Share

Chapter 4 Pergi dengan Marah

Author: Tya Prajana
last update Last Updated: 2023-11-30 11:50:08

Wajah tampan Lucian hanya menujukkan ekspresi datar, matanya begitu tajam menatap wanita yang berusaha mempermalukannya itu. "Apa yang ingin kau beritahu pada keponakanku? Kau ingin mengarang cerita seperti kau melakukannya pada para pria yang menjadi targetmu?"

"Lucian, kali ini aku serius bahwa aku--" ucapan wanita itu tiba-tiba terpotong karena sebuah suara.

"Aku benar-benar hamil anakmu, Tuan Liam. Aku sungguh-sungguh. Jika perlu kita lakukan tes!" Suara rekaman yang sama persis seperti wanita itu terdengar dari speaker ponsel milik Lucian.

"Bagaiman kau bisa...." Wanita itu tidak bisa menahan keterkejutannya.

Seringai terukir di bibir Lucian. " Kau pasti tidak menyangka aku mendapatkan rekaman saat kau mengatakan hal yang sama pada Tuan Muda lain untuk menipunya agar mendapatkan uangnya?"

"Lucian, kau salah paham. Kali ini, aku benar-benar...."

"Cukup! Aku bukanlah orang yang bisa kau tipu dengan mudah. Lebih baik kau pergi atau aku bisa saja menanggung hukuman."

Wanita itu merasa takut, tapi dia masih tidak ingin kalah. "Baiklah. Aku mengaku bahwa aku menjebakmu. Namun, bukan berarti tidak akan ada wanita lain yang seperti ini, bukan? Haruskah aku memberitahu keponakanmu itu seperti apa kelakuan pamannya yang sebenarnya?"

"Kenapa kalian hanya diam saja? Cepat bungkam mulut wanita itu dan bawa dia pergi!" teriak Lucian dengan tegas berteriak memberi perintah pada para pegawainya.

Wanita itu langsung di bawa keluar. Lucian dengan cepat menarik Leanna masuk ke dalam rumah .

"Paman, apa yang wanita itu maksud? Apa paman sebenarnya memiliki anak yang lain walau bukan dengan wanita tadi?" tanya Leanna dengan menatap Lucian dengan rasa ingin tahu.

"Jangan dengarkan wanita itu!Aku bukan pria yang sembarangan memiliki anak dengan wanita random," bantah Lucian.

Leanna merasa ada sesuatu yang coba Lucian sembunyikan saat melihat ekspresi wajah datar itu.

"Kenapa kau menatapku? Apa Leanna tidak mempercayai Paman? Aku merasa sedih jika kau merindukanku!" ucap Lucian dengan ekspresi sedih.

Leanna dengan cepat membantah. "Tidak. Aku selalu percaya pada paman!"

"Duduklah, aku akan memeriksa kakimu. Bukankah kau tadi sempat terkilir karena dorongan wanita itu tadi?" Lucian memaksa tubuh Lyla untuk duduk.

"Tidak apa-apa, Paman. Ini akan sembuh dengan sendirinya! Aku tidak merasa sakit sama sekali," ucap Leanna mencoba untuk menyembuhkan rasa sakitnya. Dia merasa tidak nyaman karena Lucian kembali memperlakukannya seperti anak kecil.

"Kau bahkan berjalan dengan pincang, bagaimana bisa tidak sakit. Jangan menyembunyikan rasa sakit dari Pamanmu ini!" Lucian menoleh ke arah pelayan. "Ambilkan air es, perban dan salep!" Para pelayan dengan cepat memenuhi perintah Tuannya.

Lucian berjongkok secara perlahan dia membuat kakinya menjadikan topangan telapak kaki Leanna. Namun, gadis muda itu menarik kakinya. "Kakiku kotor, aku tidak ingin mengotorinya celana mahal paman Lucian."

"Aku bisa membeli celana yang baru jika memang kotor. Jangan banyak bergerak, aku tidak ingin kau merasa semakin sakit," Lucian berbicara dengan begitu lembut dan penuh perhatian.

