"Hahh !! Ini adalah pertama kalinya Max dan Tuan Austin menyerahkan seorang wanita kepadaku secara langsung! Kau telah salah membuat Tuan Austin murka !!" Gumam Hana dan mencuci tangannya di westafel luar.Setelah itu dirinya meraih ponsel dari kantong long dress nya untuk menghubungi seseorang.Tuut.. tuuutt... tuuttt"Hmm, Halo ?" Sapa suara berat seorang pria di balik layar ponselnya."Apakah begitu caramu menyapaku Max! Dan kenapa kau tidak masuk menemuiku setelah mengantarkan wanita itu?" cecar manja Hana kepada Max."Aku hanya tidak ingin mengganggu pekerjaanmu!" Jawab Max santai."Ckk !! Selalu saja seperti itu alasanmu !" kesal Hana kepada Max."Apa kamu sudah selesai ?" Suara berat Max yang terdengar begitu seksi di telinga Hana."Hmm iya, kamu di mana Max — ?" Tanya Hana terhenti.TuuutttttBukannya menjawab pertanyaan Hana, Max malah mematikan ponselnya."Hah! Setidaknya kamu menjawabku!!" Gumam Hana tertunduk dan menyandarkan punggungnya di daun pintu depan ruangannya.Perl
"Maaf.. Hmmm..?" gumam Max yang mulai turun menciumi pusar Hana, dan tangannya melepaskan kain terakhir yang berada ditubuh Hana."Buka untukku Hana!" titah Max dengan suara berat dan seksinya.Hana dengan anggun membuka kedua pahanya dengan lebar untuk dinikmati oleh Max.GlekTerlihat kewanitaan Hana yang sangat bersih. Tidak ada sehelai pun rambut yang ada di area intinya.Max memasukkan kepalanya di antara paha Hana hingga terdengar lenguhan panjang dari Hana."Ough Max... !! Ahhh... Ini sangat enak sayang !! More please !! Aku bisa gila Max !!" Racau Hana tidak terbendung. Tubuhnya terus menggeliat dan mengangkat pinggulnya setiap Max memainkan liyang kewanitaannya dan menyesap klitnya.Mendengar suara seksi yang dikeluarkan Hana membuat Max tidak berhenti hingga wanitanya itu mencapai puncak kenikmatan."Ahh.. ahh.. Max.. A—aku. .mau keluar Max..! Sayang !! Yah.. disitu please ! More faster...!!" Racau Hana sambil meremas-remas kedua bukitnya sendiri dan mengangkat pinggulnya ti
"Thank you sayang.." Ucap Austin lembut kemudian menciumi bibir Bella.Bella memeluk erat tubuh Austin yang baru saja melepaskan lava hangat yang ketiga untuk hari ini ke dalam tubuhnya."Euhm..You’re welcome sayang..." Balas Bella yang juga membalas ciuman yang begitu dalam oleh pria tampan bermanik indah itu.Austin melepaskan ciumannya dan memasukkan tubuh Bella yang kelelahan itu ke dalam pelukannya.Dirinya juga merasa begitu lelah menghabiskan sepanjang hari bercinta bersama wanita tercintanya. Entah saat ini sudah menunjukkan jam berapa. Entah berapa lama mereka menghabiskan ronde ketiga mereka yang begitu indah dan terasa begitu berbeda.Perasaan cinta yang begitu meluap di setiap sentuhan mereka. Seolah tidak ingin saling menyudahi satu sama lain.Austin yang melihat Bella ingin kembali terlelap langsung mengecup pipinya."Sayang..." Ucap manja Bella dengan pipi meronanya."Ayo mandi!" Seru Austin yang memaksa tubuhnya untuk bangun. Dia ingin agar Bella bisa beristirahat denga
Ken yang baru saja tiba di kantor Orion Corporation melihat Austin, Bella, Max dan Ethan sedang berjalan menuju ke arah parkiran mobil.Suasana parkiran terlihat begitu sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dimana sudah tidak ada lagi aktifitas di area perkantoran.Tiba-tiba pandangan Ken teralihkan ke sosok pria yang dia kenali dan perlahan mendekat ke arah Austin, Bella, Max dan Ethan barada. Dengan cepat Ken turun dari mobil dan berlari ke arah mereka.Namun pria tersebut mempercepat langkahnya sambil memegang sebilah pisau. Pria tersebut terus berlari kencang sambil menatap tajam punggung Austin."Tuaannn! Awasss!!" Teriak Ken yang langsung menerjang pria bertubuh besar tersebut. Hingga tubuh mereka berdua terhempas ke lantai.Sontak semua orang berbalik dan melihat apa yang terjadi.Srett"Ackk!" Pekik Ken terkena tusukan di bagian lengannya.Sedangkan Austin langsung memeluk tubuh Bella dan menghalangi apa yang baru saja dia lihat."Dooorrr!" menyusul suara tembakan
