Setelah masuk ke dalam bersama Hana, Max mengambil ponselnya dan duduk di sofa. Sedangkan Hana mengatur paperbag milik Bella di salah satu drawer di ruang tamu."Nyonya Bella hanya satu malam, tetapi barang yang disiapkan sampai seperti ini? Bagaimana kalau Nyonya melahirkan, mungkin satu wardrobe akan dipindahkan ke kamar Rumah Sakit!" gumam Hana tertawa kecil.Max yang mendengar pun ikut tertawa, "Itu masih kecil sayang, sebelum Nyonya Bella masuk Rumah Sakit, paginya Tuan Austin membeli salah satu coffee shop hanya karena tidak mau membuat Nyonya Bella menunggu terlalu lama hanya untuk sekedar minum kopi," sahut Max membuat Hana membelalak kaget.Hana berjalan mendekati Max, "Serius sayang?""Yup.. seribu rius, dan masih banyak hal gila lainnya yang beliau lakukan hanya untuk menyenangkan Nyonya Bella tanpa Nyonya Bella ketahui," sambung Max sambil merangkul pinggang kecil wanitanya. Dan memangkunya di atas pahanya.Hana tertawa kecil, "Ya, itu tidak heran sayang, berapa tahun Tuan
Hana kini jauh merasa lebih tenang setelah bertemu dengan wanita yang hampir saja mencelakai dirinya.Max dan Hana juga sudah menyampaikan kepada Fergo dan Fergi yang akan di berikan kepercayaan penuh di Rumah Putih. Tapi tetap dalam pengawasan Hana.Max juga sudah memamerkan kepada Fergo, Fergi, Dave dan Dokter Cheryl bahwa dirinya sudah melamar Madam mereka. Tentu saja mereka semua bersorak gembira. Akhirnya Tuan dan Madam mereka mengikrarkan janji dalam pernikahan.Sedangkan Joy sendiri tidak jadi di berikan kepada rumah bordir lainnya. Karena Fergo dan Fergi lah yang akan mengawasi gerak-gerik Joy. Dengan banyak pertimbangan dan alasan yang di berikan twins, akhirnya Hana dan Max sepakat.Menurut Fergo dan Fergi, sifat yang dimiliki Joy sangat berbahaya bagi orang yang tidak tahu akan karakternya. Mereka berdua takut, kalau Joy akan membuat keributan di sana dan berhasil menghasut seseorang. Mereka tidak mau sampai Joy berhasil kabur dan akan menyulitkan di kemudian hari."Hmm, bai
Di Kamar Private Jet Austin BellaTepat pintu tertutup, Austin langsung mendekap tubuh Bella dan menyandarkannya di pintu. Kembali mencumbu bibir Bella hingga turun ke tengkuk lehernya. Dengan gerakan cepat mereka saling membuka pakaian satu sama lain.Austin yang terlihat begitu tampan dengan baju kaos polos berwarna hitam, memperlihatkan betapa tegap dan lebarnya dada Austin yang begitu keras.A-line dress selutut warna hitam dengan tali tipis yang menyangga di bahunya membuat warna kulit putih Bella terlihat begitu kontras.Hari ini, Austin dan Bella memakai warna baju yang senada dan ya, warna hitamlah yang menjadi pilihan mereka.Austin menurunkan resleting dress yang tadi dia sendiri yang memasangkannya untuk Bella. Kini dia membukanya kembali."Euhmm... love," desah manja Bella keluar begitu saja. Tubuhnya terlalu sensitif menerima tiap sentuhan dan kecupan dari prianya itu.Austin memasukkan kepalanya di dalam ceruk leher Bella sambil menurunkan gaun Bella. Menghirup aroma mani
Kamar Private Jet Hana MaxDi saat yang sama, di private jet yang berbeda. Sepasang kekasih tengah memadu kasih dengan tidak kalah panasnya.Sprei berwarna cream menjadi begitu berantakan. Entah sudah berapa gaya yang Max dan Hana lakukan.Tubuh mereka berdua telah bermandikan keringat. Kini Max dan Hana saling memberikan kenikmatan di daerah inti mereka.Max terus memainkan lidahnya di liang kewanitaan Hana. Menyesap dan menggelitik klits mungil berwarna pink itu.Hana terus mendesah tertahan dan menggeliyat tidak karuan. Tetapi tangan besar Max bisa dengan mudah menahan pinggul Hana.Sedangkan Hana terus memasukkan batang besar nan tebal itu ke dalam mulutnya yang mungil. Dengan effort — upaya yang lebih dia berhasil memberikan kenikmatan kepada prianya."Euhm... Euhmm..." suara gumamam dan desahan terus keluar dari mulut Hana. Sambil menjilati dan menghisap batang Max layaknya es krim yang lumer.Max tiba-tiba bangun dari tidurnya dan mengangkat tubuh Hana. Membuat Hana terkejut da