"Paman, kenapa kau begitu baik padaku? Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, bahkan ketika kakiku terluka."

Lucian yang awalnya menundukkan wajahnya, perlahan mendongak menatap gadis muda yang menunjukkan ekspresi sedih. "Apa tidak ada yang membalut kakimu saat terkilir?"

Leanna tidak menjawab. Gadis berambut panjang berwarna gelap justru mengalihkan pembicaraan. "Paman, apa masih ingat saat aku jatuh dan menangis begitu keras dan saat itu kau datang untuk menghibur dan mengobatiku. Apa Paman tahu bahwa aku menangis saat itu hanya untuk mendapatkan perhatianmu?"

"Lalu, kenapa kau tidak menangis sekarang ini? Aku yakin ini juga menyakitkan."

Leanna terdiam sejenak, wajahnya terlihat begitu sendu. "Karena aku tidak ingin dibenci dan dianggap pengganggu yang akan membuatmu merasa kesal. Bukankah Paman pergi saat itu karena merasa kesal dengan tingkahku."

"Siapa yang mengatakan itu padamu?"

Lagi-lagi Leanna kembali diam seribu bahasa. Lucian mencoba untuk memancingnya, "Apa mamamu yang mengatakannya?"

Leanna langsung bereaksi, mata bulatnya melebar, tubuhnya gemetar bahkan kakinya yang saat ini ada di pangkuan Lucian. Suara yang begitu pelan terdengar samar-samar, "Tidak. Mama, tidak!"

Namun, bagi Lucian itu sebagai sebuah jawaban yang terbalik dengan perkataan Leanna. "Aku tidak akan membencimu. Aku tidak akan pernah bisa membencimu."

"Bahkan walau aku membuat paman kesal, kau tidak akan membenciku?" Leanna bertanya dengan ragu.

"Bagaimana aku bisa merasa kesal melihat wajahmu yang seperti malaikat ini?"

Leanna tersenyum senang. "Paman, mendekatlah padaku!"

Lucian dengan patuh menurut. Mata pria itu melebar saat merasakan kehangatan di bibirnya. Dia dengan cepat mendorongnya dengan kasar.

"Leanna, kau!"

"Apa paman marah?"

Lucian menghela nafas berulang kali. "Aku harus pergi. Pelayan akan membantumu ke kamar."

Lucian langsung pergi begitu saja dengan wajah yang begitu merah. Leanna mencoba mengejarnya tanpa mempedulikan kakinya yang terbalut. "Paman, jangan tinggalkan aku! Paman bilang tidak akan marah padaku, tapi...."

"Leanna! Aku tidak ingin marah padamu. Tetaplah di rumah, aku memilki hal lain yang harus aku lakukan!"

Lucian meninggalkan Leanna setelah berhasil melepaskan genggaman tangan ramping itu dari tangannya yang kekar.

"Nona Leanna, ikut dengan saya. Saya akan membantu memapah Anda." Pelayan itu mengulurkan tangannya.

Dia membantu Leanna untuk naik ke tangga dengan perlahan. Namun, saat sampai di kamar, pelayan itu langsung mendorong Leanna.

"Dasar gadis tidak tahu diri. Kau sudah di tampung, tapi masih mencoba untuk merayu Tuan Muda kami. Keponakan yang memiliki pikiran kotor sepertimu tidak pantas ada!" Pelayan itu mengulurkan tangan untuk menampar Leanna.

Leanna menahan tangan wanita itu, tapi bagaimana tangannya yang kecil dan kurus itu dapat menahan pelayan bertubuh penuh lemak ini? Dia kalah dalam pertahanan diri dan menghadapi pukulan keras di wajahnya cantik gadis muda itu.

"Aku yakin pasti Tuan Muda akan segera mengusir mu. Nikmati saja tidur sebentar di kasur empuk ini. Besok, kau pasti akan diusir oleh Tuan Muda!" Pelayan itu mengejeknya.

