Home / Romansa / Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti / Chapter 1 Paman, Menikahlah denganku!

Share

Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti
Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti
Author: Tya Prajana

Chapter 1 Paman, Menikahlah denganku!

Author: Tya Prajana
last update Last Updated: 2023-08-26 04:45:22

"Paman, menikahlah denganku!"

Gadis kecil berusia 10 tahun bersuara keras, , mata bulat bersinar menatap serius pada seorang pria, "Kita pasti akan menjadi sepasang pengantin yang sempurna." Senyum manis bahagia terukir di bibir mungilnya.

Pria tampan berusia 20 tahun itu terdiam sejenak, senyum simpul terukir di bibirnya yang tebal.. "Leanna, kau sudah mengatakan ini puluhan kali padaku. Apa kau begitu menyukaiku?" Pandangannya terarah pada gadis kecil yang baru saja mengatakan hal yang tidak masuk akal.

"Aku sangat menyukai paman Lucian. Ayo kita menikah sekarang juga dan aku akan tinggal bersama dengan paman selamanya," jawab gadis kecil yang bernama Leanna. Tangan mungil itu menarik tangan besar dan kekar milik pria yang dia panggil paman Lucian.

“Leanna, dengarkan aku! Aku tidak bisa menikah denganmu!” tegas Lucian.

"Apa itu artinya aku ditolak?" Ekspresi bahagia yang awalnya cerah menjadi muram. Semburat senyum lembut dalam sekejap lenyap digantikan dengan kekecewaan. “Apa paman tidak menyukaiku?” Air mata perlahan mengalir membasahi pipinya.

Lucian mengusap rambut Leanna dengan lembut. “ Leanna, jangan menangis. Kau masih terlalu kecil untuk memikirkan tentang pernikahan. Suatu hari, kau akan menemukan pasangan lain yang lebih baik.”

Leanna mengenggam lengan Lucian dengan lebih erat. “Aku tidak mau yang lain, aku hanya ingin bersama paman Lucian. Paman, tolong bawa aku bersamamu. Aku tidak ingin kau meninggalkanku sendirian.”

"Leanna!" Seorang Wanita memanggilnya dengan tegas. Rengekan gadis itu langsung berhenti. Gadis itu langsung bersembunyi di balik punggung Lucian saat seorang wanita dewasa menghampirinya. Wanita itu adalah Nyonya Lucy- Mama Leanna. Tangan Leanna ditarik paksa, mendekat pada Nyonya Lucy. "Maafkan anak ini telah banyak mengganggumu."

"Tidak apa-apa, kak, Leanna tidak menggangguku.”

“Bukankah kau harus pergi sekarang? Jika tidak kau mungkin akan tertinggal pesawat.”

“Baiklah. Aku akan pergi. Leanna, aku akan datang menemui mu lagi.” Lucian melangkah menjauh dari pandangan Leanna.

Leanna menatap satu-satunya cahaya harapannya yang semakin lama semakin buram. “Paman Lucian!” Teriaknya dengan putus asa. Tubuhnya bergerak hendak mengejar Lucian, tetapi tangannya ditarik paksa masuk ke dalam rumah. Nyonya Lucy menatap Leanna dengan ekspresi wajah yang membuat Leanna tidak berani untuk melawan. Apakah tidak ada harapan baginya untuk terlepas dari kehidupan yang menakutkan ini?

***

12 tahun kemudian,

Seorang gadis muda duduk dilantai dengan wajah tertunduk. Tubuh kurus seorang gadis berusia 22 tahun gemetar. Kondisi gadis itu membuat siapapun yang melihat akan merasa miris. Kulit putih dipenuhi dengan lebam berwarna biru keunguan. Gadis yang tidak lain aalah Leanna dewasa, merasakan seseorang yang mengamatinya, tetapi dia terlalu takut untuk melihat mereka. Kepalanya tertunduk. "Apa yang akan terjadi padaku setelah ini? Hal apa yang akan mereka lakukan." gumahnya dengan suara yang begitu pelan.

