"Dasar pria berengsek! Apa dia melakukan hal itu kepada semua wanita!!!" Murka Max mengingat pertama kali dia menyelamatkan Bella dari tindak kekerasaan seksual dari Nick.Mendengar hal tersebut, Ken dan Fin saling melihat dan menaikkan bahu mereka. Karena Fin dan Ken tidak mengetahui kejadian naas tersebut. Hanya Max, Austin, Bella dan pelayan hotel yang di bayar oleh Max yang mengetahui kejadian tersebut.Dengan tatapan menyalang Max berkata, "Bukankah Dom seharusnya berterima kasih kepada kalian karena sudah menyelamatkan istrinya??!""Maafkan aku Tuan... Setelah istri Dom mendengar semua tentang suaminya. Siska memutuskan untuk berpisah dengan Dom. Karena khawatir, aku memutuskan untuk mengikuti wanita itu. Dan bersyukur, tepat pada waktu aku datang ke tempat Gym milik Dom, aku melihat mereka berdua sedang beradu argumen. Lalu tiba-tiba saja Dom mencekik leher istrinya... Tanpa pikir panjang aku menyelamatkan istri dan anaknya saat itu. Dan memukuli pria berengsek itu tanpa ampun.
Setelah Ken selesai di rawat, dirinya meminta untuk tidak tinggal di rumah sakit."No thank you! Lebih baik aku di rumah saja beristirahat!" seru ken ketika di minta untuk di rawat di rumah sakit."Ck! Kamu sungguh keras kepala Ken! Lukamu itu butuh perawatan oleh tenaga medis!" decak kesal Fin menasehati sahabatnya itu.“Aku bisa datang ke rumah sakit, kalau butuh pergantian perban! Aku hanya kurang nyaman kalau harus beristirahat di sini!" jawab Ken cepat.Fin mengerlingkan matanya. Karena Fin tahu, Ken tidak mau bermalam di rumah sakit karena alasan lain."Jangan bilang kamu tidak mau membiarkan Siska dan Putrinya sendiri di rumah?" cerca Fin memainkan matanya dengan malas.Deg!"Ten—tentu saja bukan! Kamu jangan bicara sembarangan!!" jawab Ken gelagapan."Aku hanya kurang nyaman untuk tidur di sini!" sambung Ken dan membuang wajahnya dari Fin.Karena dia bisa merasakan wajahnya saat ini memanas karena malu."Hahhh! Tunggu sebentar aku akan bertanya ke suster galak itu!" balas Fin,
Keesokan paginya, Bella kembali mendapatkan telpon dari Steve. Sudah lebih sepuluh kali ponselnya berdering dan pesan singkat yang masuk di ponselnya.Steve terus saja mengajak dirinya untuk bertemu empat mata untuk membicarakan pernikahan mereka dan ingin meminta maaf, berdua dengan dirinya.Pagi ini Bella yang menyiapkan sarapan untuk Austin dan dirinya.Namun saat asik memotong kentang dengan pikiran yang terus melayang entah kemana, tiba-tiba, "Aochhh...!" pekik Bella teriris pisau di ujung jarinya.Austin yang tengah duduk di kursi meja makan sontak berdiri dan menghampiri kekasihnya, "Ada apa sayang..?" tanya Austin dengan panik yang kini sudah berdiri di samping Bella."Ah.. hanya luka kecil sayang.. heheheh..." Bella tersenyum lembut melihat wajah panik kekasihnya itu."Hmm, sini..." Austin meraih tangan Bella lalu mengisap darah yang keluar dari ujung jari Bella."Ssssttt... sayang.. di bersihkan saja pakai tissue.." ujar Bella yang tidak sangka Austin menghisap jarinya yang
"Sayang, kita mau bertemu dengan siapa ?" tanya Bella ketika turun dari kendaraan dan menyambut tangan kekasihnya yang saat ini terulur menantinya.Austin tersenyum, "Ayo.. Nanti saat meeting kita akan bertemu..." jawab Austin yang tengah menggandeng tangan Bella dengan mesra."Hahh..?!" seru Bella terlonjak kaget mendengar perkataan Austin."Kenapa aku harus ikut meeting?!" sambung Bella. Karena kalau sekedar menemani Austin ke kantor dan berdiam di ruangan istirahatnya sambil bekerja dia akan baik-baik saja. Tapi dia ikut ke kantor karena akan hadir bersama di meeting pagi ini. Untuk apa?"Karena kamu adalah Nyonya Austin..." jawab Austin santai."Astaga sayang ! Aku tidak mau !!" tolak Bella.Sontak Austin menoleh, "Kamu tidak mau menjadi Nyonya Austin..?" tanya Austin menggoda kekasihnya."Sayang... Please !" kesal Bella karena sedari tadi Austin tidak serius menemaninya berbicara dan hanya menggodanya."Aku tidak bercanda sayang..." jawab Austin cepat.TingPintu lift khusus CEO
