Beranda / Romansa / Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti / Chapter 5 Paman, Aku Ingin Kau Tidur Denganku

Share

Chapter 5 Paman, Aku Ingin Kau Tidur Denganku

Penulis: Tya Prajana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 04:31:54

Seorang wanita yang menggenakan jubah tidur memeluk tubuh Lucian dari belakang. "Sayang, kenapa kau akan pergi? Kita bahkan baru saja mulai."

Lucian menepis tangan itu dengan kasar bahkan mendorong wanita itu menjauh. "Aku sedang tidak memiliki mood untuk melanjutkannya."

"Kenapa? Apa kau memiliki wanita baru? Siapa wanita yang dapat memuaskanmu lebih dari--"

Lucian dengan marah mencengkeram dagu wanita itu. "Diamlah! Apa aku perlu membungkam mulutmu dan membuatmu tidak bisa bicara lagi untuk selamanya?"

Wanita itu menatap dengan takut. Lucian melepaskan wanitanya itu dan melemparkan uang. "Mulai seterusnya, aku tidak akan melakukannya denganmu. Jangan muncul lagi di hadapanku!"

"Maafkan aku, Tuan Muda. Aku salah." Wanita itu berlutut dan memegang kaki Lucian. Namun, Lucian justru menendangnya.

"Jangan merengek! Aku benci wanita melakukan itu." Lucian meninggalkan wanita itu begitu saja.

Pria tampan dengan perawakan tinggi melangkahkan kaki  masuk ke mobil,  melaju ke sebuah tempat yang sunyi. Lucian  keluar dari mobil dan mengambil sebatang rokok dari sakunya.

"Ada apa denganku? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya bahkan para wanita sexy tidak mampu untuk menghilangkan masalah di pikiranku." Lucian terus saja berusaha menepisnya saat pemikirannya terarah pada ciuman polos dari seorang gadis yang usianya terpaut 10 tahun darinya.

Tatapan matanya yang tajam terlihat begitu rumit. Ponselnya berdering menganggu lamunannya. Lucian menekan tombol, "Hallo!"

***

Leanna dengan posisi telungkup, tangannya masih merah berlumur darah. Tubuhnya lemas dan bibirnya kering. Di udara yang dingin dengan mudah menembus  pakaian  yang tipis membuatnya  megigil.

"Paman....paman Lucian," Leanna bergumah di sela-sela alam bawah sadarnya memanggil nama yang selalu menjadi kekuatannya. "Paman, jangan buang aku!"

Air mata berlinang keluar dari kelopak mata yang tertutup. Leanna  tidak memiliki tenaga untuk dapat membuka matanya. Tubuhnya sudah kehabisa tenaga, dia belum makan ataupun minum.  Rasa nyeri dari luka-lukanya semakin terasa menyakitkan saat menyentuh lantai dingin.

Leanna mulai kehilangan kesadarannya, tetapi samar-samar  dia mendengar  teriakan yang memanggil namanya dengan penuh kecemasan. Kesadaran Leanna menghilang sepenuhnya tanpa mengetahui apa yang berikutnya terjadi.  

***

"Jawab aku, siapa yang berani menguncinya?" Lucian berteriak dengan marah.

Lucian mengumpulkan semua pelayan wanita ataupun pria  di  ruang tengah. Tidak adaseorangpun yang menjawab pertanyaan Lucian, semua orang  menundukkan kepala mereka.

Lucian menjadi lebih marah.  “Apa tidak ada yang mau mengaku? Haruskah aku meminta seseorang untuk memukuli kalian semua sampai mengaku?”