Selamat membaca kesayangan~~ 🔥🔥Sofa Putih yang di tempati oleh Ken Siska"Ugh Ken, sayang!" desahan Siska tertahan menutup mulutnya. Karena tidak ingin membangun putri kecil mereka yang tengah tertidur lelap di atas kasur.Ken yang tengah duduk di atas sofa begitu kuat menghentakkan tubuh Siska yang kini berada di atasnya.Karena tidak ingin menggangu putri kecil itu. Ken menarik sang istri untuk bercinta di atas sofa yang hanya pas untuk satu orang."Kamu suka sayang? Hmm?!" serak Ken setelah melepas hisapan di puting susu Siska."Uhm! Aku suka Ken... Akh!" balas Siska serak.Tubuhnya terus bergerak naik turun seirima dengan hentakkan yang di berikan Ken."Berdiri sayang!" seru Kn menarik tubuh Siska, melepaskan batangnya."Di mana sayang... Hah... Hahh...?" tanya Siska dengan suara memburu.Ken menepuk pegangan sofa sisi kiri dan kanan, "Berdiri di sini," jawabnya."Buka untukku sayang!" titah Ken menatap lapar tubuh istrinya.Kini Siska tengah berdiri tepat di hadapan Ken. Bagia
"Eumh..." Fin melahap bibir kecil itu dengan begitu intim dan mendamba. Bibir Rose seolah akan habis dia lahap.Mulut mungil yang hampir saja meruntuhkan pertahanannya."No hun, Tapi ini sangat enak dan luar biasa. Aku hampir saja keluar kalau aku tidak menghentikannya," jujur Fin yang membuat wajah Rose memerah bak kepiting rebus."Benarkah?" tanya Rose malu-malu.Fin tersenyum dan mengusap bibir mungil tersebut."Hmm, sekarang giliranku..." suara berat Fin dan ketika Rose mendongak untuk melihat wajah suaminya. Dapat dia lihat sorotan mata yang begitu haus.DegFin menurunkan dress kemeja milik istrinya hingga lolos dari kedua kakinya.Dan tidak ketinggalan melepas seluruh kain tipis yang masih menghalangi dirinya.GrepFin mengangkat tubuh Rose dan merebahkan tubuh Rose di sofa bed berukuran besar, yang cukup untuk mereka berdua."Open for me, hun!” seru Fin yang kini berlutut di depan Rose.Deg!Dengan wajah memerah Rose membuka kedua kakinya dengan lebar dan memperlihatkan milik
"Tuan Gerald, aku mendapatkan kabar kalau hari ini Tuan Austin dan Nona Bella berangkat menggunakan Private jet ke Lanai Island." ujar Asistent Gerald yang bernama Victor.Gerald tersenyum senang, "Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku..!" serunya.Kemudian dia membuka laci meja dan mengeluarkan map coklat. Lalu melemparnya ke atas meja."Angkat berita ini media tv." seru Gerald sambil menatap map coklat tersebut.Map coklat yang dia dapatkan dari Steve dua hari lalu."Baik Tuan, apa ada lagi..?" jawab dan tanya Victor kemudian.Gerald mendongak dan menatap tajam ke arah asistentnya, "Ingat, tutup rapat sumber berita ini kepada media agar Austin dan para cecunguknya tidak bisa mendapatkan informasi tentang kita,"Victor sedikit membungkuk, "Baik Tuan,"Setelah asistent priabadinya keluar, Gerald mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.Tuut tuutt tuutt"Iya Gerald..?" jawab Steve di balik ponsel."Berita akan turun hari ini, apa kamu yakin foto tersebut saya siarkan ? Ada wajah k
"Uhuk... uhuk..." Della tersedak dengan air minum yang baru saja dia telan begitu mendengar pria di sampingnya memaki dengan suara keras, tentu saja membuat dirinya kaget sekaget-kagetnya."Hey! Apa kamu sedang memakiku!" seru Della dengan wajah kesal. Tapi pria di sampingnya bukannya menjawab pertanyaannya. Melainkan langsung menancapkan gas dan melaju dengan kecepatan yang membuat dirinya harus berpegangan kuat-kuat.Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Ethan melajukan mobilnya menuju Orion Corporation, dia lupa tujuan pertamanya adalah mengantar Della ke kantornya.Della melirik sesekali ke arah Ethan yang hanya menggertakkan gerahamnya dengan keras.Karena penasaran, Della ahirnya memutuskan bertanya. Apalagi saat ini jalan yang mereka lalui bukan menuju ke arah kantornya. Jalan ini berlawanan arah menuju kantor miliknya."Hey, kita mau kemana?!" tanya Della yang tidak seketus tadi. Karena dia cukup khawatir menggangu konsentrasi si pengemudi. Apalagi dengan kecepatan tinggi sepert