Pikiran Leanna dipenuhi dengan hal-hal negatif yang membuatnya semakin takut. Leanna menutup telinganya, tidak ingin mendengar apapun pembicaraan Namun, dia tidak bisa sepenuhnya menghalangi suara seorang pria yang terdengar akrab, tapi nada bicaranya yang tinggi tidak mungkin itu milik pria yang selama ini ditunggu olehnya.

"Apa dia benar-benar sampai sejauh itu, bahkan ingin membunuh anaknya sendiri?" Suara seorang pria dengan nada tinggi.

"Ya. Anda tahu kondisi Nyonya Lucy, kan? Dia memilki depresi yang parah dan semakin buruk setelah Tuan Roy meninggal.” Leanna mengenali suara itu sebagai suara kepala pelayan.

"Lalu, apa yang kalian lakukan selama ini? Kalian telah berada di rumah ini selama bertahun-tahun dan mengetahui jika seorang gadis kecil telah dianiaya, tetapi kalian hanya diam melihatnya menderita?!"

Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa dia teengar seperti berada di pihak Leanna? Apa pria itu adalah Paman Luciannya? Leanna ingin mengangkat wajahnya, tapi dia terlalu takut jika pria itu bukanlah dia.

"Maafkan kami, Tuan Muda. Anda tahu bahwa kami--"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar pembelaan. Kemasi barang Leanna, dia akan berada dalam perawatanku sampai Kak Sisi selesai dengan pemulihannya. Tinggalkan aku sendiri bersama Leanna!"

Suara langkah kaki terdengar memecah keheningan. Seorang pria melangkah mendekat dan berdiri di depan Leanna. Leanna Han merasakan sentuhan di atas kepalanya. Secara refleks, tubuhnya bergerak menarik diri menjauh.

"Jangan takut! Apa kau tidak mengenaliku? Kita pernah bertemu sebelumnya." Suara pria yang sebelumnya menggunakan nada tinggi, berubah menjadi begitu lembut dan menenangkan. Suaranya seperti seorang pria yang selama ini tersimpan dalam ingatan kenangan indah alam hidupnya.

Leanna yang awalnya menenggelamkan wajahnya disela-sela kaki, mulai mengangkat wajahnya. Mata yang menatap kosong itu menatap pria di depannya-Lucian Gu. Meskipun penampilan pria ini terlihat berubah, fitur wajahnya semakin dewasa dan tampan. Namun, mata yang menatapnya dengan kelembutan yang masih sama. Ada banyak hal yang ingin Leanna katakan, sayangnya tidak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya.

Lucian kembali bicara, "Apa kau telah melupakanku? “ Espresinya menunjukkan kekecewaaan. Lucian mencoba membuat Leanna mengingatnya. “Saat kecil kau selalu berada di sekitarku dan berteriak ingin menikah denganku."

"Paman Lucian?" Leanna memanggilnya dengan ragu, tetapi tubuhnya sudah bergerak untuk memeluknya, merasa kehangatan yang selama ini dirindukannya.

Leanna memeluk Lucian dengan begitu erat dan menangis dengan putus asa. Pelukannya dibalas dengan erat juga. Jari-jarinya menepuk pelan punggungnya. "Maaf, aku baru menemuimu sekarang."

Leanna tidak mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis. "Paman, jangan tinggalkan aku lagi. Hanya paman satu-satunya yang aku miliki."

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji. Mulai sekarang kau akan tinggal denganku dan berada dalam perawatanku." Lucian hendak melepas pelukannya, tetapi cengkeraman tangannya begitu erat dan sulit untuk dilepaskan.

"Paman, kita akan bersama selamanya, kan?" ucap Leanna meminta kepastian.

"Tentu, saja. Jangan khawatirkan tentang itu."

"Paman berjanji tidak akan ada yang memisahkan kita, kan?" Gadis kecil yang telah tumbuh dewasa itu melepaskan pelukannya dan mengulurkan kelingking. "Janji, kan?"