Seorang pelayan maju ke depan, dengan gugup mengatakan, "Tuan, saya yang melakukannya. “ Pelayan itu melanjutkan penjelasannya, “Tapi, saya punya alasan masuk akal untuk menghukumnya. Saat Tuan Muda pergi, wanita itu merusak barang berharga  di kamar jadi saya--"

"Wanita itu?  Tidak hanya kau berani menghukum keponakanku, tapi kau juga  berani memanggil keponakanku dengan panggilan kasar itu? Kau adalah pekerja di sini, tapi kau memperlakukan tamuku dengan buruk bahkan tidak merasa bersalah. " Lucian memotong ucapan pelayan itu dengan tajam

"Tuan Muda, Anda seharusnya berterima kasih pada saya. Jika saya tidak menghentikannya barang-barang mahal milik Anda akan hancur." Pelayan itu masih mencoba membela diri.  

Wajah Lucian berubah gelap. Lucian menumjukkan seringai, " Aku akan perlihatkan bagaimana caraku berterima kasih.” Lucian menatap para penjaga keamanan, tangannya menunjuk seorang pelayan yang menjadi tersangka. “Kurung pelayan  ini di ruangan kosong itu dan pukuli dia sampai wajahnya tidak lagi berbentuk!"

Para penjaga keamanan itu terlihat ragu melakukannya karena mereka  Para pelayan dan penjaga keamanan dengan cepat langsung  memegang lengan tangan  pelayan jahat itu dengan erat. Pelayan itu berteriak. “Tidak, tolong jangan pelakukan saya seperti ini. Saya aalah pelayan setia anda, Tuan Muda. Bagaimana bisa anda membuang saya hanya untuk wanita gila itu!’

“Tunggu apalagi? Cepat seret wanita itu dan buat dia tidak akan bisa menggunakan mulutnya!”  Lucian menaikkan nada bicaranya. Penjaga keamanan itu dengan cepat menyeret  pelayan jahat yang memberontak.

 Lucian beralih kearah para pelayan yang tersisa. “Kalian bisa kembali melakukan pekejaan, kecuali kau!” Lucian menghentikan seorang pelayan wanita.

Pelayan itu ditinggalkan sendirian untuk berhadapan langsung dengan Lucian. "Ya, Tuan. Ada apa?"  tanya pelayan itu dengan gugup.

"Kau yang melapor tadi, kan? Ikut denganku!" ucap Lucian menatap dingin pelayan itu.

Pelayan wanita itu dengan cemas berjalan mengikuti Lucian. Pria itu membawanya ke sebuah kamar. "Aku ingin kau bersihkan semua kekacauan ini dan juga jangan ada satu barangpun yang mudah dipecahkan. Ganti cermin menjadi bahan selain kaca jika perlu pesan ke pengrajin dan buat dalam sehari, tidak peduli berapa biayanya."

Pelayan itu mengangguk, wajahnya menujukkan ekpresi lega. "Saya akan melakukannya."

"Satu hal lagi, aku memilihmu untuk menjadi pelayan pribadi Leanna. Dia akan menjadi tangung jawabmu. Jangan khawatir tentang bayaran, jika kau melakukan tugasmu dengan baik. Aku akan memberikanmu bonus."

Pelayan itu menunjukkan senyum bahagia. "Tentu saja, Tuan Muda. Saya pasti dapat melayani Nona Leanna dengan baik."

Lucian meninggalkan pelayan yang mulai membersihkan pecahan kaca itu. Kakinya melangkah menuju ke kamarnya. Seorang gadis dengan tangan yang di balut perban sedang  berbaring di tempat tidur luas.

Ekspresi wajah yang penuh kecemasan tergambar dari kening yang berkerut. Lucian menghela nafas, "Maafkan aku, Leanna. Aku justru membuatmu mengalami hal buruk lagi. Seharusnya aku tidak pergi meninggalkanmu dengan kasar."

Lucian mengulurkan tangannya mengusap pipinya yang lembut itu. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan memandanginya tanpa berkedip.

"Haus," ucap Leanna dengan suara serak. Matanya juga perlahan mulai membuka matanya.

"Leanna, kau sudah bangun. Ini, minumlah!"

Leanna memandang Lucian sebentar, lalu mengulurkan tangan dengan wajah tertunduk.

"Biarkan aku membantumu minum." Lucian memegangi gelas untuk Leanna dan mengarahkannya ke bibir yang mengering.

Leanna menghabiskan satu gelas penuh. "Kau sangat haus ya? Apa kau mau aku mengambilkanmu minum?"

Leanna menggeleng. "Aku tidak ingin merepotkan Paman. Besok, aku akan keluar dari rumah agar Paman tidak terganggu."

"Aku tidak pernah merasa terganggu dengan keberadaan mu.” Lucian menatap  Leanna, dengan lembut dan menyesal. “Apa kau marah padaku dengan apa yang terjadi? Aku minta maaf karena meninggalkanmu dan membuatmu mengalami pengalaman pahit ini. Kau bisa memukulku atau menamparku, aku dapat menerima semua kemarahanmu."

Leanna justru hanya diam saja. Lucian menunjukkan ekspresi kecewa. Dia bangun dari duduknya. "Kalau begitu, aku akan keluar dan membiarkanmu beristirahat. Kau bisa menggunakan kamar ini selama yang kau mau. Aku akan tidur di kamar tamu."

Leanna meraih tangan Lucian. "Bisakah, Paman tidur di sini juga?"

Lucian menatap Leanna dengan ekspresi rumit, tetapi dia masih menanggapi dengan lembut, "Tentu, Leanna. Aku akan tidur di sofa itu. Jika ada sesuatu, kau bisa berteriak memanggilku."

"Tidak. Bukan di sofa, tapi di tempat tidur ini. Aku ingin paman tidur bersamaku dan memelukku."

Lucian menelan ludah mendengar perkataan yang bisa dengan mudah di salah pahami. "Leanna, kita tidak bisa melakukannya."

"Kenapa tidak bisa? Apa paman begitu membenciku?" Ekspresi wajahnya menunjukkan kesedihan.

Lucian mengerti pemikiran polos Leanna bukan seperti apa yang dia pikirkan, tapi perkataannya terlalu provokatif dan mengundang.

Lucian meletakkan gelasnya. Tubuhnya bergerak mendekat dan mendorong tubuh Leanna yang sebelumnya duduk. Kedua mata mereka saling bertemu, dengan jarak tubuh yang begitu dekat.

"Leanna, kau seharusnya tidak mengatakan itu ataupun menginginkan ini, karena....." Lucian menatap wajah yang begitu menggoda ini, perlahan dia memiringkan wajahnya begitu dekat dengan leher putih yang terlihat begitu lembut.

Bab terkait

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 6 Paman, Bantu Aku Mandi

    Leanna menunggu apa yang akan terjadi. Jantungnya berdebar dengan kencang, tangannya mengenggam kain sprei dengan erat. Matanya terpejam dengan sudut mata yang sedikit bergetar. Dia sangat gugup dan takut, tapi ini adalah cara untuk menjadi milik Lucian.Beberapa detik berlalu, Leanna mengerutkan keningnya karena tidak merasakan apapun. Leanna perlahan membuka menatap ke arah Lucian. "Paman, kenapa paman tidak….?" Lucian menarik tubuhnya menjauhkan diri dari Leanna. "Tidurlah. Aku tidak akan melakukan hal yang seperti ini lagi." "Tidak! Paman, aku ingin kau melanjutkannya?" Leanna meraih tangan Lucian dengan erat sebelum pria itu pergi. "Kau ketakutan. Aku menyadari jika kau hanya melakukan tindakan kekanakan, tetapi bukan ini yang kau inginkan, bukan? Lain kali jangan lakukan lagi." Lucian melepaskan tangan itu dengan lembut. "Paman, aku tidak takut. Sungguh, kau bisa--" "Jangan katakan itu Leanna. Kau adalah keponakanku yang berharga. Aku ingin menghancurkanmu!" Lucian

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 7 Bolehkan Aku Melewati Batas?

    Jika itu wanita lain, Lucian akan menariknya, mencium seluruh tubuhnya yang indah. Namun, ini keponakannya. Paman macam apa yang akan menodai tubuh keponakannya sendiri? Dia harus tetap tenang. Lucian menatap keponakannya dengan ekspresi datar untuk menyembunyikan hasrat yang bergejolak. Dia melepaskan kancing kemeja dengan tenang. Leanna tiba-tiba saja memeluk Lucian yang membuat pria itu terkejut. "Ini memalukan." ucap Leanna. Lucian melepaskan pelukan Leanna dengan paksa. "Sekarang kau merasa malu setelah memintaku melepaskan pakaianmu? Leanna, kau sudah tahu bahwa kau adalah wanita sekarang, kan? Jangan lagi memintaku melakukannya." "Tapi, Paman. Aku sungguh kesulitan. Meskipun ini memalukan, tetapi aku hanya bisa bergantung pada Paman. Aku tidak bisa membasuh tubuhku sendirian. Lagipula, Paman juga pernah membasuh tubuhku ketika aku demam. Jadi, aku akan berpikir hal yang sama." "Itu tidak sama, Leanna!" Lucian menekan nada suaranya. Lucian memandang lurus ke arah Leanna.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 8 Aku Hanya Iri Padanya

    "Jangan beritahu Pamanku, aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap Leanna pada resepsionis yang telah memberitahunya lokasi ruangan Lucian. "Tapi, Nona, bisakah Anda menunggu sebentar? Tuan sedang sibuk," ucap Resepsionis itu dengan gugup. "Tidak apa-apa. Aku tidak akan menganggu." "Tapi--" Leanna menyadari keanehan. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi dan Paman coba sembunyikan dariku?" "Tidak, Nona. Hanya saja--" "Kalau begitu tidak masalah jika aku langsung datang, kan?" Leanna langsung melangkah menuju ke dalam Lift. Dia memandang pintu lift dengan resah. Feelingnya mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan olehnya. Ketika Leanna tiba di depan ruangan, seorang wanita keluar, bibir di lipstiknya berantakan begitu juga dengan rambutnya. Tangannya mengepal dengan erat. Dia tidak ingin memikirkan hal yang akan menyakiti hatinya. Wanita itu tersenyum pada Leanna, tetapi tatapan matanya menunjukkan perasan jengkel. "Apa kau keponakan CEO Gu? Kau seharusn

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 9 Apa Aku Membuatmu Takut?

    Lucian menahan lengan Leanna. "Apa yang kau bicarakan? Kau bukan penghalang bagiku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Leanna, aku tahu kau ingin bersamaku, tetapi kau juga harus memiliki sesuatu untuk menunjang masa depanmu." "Bukankah ada Paman yang dapat menunjang masa depanku? Atau suatu saat paman akan meninggalkanku sendirian?" Lucian menghela nafas. "Kita tidak tahu bagaimana takdir akan berjalan, kan? Saat ini mungkin aku masih bisa melindungimu, tetapi aku memiliki usia yang lebih tua darimu. Suatu saat aku akan pergi dan--" Leanna langsung memeluk Lucian. "Tolong jangan. Aku tidak akan sanggup tanpa Paman. Aku tidak ingin Paman pergi meninggalkanku. Aku akan menyusul Paman kemanapun itu." Lucian memeluk Leanna. "Kenapa kau begitu keras kepala. Baiklah, aku bisa memberimu pekerjaan yang kau inginkan. Datanglah ketika kau menginginkannya. Kau akan membantuku mengatur dokumen.” Lucian melepaskan pelukannya, mengusap lembut pipi Leanna. “Jangan sedih lagi, aku juga tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 10 Apa Mereka Bersama?

    "Aku tidak ingat memilih pakaian seperti ini." Lucian memperhatikan penampilan Leanna. Dress tanpa lengan warna gelap yang tipis dan terlalu rendah dibagian lehernya, dan panjang gaun yang lebih pendek mengekspos kaki putih Leanna yang jenjang. Lucian menelan ludah. "Pakaian ini, kau hanya boleh gunakan saat tidur." Leanna mengangguk dengan polos. "Ya, paman." "Ganti pakaianmu. Aku akan menunggu di luar. " Baru beberapa langkah Lucian keluar, Leanna kembali keluar masih dengan pakaian tadi. "Kenapa kau belum menggantinya?" "Paman, aku tidak bisa melepaskan resleting. Sepertinya tersangkut. Bisakah Paman membantuku?" ucap Leanna dengan semu merah. Lucian dengan ragu masuk ke ruang ganti. "Berbaliklah!" Leanna berbalik dan menatap cermin di depannya. Lucian agar tetap tenang, sementara tangan-tangannya bergerak dengan cepat menarik resleting itu. Dia segera mengalihkan setelah membantunya dan berjalan keluar dari ruang ganti, mencoba untuk menyembunyikan keinginan yang tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 11 Tidak Lagi Bisa Berduaan

    Lucian mulai menelusuri situs berita, melihat judul berita teratas dan matanya memperbesar ketika dia melihat apa yang tertulis. "Kekuatan berita di internet benar-benar luar biasa. Bagaimana mereka bisa merilis dalam Waktu beberapa jam," ucap Lucian dengan suara tegang. "Sepertinya apa yang di foto itu memang benar adanya ya. Kau juga pindah dan tinggal bersamanya. Ingatlah, walau tidak banyak orang yang mengetahuinya, tetapi dia tetep keponakanmu, jangan buat dia seperti wanita yang biasa kau kencani." Tuan Gu kembali berbicara di telepon. "Papa, tidak semua yang tertulis itu benar. Aku memang berada di mobil bersama dengan Leanna, tetapi kami tidak melakukan hubungan seperti yang diberitakan. Aku menyayangi Leanna sebagai keponakan, bagaimana bisa aku menghancurkan masa depan keponakanku?" Lucian mengelak. "Jika begitu maka pergilah kencan buta dan mulailah melakukan hubungan yang serius. Lucian, kau sudah tidak muda lagi." Lucian merasa tertekan. "Papa, aku bisa memilih

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 12 Paman, Aku Sudah Merasa Sakit

    Leanna merasa cemburu dan kesal melihat wanita yang tersenyum. Dalam sudut pandangnya, senyuman itu seperti deklarasi perang. Wanita itu memperkenalkan diri. "Hallo, aku Sarah adalah teman masa kecil Lucian. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di swalayan, dan dia menawariku makan malam. “ Sarah menoleh ke arah Lucian. “ Apa kedatanganku menganggu kalian? Sepertinya pacar kecilmu tidak menyukai keberadaanku." Lucian menanggapinya. "Jangan salah paham, keponakan hanya tidak menyukai kedatangan orang lain selain keluarga. " "Keponakan?Aku pikir dia adalah pacarmu. Sebenarnya aku sedikit tidak percaya saat berpikir kau berpacaran dengan seorang gadis ingusan yang tidak berpengalaman untuk me….." "Cukup! Aku mengundangmu datang bukan untuk memberi komentar buruk." Lucian menegur Sarah. Dia beralih pada Leanna yang menatapnya dengan mata merah. "Leanna, maafkan aku karena mengundang seorang teman tanpa bertanya padamu, tapi kau tidak keberatan jika menyediakan tambahan 1 porsi lagi, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 13 Apa Keponakanmu Sexy?

    "Sarah, jangan membahas hal yang tidak masuk akal. Tidak mungkin bagi kita sampai ke tahap seperti itu." Sarah masih tidak menyerah. "Bagaimana mungkin tidak bisa? Keluarga kita sudah saling mengenal dan jika kita bersama, bisnis juga akan semakin berkembang. Lucian, tidakkah ini menguntungkan bagi kita?" Lucian menghela nafas. "Sarah, kau tahu seperti apa diriku, kan? Apa kau pikir aku adalah orang yang rela mengorbankan diri demi keuntungan keluarga?" "Tapi, bagi anak yang terlahir di keluarga terpandang seperti kita sudahi pasti menikah dengan mempertimbangkan keuntungan. Lucian, daripada kita menikah dengan orang asing, kenapa kita tidak bersama saja? Aku pasti akan menjadi istri yang baik." Sarah menatap Lucian dengan penuh harap. "Lupakan! Sarah, jangan buat hubungan kita selama bertahun-tahun menjadi hancur. Aku menghargaimu sebagai teman sekaligus patner kerja. Tidak lebih dari itu!" ucap Lucian dengan tegas. "Apa kau begitu mencintai keponakanmu itu sehingga kau tidak in

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 37 Mengambil Keuntungan

    "Aku tidak menyangka paman akan melakukan hal konyol itu. " Leanna tidak bisa menahan tawanya mendengar apa yang dikatakan oleh Lucian. Dia kembali membalik lembar demi lembar foto-foto masa kecil Lucian yang terlihat konyol. Ada banyak hal tentang wajah Lucian kecil yang penuh dengan krim dan ekspresi lainnya. Bahkan ekspresi cemberut Lucian sangat menggemaskan. Leanna tidak bisa mengendalikan senyumnya. "Aku sudah menujukkan sisi memalukanku saat kecil, kali ini kau akan memaafkanku, kan?" ucap Lucian dengan suaranya yang tenang dan penuh percaya diri. Leanna hanya menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku akan memaafkan paman, jika aku boleh menyimpan salah satu dari foto ini." Lucian tidak memberikan penolakan, "Lakukan apapun yang kau inginkan." Leanna melihat-lihat banyak foto. Namun, foto yang menarik perhatiannya adalah foto saat Lucian tertawa lepas. Di sebelahnya ada seorang wanita. Leanna menoleh ke arah Lucian yang memandang foto itu dengan lembut. Leanna diam-di

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 36 Di Dalam Kotak

    Lucian hampir membuka mulutnya, menanggapi provokasi asistennya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Sebelum Lucian sempat bereaksi, Leanna sudah melangkah bergerakan cepat menarik tubuh Lucian sedikit menjauh dari sang asisten. Leanna memeluk pinggang Lucian dengan erat. Matanya menatap dengan provokatif ke arah pria berkacamata itu. “Jangan coba-coba memprovokasi pamanku!" Tepukan di bahu Lucian secara perlahan terlepaskan. Asistennya mengalihkan tangannya untuk membenarkan posisi kacamatanya, tatapan mata tajam menyiratkan kebencian yang tersembunyi. “Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ucap asisten itu dengan nada datar, tetapi menusuk. “Keponakan sepertimu tidak layak untuk—” Lucian menghentikan asistennya. “Cukup! Lebih baik kau kembali ke kantor. Aku tidak perlu kau ikut campur dalam urusan pribadiku.” “Tuan Lucian, Anda....” Asistennya tidak bisa melanjutkan protesnya, saat melihat tatapan Lucian yang tajam dan mengintimidasi. Sebagai orang yang su

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 35 Kenapa Anda Meminta itu?

    "Tuan Lucian, tidak hanya saya yang mencurigai tentang hubungan Anda dan Nona Leanna, tapi di perusahaan juga tersebar rumor tentang--" ucap Asistennya. Lucian menghela nafas. "Apa aku membayar kalian untuk bergosip? Dengar, kau terlalu banyak menonton film. Sebagai hukumannya, kau harus memeriksa dokumen di meja dan mengurus perbaikannya!" "Tuan Lucian, anda menyalah gunakan jabatan!" "Tidak. Justru karena aku adalah bos, sudah seharusnya bagiku untuk memberikan hukuman yang pantas. Kau juga harus mengurus hadiah untuk Leanna, aku akan mengawasi saat kau memilih." Asistennya hanya bisa pasrah, jika dia menolak, bosnya ini akan menambah hukumannya. Asistennya mulai melajukan mobil menuju ke pusat perbelanjaan. *** Asistennya merasa kelelahan mengikuti kemauan dari bosnya yang masuk ke setiap toko. Bahkan Bosnya juga berdebat dengan para karyawan. "Apa kau yakin pakaian ini benar-benar limited edition dan berkualitas tinggi?" Karyawan itu harus banyak menjelaskan untuk

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 34 Sulit Dibujuk

    "Leanna, hati-hati. Kau jangan terlalu banyak bergerak. Kenapa kau datang? Apa kau sudah tidak marah lagi padaku?" tanya Lucian dengan wajah bahagia. Leanna tidak menjawab. Dia justru memutar pandangan ke arah seorang pria berkacamata itu dan melihat dokumen yang ada di tangan pria itu. "Apa Paman masih mencari tahu lebih lanjut tentang masa laluku? Bukankah aku sudah melarangnya?" "Leanna, aku tidak akan lagi melakukannya," ucap Lucian memegang bahu Leanna. "Lalu dokumen apa yang dibawa oleh pria itu?" ucap Leanna. Lucian menoleh ke arah asistennya. Dia baru saja menyadarinya. Matanya mulai memelototi Asisten yang telah menjadi sumber masalah baru itu. Lucian dengan segera memberikan penjelasan pada Leanna. "Jangan salah paham. Itu hanyalah dokumen tentang bisnis!" "Benarkah?" ucap Leanna masih dengan tatapan curiga. "Tentu. Kau bisa memeriksanya." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Dia berbalik pergi. Lucian menahan tangannya. "Kemana kau pergi? Aku akan menggend

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 33 Apa yang Salah?

    "Kau punya nyali untuk menyinggung keponakanku ya? Apa kau tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya?" ucap Lucian yang kini duduk di sofa ruang tengah. Tatapannya tajam menusuk, tangannya bersilang di depan dadanya. "Tuan, ada apa sebenarnya? Apa Anda marah karena saya meninggalkan apartemen tanpa izin, tapi saya sungguh--" "Kau pergi setelah berdebat dengan Leanna, kan? Bagaimana bisa kau melarikan diri setelah menyakitinya? Kau membuat kondisi Leanna menjadi buruk!" ucap Lucian. Rara terlihat sedikit gugup, tapi masih mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tuan Muda, apa yang kau bicarakan? Saya tidak berdebat dengan Nona. Setelah memberikan buku, saya langsung pergi." Lucian tertawa pahit. "Jangan berbohong, Leanna telah mengatakan yang terjadi padaku. Jika kau tidak memperlakukannya dengan buruk, tidak mungkin Leanna berada dalam kondisi depresinya!" "Tuan Muda, apa kau begitu mempercayai Nona Leanna? Tidakkah Nona sering melakukan trik untuk mengusir para pelayan. Mung

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 32 Siapa yang akan Menang?

    "Nona, Anda mau ke mana? Bukankah Tuan sudah meminta agar Anda tidak meninggalkan rumah dengan keadaan kaki anda yang sedang sakit?" ucap Rara yang sudah berdiri di samping kamar saat Leanna membuka pintu dan berniat untuk keluar. "Kau? Apa kau sudah dari tadi berada di sini? Apa kau begitu punya banyak waktu luang?" ucap Leanna mencibir. "Tidak, karena saya harus mengawasi Anda, membuat pekerjaan saya bertambah. Nona, kenapa Anda tidak kembali ke kamar dan memanfaatkan hadiah dari Tuan Muda," ucap Rara. "Apa buku-buku itu bisa dibilang sebagai hadiah? Aku tidak ingin membaca buku yang semakin membuatku bosan. Aku hanya pergi ke ruang tengah untuk menonton film, jangan menatapku begitu!" Rara masih menatap dengan curiga. "Tapi, di kamar anda ada layar TV. Kenapa Anda harus pergi ke ruang lain?" Leanna merasa kesal. "Kau terlalu banyak bertanya! Tenang saja, aku pastikan bahwa aku tidak akan keluar dari rumah." Rara justru berjalan di depannya, menghadang jalan Leanna.

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 31 Hukuman (18+)

    Lucian hendak mengatakan sesuatu ketika ponselnya berdering. "Aku harus menjawab telepon, tetap duduk diam dan jangan banyak bergerak!" ucap Lucian memberikan peringatan. Lucian melangkah sedikit menjauh. Leanna menatap Lucian dengan penasaran saat melihat ekspresi samar-samar yang ditunjukkan oleh Lucian. Leanna tidak tahu apa yang orang itu bicarakan, dan Lucian hanya menanggapi dengan jawaban singkat yang membuat Leanna kesulitan untuk menebak. "Paman, kau mau ke mana?" ucap Leanna ketika Lucian berjalan melewatinya setelah selesai menerima telepon. "Leanna, aku pergi keluar sebentar. Ada hal yang harus aku tangani. Aku akan menghubungi Rara untuk menemanimu. Jangan banyak bergerak dan jangan keluar dari rumah! Kau mengerti?" Lucian memberikan peringatan. "Paman, bagaimana jika aku merasa bosan. Apa aku tidak boleh pergi jalan-jalan?" "Jika kau ingin aku membawamu ke dokter maka kau bisa nekat melakukan itu!" ucap Lucian yang membuat Leanna terdiam. Lucian mengusap ram

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 30 Sebuah Pilihan

    Lucian menghela nafas, mengatur emosinya dan berbicara selembut yang dia bisa.”Sampai berapa kali kau akan mengusulkan hal ini? Leanna, kau bukan anak kecil lagi yang hidup dalam ingatan tentang impian aneh karena sebuah buku dongengkan?" "Paman, aku serius tentang ini. Bukankah pernikahan adalah--" Lucian memotong ucapan Leanna, "Kau ingin mengatakan pernikahan adalah janji seumur hidup untuk bersama, kan? Tapi, aku tidak bisa mempercayai hal itu. " Lucian menatap Leanna dengan serius. "Aku akan memberikan pilihan padamu." Lucian memberikan jeda selama beberapa detik sebelum akhirnya mengatakan, "Kau ingin tetap tinggal bersamaku, tapi jangan pernah membahas tentang pernikahan lagi dan percayalah padaku bahwa aku akan tetap di sisimu sampai kau tidak lagi membutuhkanku atau kau kembali ke rumah lamamu, hidup sesuai dengan kemauanmu dan aku tidak akan mengendalikanmu lagi. Buat pilihanmu, aku akan menghormati keputusanmu." Leanna terkejut dengan pilihan terakhir yang diberikan

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 29 Jarak yang Terlalu Dekat

    Lucian terkejut dengan tanggapan Leanna yang tidak dia prediksi. "Kenapa kau berpikir begitu? Aku tidak pernah membawa orang lain ke tempat ini selain kau." Leanna menatapnya dengan ekspresi tidak keraguan. "Benarkah? Lalu ke mana Paman mengajak kekasihmu berkencan?" tanya Leanna. "Itu bukan hal yang perlu kau ketahui," ucap Lucian tanpa berniat untuk melanjutkan pembicaraan. "Tidak perlu membahas tentang itu lagi." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Pesanan mereka datang lebih cepat. Paman dan keponakan yang tidak memiliki hubungan darah itu, menikmati makanannya dengan tenang. Lucian tiba-tiba berhenti makan, tangannya terulur menyentuh ujung bibir Leanna. Leanna terkejut dan secara refleks menghindar. Lucian menyadari tindakannya. "Apa aku membuatmu merasa tidak nyaman? Kalau begitu kau bisa bersihkan saus yang tersisa di bibirmu. " Lucian memberikan tisu pada Leanna. "Aku bukannya merasa tidak nyaman, aku hanya sedikit terkejut. Paman, bisakah kau membantuku meng

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status