Sembilan bulan pun berlalu, perut Elle sudah membulat sempurna. Kedua kakak laki – laki Elle yang bernama Nolan dan Morgan pun beberapa kali mengunjungi dirinya dan Ludwig. Setiap mereka datang. Mereka akan membawa begitu banyak makanan dan bingkisan untuk warga lokal di sini. Dan saat terakhir mereka datang. Kedua kakak laki – lakinya itu membelikan perlengkapan bayi untuk Elle.Semua desain perlengkapan untuk Baby di dominasi warna pink dan motif bunga. Mulai dari kereta bayi, box bayi, bahkan sampai pakaian pun semua bermotif bunga.“Bagaimana sayang? Apa posisinya sudah pas?” tanya Ludwig yang sedang memasang lukisan taman bunga yang di lukis oleh istrinya itu.Elle meminta Ludwig untuk memajangnya di dalam kamar baby mereka.Ibu hamil yang semakin mempesona itu tersenyum lembut dan mengangkat kedua jempolnya. “Sudah pas sayang…!”Ludwig terkekeh geli melihat wajah menggemaskan istrinya. Pria itu pun turun dari tangga dan melipat tangga tersebut. “Kamu duduk aja dulu sayang. Biar
Keesokan paginya, Desa terdengar sudah begitu sibuk. Para wanita di pedesaan ini sudah sibuk memasak besar di dapur umum untuk acara pernikahan Ludwig dan Elle.Sedangkan para pria membuat dekorasi sederhana atas inisiatif mereka sendiri, padahal Ludwig tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal tersebut.Sedangkan kepala desa dan beberapa pria lainnya tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Ludwig dan Elle.Beberapa jam pun berlalu, tepat jam 10 pagi. Ludwig dan Elle sudah mengenakan pakaian mereka. Elle terlihat begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dengan model terusan lurus yang simple tetapi terlihat begitu elegan.Sedangkan Ludwig terlihat begitu tampan dengan balutan Jas lengkap berwarna putih.“Kamu sangat cantik sayang!” kagum Ludwig melihat kekasih nya begitu cantik dan memukau.Elle tersenyum dengan wajah merona. Dia tidak pernah menyangka kalau Ludwig benar – benar akan menikahinya di desa ini. Semalam bagai mimpi dia mendengar saat Ludwig mengatakan jika
Ludwig dan Elle menghabiskan malam mereka di kamar Hotel usai proses lamaran yang romantis itu.Kedua insan ini kembali memadu kasih dengan panas membara di dalam kamar ini. Ludwig bermain dengan sedikit berhati – hati karena usia kandungan Elle yang terbilang masih muda itu. Beruntungnya dokter obgyn tidak mengatakan apapun mengenai larangan untuk bercinta.Membuat hati Ludwig riang dan gembira tidak tersiksa menahan diri.“Oh my sayang… Ugh!” lenguh Ludwig merasakan kenikmatan yang tidak akan pernah jauh lebih hebat dari pada ini.Pria tampan itu berkali – kali mengecup perut Elle yang masih rata itu. “Hai baby… Cup cup cup!” Elle mendesah pelan. Membuat birahi Ludwig tidak lagi tertahan. Dengan gerakan yang begitu lembut dia mulai masuk ke permainan inti. Suara erangand an desahan kembali memenuhi kamar ini untuk kedua kalinya.Mereka menikmati malam yang panjang itu.Hingga mentari terbit, tepat jam 9 pagi mereka sudah keluar dari Hotel, mengambil barang bawaan mereka.Yang tanpa