Lucian tanpa ragu mengulurkan jari kelingkingnya. Mereka membuat janji satu sama lain. "Aku janji akan selalu bersamamu."

Senyum cerah terukir menggantikan kesedihan yang ditunjukkan Leanna. "Paman, aku tidak akan pernah melepaskanmu." Leanna mengatakan dengan nada yang terdengar posesif.

Lucian hanya tersenyum. Leanna tahu jika Lucian tidak menanggapi ucapannya dengan serius, tetapi Leanna masih bertekad mengubah cara pandang Lucian padanya. Bagaimanapun, mereka tidak memiliki hubungan darah, masih ada peluang bagi Leanna untuk mendapatkan pria ini. Leanna kembali memeluk Lucian kali ini lebih erat dari biasa.

Lucian melepaskan pelukannya dengan tidak nyaman. "Leanna, ayo berdiri! Pelayan itu pasti sudah selesai menyiapkan pakaianmu." Lucian mengulurkan tangannya. "Ayo!"

Leanna menyambut uluran tangan itu. Dia mengenggam erat tangan itu.

Lucian membawa Leanna masuk ke dalam mobilnya. Saat Lucian tidak naik, Leanna menjadi cemas. "Paman, kau mau ke mana? Apa paman berbohong dan ingin meninggalkanku?" teriaknya dengan putus asa.

"Aku hanya ingin mengecek barang-barangmu. Tunggu di sini sebentar!"

Leanna masih tidak melepaskannya. Tatapan mata gadis itu bergetar menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Paman, aku tidak ingin membawa apapun dari rumah ini. Bisakah kita tidak membawanya?"

Lucian mengerutkan keningnya, menatap dengan curiga. Lucian melepaskan tangan Leanna . Pria itu mendekat kea rap pelayan yang mengemas pakaian Leanna.

"Apa semua barangnya sudah siap?" tanya Lucian pada seorang pelayan yang ditugaskan.

"Ya, Tuan Muda Gu."

"Buka kopernya sebentar, aku harus memeriksa sesuatu." Pelayan itu mengerutkan keningnya dan menunjukkan wajah pucat, tapi dia tidak bisa berbuat apapun dan hanya melakukan perintah.

Leanna tiba-tiba datang merebut tas itu lalu mendorong koper itu menjauh. Lucian menjadi semakin curiga. "Leanna, kenapa kau melakukan ini?"

Related chapters

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 2 Aku Bukan Bayi Lagi

    "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu." Lucian menatap Leanna yang terlihat terkejut. Namun, pria itu tidak mengurungkan niatnya awalnya. Dia dengan cepat melangkah mendekat ke arah koper itu. Leanna mengikuti Lucian, menahan saat pria itu meraih resleting koper. "Paman, aku tidak ingin kau melihatnya. Ini bukan sesuatu yang pantas untuk paman lihat,” ucap Leanna menghalangi Lucian. Lucian menatap Leanna dengan intensitas,memberinya peringatan untuk tidak menganggunya. Wanita yang masih cantik walaupun tertutup lebam itu, menarik tangannya dengan ragu. Ekspresi wajahnya semakin pucat, pandangannya fokus untuk melihat seperti apa ekspresi yang akan dibuat oleh Lucian. "Apa ini? Bagaimana bisa benda seperti ini ada di dalam tasmu? Apa ini pantas untuk berada di sini?!" ucap Lucian dengan marah. Mata kecokeletan yang tajam milik Lucian beralih ke arah seorang pelayan yang sebelumnya membawa koper itu, "Panggil Kepala Pelayan sekarang juga!" Pelayan itu dengan takut me

    Last Updated : 2023-10-29
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 3 Siapa Wanita Itu?

    Lucian mendorong keponakannya sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi. "Leanna, kau menganggap dirimu sudah dewasa, bukan?" Wajah Leanna yang awalnya suram berubah cerah. "Ya. Paman. Apa kau sudah melihatku sebagai gadis dewasa? Jadi, ayo kita--" "Jika kau adalah gadis dewasa maka kau harus tahu batasannya! Leanna, kau adalah keponakanku, tidak mungkin bagi kita untuk bersama!" "Tapi, kita tidak punya hubungan darah!" "Ya, tapi itu semua tidak mengubah kenyataan bahwa kau tetaplah bagian dari keluarga Gu. Leanna, jika keinginanmu untuk menikah denganku hanya karena ingin tinggal bersamaku dan mendapatkan perlindungan seperti saat kau masih kecil, selama aku jadi pamanmu kita bisa melakukannya. Kau mengerti sekarang?" Lucian memberikan penekanan yang tegas. Leanna tidak mengatakan apapun untuk menanggapinya dan memilih kembali ke tempat duduk. Pandangannya menatap ke arah luar kaca mengubur dalam keramaian jalanan yang sibuk. . Lucian merasa bersalah padanya, tetapi dia tida

    Last Updated : 2023-10-30
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 4 Pergi dengan Marah

    Wajah tampan Lucian hanya menujukkan ekspresi datar, matanya begitu tajam menatap wanita yang berusaha mempermalukannya itu. "Apa yang ingin kau beritahu pada keponakanku? Kau ingin mengarang cerita seperti kau melakukannya pada para pria yang menjadi targetmu?" "Lucian, kali ini aku serius bahwa aku--" ucapan wanita itu tiba-tiba terpotong karena sebuah suara. "Aku benar-benar hamil anakmu, Tuan Liam. Aku sungguh-sungguh. Jika perlu kita lakukan tes!" Suara rekaman yang sama persis seperti wanita itu terdengar dari speaker ponsel milik Lucian. "Bagaiman kau bisa...." Wanita itu tidak bisa menahan keterkejutannya. Seringai terukir di bibir Lucian. " Kau pasti tidak menyangka aku mendapatkan rekaman saat kau mengatakan hal yang sama pada Tuan Muda lain untuk menipunya agar mendapatkan uangnya?" "Lucian, kau salah paham. Kali ini, aku benar-benar...." "Cukup! Aku bukanlah orang yang bisa kau tipu dengan mudah. Lebih baik kau pergi atau aku bisa saja menanggung hukuman." Wan

    Last Updated : 2023-11-30
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 5 Paman, Aku Ingin Kau Tidur Denganku

    Seorang wanita yang menggenakan jubah tidur memeluk tubuh Lucian dari belakang. "Sayang, kenapa kau akan pergi? Kita bahkan baru saja mulai." Lucian menepis tangan itu dengan kasar bahkan mendorong wanita itu menjauh. "Aku sedang tidak memiliki mood untuk melanjutkannya." "Kenapa? Apa kau memiliki wanita baru? Siapa wanita yang dapat memuaskanmu lebih dari--" Lucian dengan marah mencengkeram dagu wanita itu. "Diamlah! Apa aku perlu membungkam mulutmu dan membuatmu tidak bisa bicara lagi untuk selamanya?" Wanita itu menatap dengan takut. Lucian melepaskan wanitanya itu dan melemparkan uang. "Mulai seterusnya, aku tidak akan melakukannya denganmu. Jangan muncul lagi di hadapanku!" "Maafkan aku, Tuan Muda. Aku salah." Wanita itu berlutut dan memegang kaki Lucian. Namun, Lucian justru menendangnya. "Jangan merengek! Aku benci wanita melakukan itu." Lucian meninggalkan wanita itu begitu saja. Pria tampan dengan perawakan tinggi melangkahkan kaki masuk ke mobil, melaju ke sebuah

    Last Updated : 2023-12-01
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 6 Paman, Bantu Aku Mandi

    Leanna menunggu apa yang akan terjadi. Jantungnya berdebar dengan kencang, tangannya mengenggam kain sprei dengan erat. Matanya terpejam dengan sudut mata yang sedikit bergetar. Dia sangat gugup dan takut, tapi ini adalah cara untuk menjadi milik Lucian.Beberapa detik berlalu, Leanna mengerutkan keningnya karena tidak merasakan apapun. Leanna perlahan membuka menatap ke arah Lucian. "Paman, kenapa paman tidak….?" Lucian menarik tubuhnya menjauhkan diri dari Leanna. "Tidurlah. Aku tidak akan melakukan hal yang seperti ini lagi." "Tidak! Paman, aku ingin kau melanjutkannya?" Leanna meraih tangan Lucian dengan erat sebelum pria itu pergi. "Kau ketakutan. Aku menyadari jika kau hanya melakukan tindakan kekanakan, tetapi bukan ini yang kau inginkan, bukan? Lain kali jangan lakukan lagi." Lucian melepaskan tangan itu dengan lembut. "Paman, aku tidak takut. Sungguh, kau bisa--" "Jangan katakan itu Leanna. Kau adalah keponakanku yang berharga. Aku ingin menghancurkanmu!" Lucian

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 7 Bolehkan Aku Melewati Batas?

    Jika itu wanita lain, Lucian akan menariknya, mencium seluruh tubuhnya yang indah. Namun, ini keponakannya. Paman macam apa yang akan menodai tubuh keponakannya sendiri? Dia harus tetap tenang. Lucian menatap keponakannya dengan ekspresi datar untuk menyembunyikan hasrat yang bergejolak. Dia melepaskan kancing kemeja dengan tenang. Leanna tiba-tiba saja memeluk Lucian yang membuat pria itu terkejut. "Ini memalukan." ucap Leanna. Lucian melepaskan pelukan Leanna dengan paksa. "Sekarang kau merasa malu setelah memintaku melepaskan pakaianmu? Leanna, kau sudah tahu bahwa kau adalah wanita sekarang, kan? Jangan lagi memintaku melakukannya." "Tapi, Paman. Aku sungguh kesulitan. Meskipun ini memalukan, tetapi aku hanya bisa bergantung pada Paman. Aku tidak bisa membasuh tubuhku sendirian. Lagipula, Paman juga pernah membasuh tubuhku ketika aku demam. Jadi, aku akan berpikir hal yang sama." "Itu tidak sama, Leanna!" Lucian menekan nada suaranya. Lucian memandang lurus ke arah Leanna.

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 8 Aku Hanya Iri Padanya

    "Jangan beritahu Pamanku, aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap Leanna pada resepsionis yang telah memberitahunya lokasi ruangan Lucian. "Tapi, Nona, bisakah Anda menunggu sebentar? Tuan sedang sibuk," ucap Resepsionis itu dengan gugup. "Tidak apa-apa. Aku tidak akan menganggu." "Tapi--" Leanna menyadari keanehan. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi dan Paman coba sembunyikan dariku?" "Tidak, Nona. Hanya saja--" "Kalau begitu tidak masalah jika aku langsung datang, kan?" Leanna langsung melangkah menuju ke dalam Lift. Dia memandang pintu lift dengan resah. Feelingnya mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan olehnya. Ketika Leanna tiba di depan ruangan, seorang wanita keluar, bibir di lipstiknya berantakan begitu juga dengan rambutnya. Tangannya mengepal dengan erat. Dia tidak ingin memikirkan hal yang akan menyakiti hatinya. Wanita itu tersenyum pada Leanna, tetapi tatapan matanya menunjukkan perasan jengkel. "Apa kau keponakan CEO Gu? Kau seharusn

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 9 Apa Aku Membuatmu Takut?

    Lucian menahan lengan Leanna. "Apa yang kau bicarakan? Kau bukan penghalang bagiku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Leanna, aku tahu kau ingin bersamaku, tetapi kau juga harus memiliki sesuatu untuk menunjang masa depanmu." "Bukankah ada Paman yang dapat menunjang masa depanku? Atau suatu saat paman akan meninggalkanku sendirian?" Lucian menghela nafas. "Kita tidak tahu bagaimana takdir akan berjalan, kan? Saat ini mungkin aku masih bisa melindungimu, tetapi aku memiliki usia yang lebih tua darimu. Suatu saat aku akan pergi dan--" Leanna langsung memeluk Lucian. "Tolong jangan. Aku tidak akan sanggup tanpa Paman. Aku tidak ingin Paman pergi meninggalkanku. Aku akan menyusul Paman kemanapun itu." Lucian memeluk Leanna. "Kenapa kau begitu keras kepala. Baiklah, aku bisa memberimu pekerjaan yang kau inginkan. Datanglah ketika kau menginginkannya. Kau akan membantuku mengatur dokumen.” Lucian melepaskan pelukannya, mengusap lembut pipi Leanna. “Jangan sedih lagi, aku juga tidak a

    Last Updated : 2024-05-09

Latest chapter

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 37 Mengambil Keuntungan

    "Aku tidak menyangka paman akan melakukan hal konyol itu. " Leanna tidak bisa menahan tawanya mendengar apa yang dikatakan oleh Lucian. Dia kembali membalik lembar demi lembar foto-foto masa kecil Lucian yang terlihat konyol. Ada banyak hal tentang wajah Lucian kecil yang penuh dengan krim dan ekspresi lainnya. Bahkan ekspresi cemberut Lucian sangat menggemaskan. Leanna tidak bisa mengendalikan senyumnya. "Aku sudah menujukkan sisi memalukanku saat kecil, kali ini kau akan memaafkanku, kan?" ucap Lucian dengan suaranya yang tenang dan penuh percaya diri. Leanna hanya menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku akan memaafkan paman, jika aku boleh menyimpan salah satu dari foto ini." Lucian tidak memberikan penolakan, "Lakukan apapun yang kau inginkan." Leanna melihat-lihat banyak foto. Namun, foto yang menarik perhatiannya adalah foto saat Lucian tertawa lepas. Di sebelahnya ada seorang wanita. Leanna menoleh ke arah Lucian yang memandang foto itu dengan lembut. Leanna diam-di

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 36 Di Dalam Kotak

    Lucian hampir membuka mulutnya, menanggapi provokasi asistennya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Sebelum Lucian sempat bereaksi, Leanna sudah melangkah bergerakan cepat menarik tubuh Lucian sedikit menjauh dari sang asisten. Leanna memeluk pinggang Lucian dengan erat. Matanya menatap dengan provokatif ke arah pria berkacamata itu. “Jangan coba-coba memprovokasi pamanku!" Tepukan di bahu Lucian secara perlahan terlepaskan. Asistennya mengalihkan tangannya untuk membenarkan posisi kacamatanya, tatapan mata tajam menyiratkan kebencian yang tersembunyi. “Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ucap asisten itu dengan nada datar, tetapi menusuk. “Keponakan sepertimu tidak layak untuk—” Lucian menghentikan asistennya. “Cukup! Lebih baik kau kembali ke kantor. Aku tidak perlu kau ikut campur dalam urusan pribadiku.” “Tuan Lucian, Anda....” Asistennya tidak bisa melanjutkan protesnya, saat melihat tatapan Lucian yang tajam dan mengintimidasi. Sebagai orang yang su

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 35 Kenapa Anda Meminta itu?

    "Tuan Lucian, tidak hanya saya yang mencurigai tentang hubungan Anda dan Nona Leanna, tapi di perusahaan juga tersebar rumor tentang--" ucap Asistennya. Lucian menghela nafas. "Apa aku membayar kalian untuk bergosip? Dengar, kau terlalu banyak menonton film. Sebagai hukumannya, kau harus memeriksa dokumen di meja dan mengurus perbaikannya!" "Tuan Lucian, anda menyalah gunakan jabatan!" "Tidak. Justru karena aku adalah bos, sudah seharusnya bagiku untuk memberikan hukuman yang pantas. Kau juga harus mengurus hadiah untuk Leanna, aku akan mengawasi saat kau memilih." Asistennya hanya bisa pasrah, jika dia menolak, bosnya ini akan menambah hukumannya. Asistennya mulai melajukan mobil menuju ke pusat perbelanjaan. *** Asistennya merasa kelelahan mengikuti kemauan dari bosnya yang masuk ke setiap toko. Bahkan Bosnya juga berdebat dengan para karyawan. "Apa kau yakin pakaian ini benar-benar limited edition dan berkualitas tinggi?" Karyawan itu harus banyak menjelaskan untuk