Leanna hanya diam tertunduk. Dia baru saja bahagia karena terbebas dari siksaan dan akhirnya bersama dengan seseorang yang begitu perhatian padanya, tapi karena keserakahannya ini?

"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku mau? Semua hal yang aku inginkan selalu saja tidak menginginkanku!" Leanna meluapkan kesedihannya.

"Paman, kenapa paman membawaku jika akhirnya hanya akan meninggalkanku ketika aku berharap banyak padamu? Semua orang sama saja. Tidak ada yang menginginkanku. Apa gunanya, aku hidup?"

Leanna melihat sekeliling ruangan, dia terlihat mencari sesuatu. Leanna mendekat ke arah cermin. Leanna terus memukul cermin itu dengan penuh emosi, meluapkan kekecewaan dan kesedihannya. Serpihan-serpihan kaca hancur berserakan di lantai, mencerminkan keadaan hatinya yang terluka.

Leanna mengambil serpihan kaca yang berserakan di lantai itu. Dia menatap dengan pandangan kosong.

"Kau! Apa yang kau lakukan?" Seseorang tiba-tiba saja datang.

Related chapters

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 5 Paman, Aku Ingin Kau Tidur Denganku

    Seorang wanita yang menggenakan jubah tidur memeluk tubuh Lucian dari belakang. "Sayang, kenapa kau akan pergi? Kita bahkan baru saja mulai." Lucian menepis tangan itu dengan kasar bahkan mendorong wanita itu menjauh. "Aku sedang tidak memiliki mood untuk melanjutkannya." "Kenapa? Apa kau memiliki wanita baru? Siapa wanita yang dapat memuaskanmu lebih dari--" Lucian dengan marah mencengkeram dagu wanita itu. "Diamlah! Apa aku perlu membungkam mulutmu dan membuatmu tidak bisa bicara lagi untuk selamanya?" Wanita itu menatap dengan takut. Lucian melepaskan wanitanya itu dan melemparkan uang. "Mulai seterusnya, aku tidak akan melakukannya denganmu. Jangan muncul lagi di hadapanku!" "Maafkan aku, Tuan Muda. Aku salah." Wanita itu berlutut dan memegang kaki Lucian. Namun, Lucian justru menendangnya. "Jangan merengek! Aku benci wanita melakukan itu." Lucian meninggalkan wanita itu begitu saja. Pria tampan dengan perawakan tinggi melangkahkan kaki masuk ke mobil, melaju ke sebuah

    Last Updated : 2023-12-01
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 6 Paman, Bantu Aku Mandi

    Leanna menunggu apa yang akan terjadi. Jantungnya berdebar dengan kencang, tangannya mengenggam kain sprei dengan erat. Matanya terpejam dengan sudut mata yang sedikit bergetar. Dia sangat gugup dan takut, tapi ini adalah cara untuk menjadi milik Lucian.Beberapa detik berlalu, Leanna mengerutkan keningnya karena tidak merasakan apapun. Leanna perlahan membuka menatap ke arah Lucian. "Paman, kenapa paman tidak….?" Lucian menarik tubuhnya menjauhkan diri dari Leanna. "Tidurlah. Aku tidak akan melakukan hal yang seperti ini lagi." "Tidak! Paman, aku ingin kau melanjutkannya?" Leanna meraih tangan Lucian dengan erat sebelum pria itu pergi. "Kau ketakutan. Aku menyadari jika kau hanya melakukan tindakan kekanakan, tetapi bukan ini yang kau inginkan, bukan? Lain kali jangan lakukan lagi." Lucian melepaskan tangan itu dengan lembut. "Paman, aku tidak takut. Sungguh, kau bisa--" "Jangan katakan itu Leanna. Kau adalah keponakanku yang berharga. Aku ingin menghancurkanmu!" Lucian

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 7 Bolehkan Aku Melewati Batas?

    Jika itu wanita lain, Lucian akan menariknya, mencium seluruh tubuhnya yang indah. Namun, ini keponakannya. Paman macam apa yang akan menodai tubuh keponakannya sendiri? Dia harus tetap tenang. Lucian menatap keponakannya dengan ekspresi datar untuk menyembunyikan hasrat yang bergejolak. Dia melepaskan kancing kemeja dengan tenang. Leanna tiba-tiba saja memeluk Lucian yang membuat pria itu terkejut. "Ini memalukan." ucap Leanna. Lucian melepaskan pelukan Leanna dengan paksa. "Sekarang kau merasa malu setelah memintaku melepaskan pakaianmu? Leanna, kau sudah tahu bahwa kau adalah wanita sekarang, kan? Jangan lagi memintaku melakukannya." "Tapi, Paman. Aku sungguh kesulitan. Meskipun ini memalukan, tetapi aku hanya bisa bergantung pada Paman. Aku tidak bisa membasuh tubuhku sendirian. Lagipula, Paman juga pernah membasuh tubuhku ketika aku demam. Jadi, aku akan berpikir hal yang sama." "Itu tidak sama, Leanna!" Lucian menekan nada suaranya. Lucian memandang lurus ke arah Leanna.

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 8 Aku Hanya Iri Padanya

    "Jangan beritahu Pamanku, aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap Leanna pada resepsionis yang telah memberitahunya lokasi ruangan Lucian. "Tapi, Nona, bisakah Anda menunggu sebentar? Tuan sedang sibuk," ucap Resepsionis itu dengan gugup. "Tidak apa-apa. Aku tidak akan menganggu." "Tapi--" Leanna menyadari keanehan. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi dan Paman coba sembunyikan dariku?" "Tidak, Nona. Hanya saja--" "Kalau begitu tidak masalah jika aku langsung datang, kan?" Leanna langsung melangkah menuju ke dalam Lift. Dia memandang pintu lift dengan resah. Feelingnya mengatakan ada sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan olehnya. Ketika Leanna tiba di depan ruangan, seorang wanita keluar, bibir di lipstiknya berantakan begitu juga dengan rambutnya. Tangannya mengepal dengan erat. Dia tidak ingin memikirkan hal yang akan menyakiti hatinya. Wanita itu tersenyum pada Leanna, tetapi tatapan matanya menunjukkan perasan jengkel. "Apa kau keponakan CEO Gu? Kau seharusn

    Last Updated : 2024-05-08
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 9 Apa Aku Membuatmu Takut?

    Lucian menahan lengan Leanna. "Apa yang kau bicarakan? Kau bukan penghalang bagiku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Leanna, aku tahu kau ingin bersamaku, tetapi kau juga harus memiliki sesuatu untuk menunjang masa depanmu." "Bukankah ada Paman yang dapat menunjang masa depanku? Atau suatu saat paman akan meninggalkanku sendirian?" Lucian menghela nafas. "Kita tidak tahu bagaimana takdir akan berjalan, kan? Saat ini mungkin aku masih bisa melindungimu, tetapi aku memiliki usia yang lebih tua darimu. Suatu saat aku akan pergi dan--" Leanna langsung memeluk Lucian. "Tolong jangan. Aku tidak akan sanggup tanpa Paman. Aku tidak ingin Paman pergi meninggalkanku. Aku akan menyusul Paman kemanapun itu." Lucian memeluk Leanna. "Kenapa kau begitu keras kepala. Baiklah, aku bisa memberimu pekerjaan yang kau inginkan. Datanglah ketika kau menginginkannya. Kau akan membantuku mengatur dokumen.” Lucian melepaskan pelukannya, mengusap lembut pipi Leanna. “Jangan sedih lagi, aku juga tidak a

    Last Updated : 2024-05-09
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 10 Apa Mereka Bersama?

    "Aku tidak ingat memilih pakaian seperti ini." Lucian memperhatikan penampilan Leanna. Dress tanpa lengan warna gelap yang tipis dan terlalu rendah dibagian lehernya, dan panjang gaun yang lebih pendek mengekspos kaki putih Leanna yang jenjang. Lucian menelan ludah. "Pakaian ini, kau hanya boleh gunakan saat tidur." Leanna mengangguk dengan polos. "Ya, paman." "Ganti pakaianmu. Aku akan menunggu di luar. " Baru beberapa langkah Lucian keluar, Leanna kembali keluar masih dengan pakaian tadi. "Kenapa kau belum menggantinya?" "Paman, aku tidak bisa melepaskan resleting. Sepertinya tersangkut. Bisakah Paman membantuku?" ucap Leanna dengan semu merah. Lucian dengan ragu masuk ke ruang ganti. "Berbaliklah!" Leanna berbalik dan menatap cermin di depannya. Lucian agar tetap tenang, sementara tangan-tangannya bergerak dengan cepat menarik resleting itu. Dia segera mengalihkan setelah membantunya dan berjalan keluar dari ruang ganti, mencoba untuk menyembunyikan keinginan yang tida

    Last Updated : 2024-05-09
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 11 Tidak Lagi Bisa Berduaan

    Lucian mulai menelusuri situs berita, melihat judul berita teratas dan matanya memperbesar ketika dia melihat apa yang tertulis. "Kekuatan berita di internet benar-benar luar biasa. Bagaimana mereka bisa merilis dalam Waktu beberapa jam," ucap Lucian dengan suara tegang. "Sepertinya apa yang di foto itu memang benar adanya ya. Kau juga pindah dan tinggal bersamanya. Ingatlah, walau tidak banyak orang yang mengetahuinya, tetapi dia tetep keponakanmu, jangan buat dia seperti wanita yang biasa kau kencani." Tuan Gu kembali berbicara di telepon. "Papa, tidak semua yang tertulis itu benar. Aku memang berada di mobil bersama dengan Leanna, tetapi kami tidak melakukan hubungan seperti yang diberitakan. Aku menyayangi Leanna sebagai keponakan, bagaimana bisa aku menghancurkan masa depan keponakanku?" Lucian mengelak. "Jika begitu maka pergilah kencan buta dan mulailah melakukan hubungan yang serius. Lucian, kau sudah tidak muda lagi." Lucian merasa tertekan. "Papa, aku bisa memilih

    Last Updated : 2024-05-11
  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 12 Paman, Aku Sudah Merasa Sakit

    Leanna merasa cemburu dan kesal melihat wanita yang tersenyum. Dalam sudut pandangnya, senyuman itu seperti deklarasi perang. Wanita itu memperkenalkan diri. "Hallo, aku Sarah adalah teman masa kecil Lucian. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di swalayan, dan dia menawariku makan malam. “ Sarah menoleh ke arah Lucian. “ Apa kedatanganku menganggu kalian? Sepertinya pacar kecilmu tidak menyukai keberadaanku." Lucian menanggapinya. "Jangan salah paham, keponakan hanya tidak menyukai kedatangan orang lain selain keluarga. " "Keponakan?Aku pikir dia adalah pacarmu. Sebenarnya aku sedikit tidak percaya saat berpikir kau berpacaran dengan seorang gadis ingusan yang tidak berpengalaman untuk me….." "Cukup! Aku mengundangmu datang bukan untuk memberi komentar buruk." Lucian menegur Sarah. Dia beralih pada Leanna yang menatapnya dengan mata merah. "Leanna, maafkan aku karena mengundang seorang teman tanpa bertanya padamu, tapi kau tidak keberatan jika menyediakan tambahan 1 porsi lagi, k