Ludwig berjalan menghampiri kekasihnya dan memeluknya.“Aku hamil, sayang.” Gumam Elle menitikkan air mata, wanita cantik itu sesunggukkan. Dan tersenyum bahagia.“Iya sayang…! Aku akan menjadi seorang Daddy!!” seru Ludwig senang.Cup! Cup! Cup!Cup! Cup! Cup!Ludwig mengecup wajah Elle berkali – kali. “Terima kasih sayang…! Terima kasih!! Aku sangat bahagia!!!”“Aku akan menjadi seorang Daddy!!!” sorak Ludwig dan mengangkat tubuh Elle, membuat Elle memekik kaget dan langsung memeluk kepala pria itu.“Sayang…!” seru Elle panik.Mereka berdua tertawa bahagia. Ludwig menurunkan perlahan tubuh Elle hingga mereka sejajar. Di lumatnya bibir ranum kekasihnya itu.Ludwig mengambil alat testpack dari tangan Elle begitu melepaskan ciumannya. Melihat dua garis merah yang begitu jelas. “Terima kasih sayang…!” gumam Ludwig dan kembali melumat bibir kekasih hatinya itu.Elle tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi bahagia prianya.Kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi, Elle naik ke gend
“Oek… Oek…” suara Elle di dalam kamar mandi, sudah sepuluh menit Elle terus merasa mual ingin muntah tetapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.Ludwig terus memijit leher belakang Elle dengan lembut.“Bagaimana sayang? Masih mau muntah?” tanya Ludwig khawatir. Dia yang sebagai dokter sudah memikirkan ke arah lain melihat sikap Elle yang seperti ini. Tapi dia tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir.“Hmm, tidak sayang… Bantu aku ke kamar…” ucap Elle pelan.Begitu keluar dari kamar mandi, Ludwig kembali menggendong kekasih hatinya itu. Mendudukkan di atas tempat tidur, “Minum dulu sayang,” ucap Ludwig.Elle mengambil gelas dan meneguk air minum tersebut. Namun ekspresinya berubah merasakan air mineral yang ia telan begitu pahit. “Apa airnya kadaluarsa sayang? Kok pahit?”Ludwig tersentak kaget lalu melihat botol air mineral. Dan waktu kadaluarsanya masih ada lebih dari setahun. “Tidak, airnya masih bagus sayang.” Ujar Ludwig lalu meraih gelas dari tangan Elle dan mencoba kem
Sudah satu bulan ini, Ludwig dan Elle mengelilingi beberapa desa terdekat dengan mereka. Sepasang sejoli ini ingin melihat apa yang di butuhkan oleh desa – desa yang lain. Karena bukan hanya desa yang mereka tempati saat ini butuh bantuan. Masih banyak bagian – bagian di negara ini yang membutuhkan uluran tangan mereka.“Kamu kenapa sayang?” tanya Ludwig khawatir melihat Elle yang terlihat pucat. Tubuhnya berkeringat secara berlebihan.“Mungkin cuma dehidrasi saja sayang,” jawab Elle lalu meneguk air mineral dari botol yang ia bawa.Ludwig segera memegang kening kekasihnya, namun suhu tubuhnya normal. “Ya sudah, kita kembali ke mobil dulu. Nanti biar Hanz dan Bruno lanjutkan pemeriksaan di desa ini, hmm?”Elle mengangguk kecil. Karena jujur kakinya juga sudah tidak mampu untuk menopang dirinya.Ludwig yang melihatnya langsung merangkul kekasihnya itu dan membawanya sesegera mungkin ke dalam mobil. Begitu masuk di dalam mobil, Elle langsung merebahkan dirinya di sandaran kursi dan men
Suara rintik rintik hujan terdengar di atas atap rumah, sedangkan dua sejoli yang berada di dalam kamar sedang menikmati dinginnya udara pagi dengan berolahraga di atas tempat tidur.Suara erangan dan desahan Elle terdengar begitu seksi. Sedangkan si pria semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga terdengar lenguhan panjang mereka berdua.“Hahh… haaahh… haaah…” Ludwig mengukung tubuh kekasihnya itu dan mengecupnya dengan lembut.“Love you, sayang…” ucapnya setelah melepaskan ciumannya itu.“Love you too, sayang… hahh…Hahhh…” jawab Elle dengan senyuman lebar.Pagi yang seharusnya mereka bergegas pergi ke kepala desa harus tertunda karena gesekan tubuh telanjang Elle di tubuh Ludwig. Pria itu seolah tersetrum, bagaikan ada saklar yang di nyalakan dan tidak bisa menahan diri.Hingga mereka kembali menghabiskan pagi mereka dengan panas dan peluh keringat.Padahal tadi malam Ludwig sudah melakukan sebanyak 3 kali bersama sang kekasih.Dengan bertelanjang, Ludwig berdiri dan menggendong
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu