal, "Apa Bella dan Arion ada di Kakek Vladimir ??"Agatha dan Edelmiro mengangguk dan tersenyum. "Iya, Bella dan Arion ada di sana,"Duggg!Austin langsung jatuh terduduk begitu mengetahui keberadaan istrinya. Kedua kakinya seperti kehilangan kekuatan. Agatha dengan panik menghampiri putranya, "Kamu kenapa ??!" tanyanya panik."Mommy... Hahhh... Hahhh... Aku...
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l