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 34 Sulit Dibujuk

    "Leanna, hati-hati. Kau jangan terlalu banyak bergerak. Kenapa kau datang? Apa kau sudah tidak marah lagi padaku?" tanya Lucian dengan wajah bahagia. Leanna tidak menjawab. Dia justru memutar pandangan ke arah seorang pria berkacamata itu dan melihat dokumen yang ada di tangan pria itu. "Apa Paman masih mencari tahu lebih lanjut tentang masa laluku? Bukankah aku sudah melarangnya?" "Leanna, aku tidak akan lagi melakukannya," ucap Lucian memegang bahu Leanna. "Lalu dokumen apa yang dibawa oleh pria itu?" ucap Leanna. Lucian menoleh ke arah asistennya. Dia baru saja menyadarinya. Matanya mulai memelototi Asisten yang telah menjadi sumber masalah baru itu. Lucian dengan segera memberikan penjelasan pada Leanna. "Jangan salah paham. Itu hanyalah dokumen tentang bisnis!" "Benarkah?" ucap Leanna masih dengan tatapan curiga. "Tentu. Kau bisa memeriksanya." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Dia berbalik pergi. Lucian menahan tangannya. "Kemana kau pergi? Aku akan menggend

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 33 Apa yang Salah?

    "Kau punya nyali untuk menyinggung keponakanku ya? Apa kau tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya?" ucap Lucian yang kini duduk di sofa ruang tengah. Tatapannya tajam menusuk, tangannya bersilang di depan dadanya. "Tuan, ada apa sebenarnya? Apa Anda marah karena saya meninggalkan apartemen tanpa izin, tapi saya sungguh--" "Kau pergi setelah berdebat dengan Leanna, kan? Bagaimana bisa kau melarikan diri setelah menyakitinya? Kau membuat kondisi Leanna menjadi buruk!" ucap Lucian. Rara terlihat sedikit gugup, tapi masih mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tuan Muda, apa yang kau bicarakan? Saya tidak berdebat dengan Nona. Setelah memberikan buku, saya langsung pergi." Lucian tertawa pahit. "Jangan berbohong, Leanna telah mengatakan yang terjadi padaku. Jika kau tidak memperlakukannya dengan buruk, tidak mungkin Leanna berada dalam kondisi depresinya!" "Tuan Muda, apa kau begitu mempercayai Nona Leanna? Tidakkah Nona sering melakukan trik untuk mengusir para pelayan. Mung

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 32 Siapa yang akan Menang?

    "Nona, Anda mau ke mana? Bukankah Tuan sudah meminta agar Anda tidak meninggalkan rumah dengan keadaan kaki anda yang sedang sakit?" ucap Rara yang sudah berdiri di samping kamar saat Leanna membuka pintu dan berniat untuk keluar. "Kau? Apa kau sudah dari tadi berada di sini? Apa kau begitu punya banyak waktu luang?" ucap Leanna mencibir. "Tidak, karena saya harus mengawasi Anda, membuat pekerjaan saya bertambah. Nona, kenapa Anda tidak kembali ke kamar dan memanfaatkan hadiah dari Tuan Muda," ucap Rara. "Apa buku-buku itu bisa dibilang sebagai hadiah? Aku tidak ingin membaca buku yang semakin membuatku bosan. Aku hanya pergi ke ruang tengah untuk menonton film, jangan menatapku begitu!" Rara masih menatap dengan curiga. "Tapi, di kamar anda ada layar TV. Kenapa Anda harus pergi ke ruang lain?" Leanna merasa kesal. "Kau terlalu banyak bertanya! Tenang saja, aku pastikan bahwa aku tidak akan keluar dari rumah." Rara justru berjalan di depannya, menghadang jalan Leanna.