Steve melepaskan tautan tangan mereka dan mengalihkan perhatiannya dengan mengambil dokumen yang berada di dalam map berwarna merah."Ini silahkan... Kamu bisa membacanya sambil duduk dengan nyaman di sana.. jam sepuluh lewat lima belas menit kita berangkat bertemu klien, nanti akan saya jelaskan diatas mobil," terang Steve dan menunjuk ke arah sofa yang ada di dalam ruangannya."Baik Pak...!" jawab Della kemudian berdiri dan berpindah ke sofa.Della membuka berkas demi berkas dan membacanya dengan cepat sambil sesekali mengangguk.Setelah Della rasa cukup dan melihat jam tangannya masih ada waktu lima menit. Dia memilih untuk menyandarkan sedikit punggungnya yang sedikit sakit. Karena tadi terburu-buru ketika mendapatkan telpon dari kakak sepupunya Mike tentang Bosnya yang ingin menjadikan dirinya sekretaris meskipun dalam waktu sehari. Setidaknya dia bisa menghilangkan waktu jenuhnya untuk hari ini dengan bekerja."Ehh apa ini??" gumam Della ketika tangannya menyentuh sesuatu di cela
Steve terperangah dengan perkataan Bella. Bagaikan sambaran petir di pagi ini, seorang wanita yang dulu begitu patuh pada dirinya. Seorang wanita yang tidak pernah mengatakan tidak pada dirinya. Saat ini mengatakan dengan lantang kalau dirinya tidak lagi memiliki perasaan apa-apa padanya, meskipun itu perasaan kesal.Steve yang masih shock tidak sadar kalau saat ini Della sudah berada di sampingnya."Pak Steve, ini kopi Anda..." suara Della yang membuat Steve terlonjak kaget, padahal Della berbiara dengan pelan."Ah iya !!" kaget Steve dan menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok istrinya."Maaf Pak saya buat Anda terkejut. Dan siapa yang Anda cari?" sambung Della yang ikut menoleh ke kiri dan ke kanan."Tidak apa Della..." jawab Steve menyugar wajahnya.Saking terkejutnya dengan perkataan Bella, Steve tidak sadar ketika Bella dan Austin meninggalkan dirinya."Ck! Lihat saja Bella!! Aku akan mempermalukan Austin di dalam sana! Apalagi dengan dirimu yang tidak tahu apa-apa! Aku akan m
Austin kini tengah berjalan menuju ruang meeting utama yang terletak di lantai teratas gedung Orion Corporation."Apa dia sudah ada di dalam?" tanya Austin kepada Max."Sudah Tuan...! Dan sepertinya dia datang bersama sekretaris barunya..." jawab Max."Ahh... wanita yang datang bersamanya?""Benar Tuan..." balas Max membenarkan."Ck... Sepertinya dia begitu mudah membuang Joy! Dan aku tidak peduli...! Hari ini aku akan memperlihatkan ke dia bagaimana rasanya di rendahkan di depan umum, karena sudah menghina wanitaku!!" tukas Austin dengan geram mengingat pada saat Steve mengatakan Bella sebagai wanita murahan.Dia sungguh tidak peduli apabila Steve merendahkannya. Tapi jangan pernah sekalipun dia menghina wanita yang dia cintai."Benar Tuan..!! Tadi aku hampir saja menghajarnya..!! Tapi saat aku melihat Nyonya menahan Tuan Austin, aku juga mengurungkan niatku. Apalagi pada saat mendengar apa yang di katakan Nyonya Bella!! Aku ingin tertawa melihat wajah pria berengsek itu !" terang Ma
Austin mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap sinis ke arah Steve.Deg !!Steve terdiam dan merasa sangat malu di tegur seperti itu di hadapan para petinggi perusahaan lain."Anda dari perusahaan mana?" suara berat Austin dengan begitu mengintimidasi.Satu lagi pertanyaan Austin yang membuat mental Steve terguncang.Della dengan cepat mengambil alih dan melangkah ke depan, "Maaf Tuan Austin, keadaan atasan saya lagi kurang sehat. Kami dari Perusahaan C membuat chip elektronik dan berbagai kosmetik, kami juga melayani pengiriman produk eksport dan import ke seluruh negara..." jelas Della panjang lebar.Austin hanya melihat wanita asing di depannya dengan menaikkan satu alisnya.Tidak memedulikan penjelasan Della, Austin berkata dengan tajam, "Kalau atasan kamu kurang sehat silahkan keluar dari ruangan ini... Saya tidak suka bekerja sama dengan orang yang tidak memiliki pendirian...!"Deg!Steve segera menarik tangan Della untuk mundur. Dengan membungkukkan tubuhnya 90 derajat di had
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in