Setengah jam Max melajukan kendaraan, hingga kini akhirnya mereka bertiga tiba di Apartment.Max membuka seatbelt dan turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu untuk Austin. Kemudian dirinya berlari cepat membuka bagian untuk Bella."Ayo sayang," ucap Austin lembut.Bella tidak berani melihat ke arah Max, mengingat tadi dengan mudahnya Max menarik pelatuk senjata api kepada Dom. Bukan karena takut dengan Max. Dirinya lebih kepada shock dengan kejadian tadi.Max yang sadar akan hal itu, mengambil jarak dari Nyonya Bella nya. Dirinya mengerti mengapa Bella sedari tadi tidak berbicara kepadanya di dalam mobil. Biasanya Bella melontarkan candaan atau ikut berbicara ketika Austin berbicara dengan dirinya."Maafkan aku Nyonya sudah membuatmu melihat hal seperti itu, hanya ini yang bisa aku lakukan agar nyawa Anda dan Tuan bisa selamat.." Batin Max yang sedikit menyesal mengambil tindakan gegabah karena langsung menembak di titik vital yang membuat nyawa Dom tidak dapat tertolong.TapAus
"Dasar pria berengsek! Apa dia melakukan hal itu kepada semua wanita!!!" Murka Max mengingat pertama kali dia menyelamatkan Bella dari tindak kekerasaan seksual dari Nick.Mendengar hal tersebut, Ken dan Fin saling melihat dan menaikkan bahu mereka. Karena Fin dan Ken tidak mengetahui kejadian naas tersebut. Hanya Max, Austin, Bella dan pelayan hotel yang di bayar oleh Max yang mengetahui kejadian tersebut.Dengan tatapan menyalang Max berkata, "Bukankah Dom seharusnya berterima kasih kepada kalian karena sudah menyelamatkan istrinya??!""Maafkan aku Tuan... Setelah istri Dom mendengar semua tentang suaminya. Siska memutuskan untuk berpisah dengan Dom. Karena khawatir, aku memutuskan untuk mengikuti wanita itu. Dan bersyukur, tepat pada waktu aku datang ke tempat Gym milik Dom, aku melihat mereka berdua sedang beradu argumen. Lalu tiba-tiba saja Dom mencekik leher istrinya... Tanpa pikir panjang aku menyelamatkan istri dan anaknya saat itu. Dan memukuli pria berengsek itu tanpa ampun.
Setelah Ken selesai di rawat, dirinya meminta untuk tidak tinggal di rumah sakit."No thank you! Lebih baik aku di rumah saja beristirahat!" seru ken ketika di minta untuk di rawat di rumah sakit."Ck! Kamu sungguh keras kepala Ken! Lukamu itu butuh perawatan oleh tenaga medis!" decak kesal Fin menasehati sahabatnya itu.“Aku bisa datang ke rumah sakit, kalau butuh pergantian perban! Aku hanya kurang nyaman kalau harus beristirahat di sini!" jawab Ken cepat.Fin mengerlingkan matanya. Karena Fin tahu, Ken tidak mau bermalam di rumah sakit karena alasan lain."Jangan bilang kamu tidak mau membiarkan Siska dan Putrinya sendiri di rumah?" cerca Fin memainkan matanya dengan malas.Deg!"Ten—tentu saja bukan! Kamu jangan bicara sembarangan!!" jawab Ken gelagapan."Aku hanya kurang nyaman untuk tidur di sini!" sambung Ken dan membuang wajahnya dari Fin.Karena dia bisa merasakan wajahnya saat ini memanas karena malu."Hahhh! Tunggu sebentar aku akan bertanya ke suster galak itu!" balas Fin,
Keesokan paginya, Bella kembali mendapatkan telpon dari Steve. Sudah lebih sepuluh kali ponselnya berdering dan pesan singkat yang masuk di ponselnya.Steve terus saja mengajak dirinya untuk bertemu empat mata untuk membicarakan pernikahan mereka dan ingin meminta maaf, berdua dengan dirinya.Pagi ini Bella yang menyiapkan sarapan untuk Austin dan dirinya.Namun saat asik memotong kentang dengan pikiran yang terus melayang entah kemana, tiba-tiba, "Aochhh...!" pekik Bella teriris pisau di ujung jarinya.Austin yang tengah duduk di kursi meja makan sontak berdiri dan menghampiri kekasihnya, "Ada apa sayang..?" tanya Austin dengan panik yang kini sudah berdiri di samping Bella."Ah.. hanya luka kecil sayang.. heheheh..." Bella tersenyum lembut melihat wajah panik kekasihnya itu."Hmm, sini..." Austin meraih tangan Bella lalu mengisap darah yang keluar dari ujung jari Bella."Ssssttt... sayang.. di bersihkan saja pakai tissue.." ujar Bella yang tidak sangka Austin menghisap jarinya yang