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 31 Hukuman (18+)

    Lucian hendak mengatakan sesuatu ketika ponselnya berdering. "Aku harus menjawab telepon, tetap duduk diam dan jangan banyak bergerak!" ucap Lucian memberikan peringatan. Lucian melangkah sedikit menjauh. Leanna menatap Lucian dengan penasaran saat melihat ekspresi samar-samar yang ditunjukkan oleh Lucian. Leanna tidak tahu apa yang orang itu bicarakan, dan Lucian hanya menanggapi dengan jawaban singkat yang membuat Leanna kesulitan untuk menebak. "Paman, kau mau ke mana?" ucap Leanna ketika Lucian berjalan melewatinya setelah selesai menerima telepon. "Leanna, aku pergi keluar sebentar. Ada hal yang harus aku tangani. Aku akan menghubungi Rara untuk menemanimu. Jangan banyak bergerak dan jangan keluar dari rumah! Kau mengerti?" Lucian memberikan peringatan. "Paman, bagaimana jika aku merasa bosan. Apa aku tidak boleh pergi jalan-jalan?" "Jika kau ingin aku membawamu ke dokter maka kau bisa nekat melakukan itu!" ucap Lucian yang membuat Leanna terdiam. Lucian mengusap ram

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 30 Sebuah Pilihan

    Lucian menghela nafas, mengatur emosinya dan berbicara selembut yang dia bisa.”Sampai berapa kali kau akan mengusulkan hal ini? Leanna, kau bukan anak kecil lagi yang hidup dalam ingatan tentang impian aneh karena sebuah buku dongengkan?" "Paman, aku serius tentang ini. Bukankah pernikahan adalah--" Lucian memotong ucapan Leanna, "Kau ingin mengatakan pernikahan adalah janji seumur hidup untuk bersama, kan? Tapi, aku tidak bisa mempercayai hal itu. " Lucian menatap Leanna dengan serius. "Aku akan memberikan pilihan padamu." Lucian memberikan jeda selama beberapa detik sebelum akhirnya mengatakan, "Kau ingin tetap tinggal bersamaku, tapi jangan pernah membahas tentang pernikahan lagi dan percayalah padaku bahwa aku akan tetap di sisimu sampai kau tidak lagi membutuhkanku atau kau kembali ke rumah lamamu, hidup sesuai dengan kemauanmu dan aku tidak akan mengendalikanmu lagi. Buat pilihanmu, aku akan menghormati keputusanmu." Leanna terkejut dengan pilihan terakhir yang diberikan

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 29 Jarak yang Terlalu Dekat

    Lucian terkejut dengan tanggapan Leanna yang tidak dia prediksi. "Kenapa kau berpikir begitu? Aku tidak pernah membawa orang lain ke tempat ini selain kau." Leanna menatapnya dengan ekspresi tidak keraguan. "Benarkah? Lalu ke mana Paman mengajak kekasihmu berkencan?" tanya Leanna. "Itu bukan hal yang perlu kau ketahui," ucap Lucian tanpa berniat untuk melanjutkan pembicaraan. "Tidak perlu membahas tentang itu lagi." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Pesanan mereka datang lebih cepat. Paman dan keponakan yang tidak memiliki hubungan darah itu, menikmati makanannya dengan tenang. Lucian tiba-tiba berhenti makan, tangannya terulur menyentuh ujung bibir Leanna. Leanna terkejut dan secara refleks menghindar. Lucian menyadari tindakannya. "Apa aku membuatmu merasa tidak nyaman? Kalau begitu kau bisa bersihkan saus yang tersisa di bibirmu. " Lucian memberikan tisu pada Leanna. "Aku bukannya merasa tidak nyaman, aku hanya sedikit terkejut. Paman, bisakah kau membantuku meng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status