    Last Updated : 2024-05-12

Latest chapter

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 37 Mengambil Keuntungan

    "Aku tidak menyangka paman akan melakukan hal konyol itu. " Leanna tidak bisa menahan tawanya mendengar apa yang dikatakan oleh Lucian. Dia kembali membalik lembar demi lembar foto-foto masa kecil Lucian yang terlihat konyol. Ada banyak hal tentang wajah Lucian kecil yang penuh dengan krim dan ekspresi lainnya. Bahkan ekspresi cemberut Lucian sangat menggemaskan. Leanna tidak bisa mengendalikan senyumnya. "Aku sudah menujukkan sisi memalukanku saat kecil, kali ini kau akan memaafkanku, kan?" ucap Lucian dengan suaranya yang tenang dan penuh percaya diri. Leanna hanya menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku akan memaafkan paman, jika aku boleh menyimpan salah satu dari foto ini." Lucian tidak memberikan penolakan, "Lakukan apapun yang kau inginkan." Leanna melihat-lihat banyak foto. Namun, foto yang menarik perhatiannya adalah foto saat Lucian tertawa lepas. Di sebelahnya ada seorang wanita. Leanna menoleh ke arah Lucian yang memandang foto itu dengan lembut. Leanna diam-di

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 36 Di Dalam Kotak

    Lucian hampir membuka mulutnya, menanggapi provokasi asistennya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Sebelum Lucian sempat bereaksi, Leanna sudah melangkah bergerakan cepat menarik tubuh Lucian sedikit menjauh dari sang asisten. Leanna memeluk pinggang Lucian dengan erat. Matanya menatap dengan provokatif ke arah pria berkacamata itu. “Jangan coba-coba memprovokasi pamanku!" Tepukan di bahu Lucian secara perlahan terlepaskan. Asistennya mengalihkan tangannya untuk membenarkan posisi kacamatanya, tatapan mata tajam menyiratkan kebencian yang tersembunyi. “Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ucap asisten itu dengan nada datar, tetapi menusuk. “Keponakan sepertimu tidak layak untuk—” Lucian menghentikan asistennya. “Cukup! Lebih baik kau kembali ke kantor. Aku tidak perlu kau ikut campur dalam urusan pribadiku.” “Tuan Lucian, Anda....” Asistennya tidak bisa melanjutkan protesnya, saat melihat tatapan Lucian yang tajam dan mengintimidasi. Sebagai orang yang su

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 35 Kenapa Anda Meminta itu?

    "Tuan Lucian, tidak hanya saya yang mencurigai tentang hubungan Anda dan Nona Leanna, tapi di perusahaan juga tersebar rumor tentang--" ucap Asistennya. Lucian menghela nafas. "Apa aku membayar kalian untuk bergosip? Dengar, kau terlalu banyak menonton film. Sebagai hukumannya, kau harus memeriksa dokumen di meja dan mengurus perbaikannya!" "Tuan Lucian, anda menyalah gunakan jabatan!" "Tidak. Justru karena aku adalah bos, sudah seharusnya bagiku untuk memberikan hukuman yang pantas. Kau juga harus mengurus hadiah untuk Leanna, aku akan mengawasi saat kau memilih." Asistennya hanya bisa pasrah, jika dia menolak, bosnya ini akan menambah hukumannya. Asistennya mulai melajukan mobil menuju ke pusat perbelanjaan. *** Asistennya merasa kelelahan mengikuti kemauan dari bosnya yang masuk ke setiap toko. Bahkan Bosnya juga berdebat dengan para karyawan. "Apa kau yakin pakaian ini benar-benar limited edition dan berkualitas tinggi?" Karyawan itu harus banyak menjelaskan untuk

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 34 Sulit Dibujuk

    "Leanna, hati-hati. Kau jangan terlalu banyak bergerak. Kenapa kau datang? Apa kau sudah tidak marah lagi padaku?" tanya Lucian dengan wajah bahagia. Leanna tidak menjawab. Dia justru memutar pandangan ke arah seorang pria berkacamata itu dan melihat dokumen yang ada di tangan pria itu. "Apa Paman masih mencari tahu lebih lanjut tentang masa laluku? Bukankah aku sudah melarangnya?" "Leanna, aku tidak akan lagi melakukannya," ucap Lucian memegang bahu Leanna. "Lalu dokumen apa yang dibawa oleh pria itu?" ucap Leanna. Lucian menoleh ke arah asistennya. Dia baru saja menyadarinya. Matanya mulai memelototi Asisten yang telah menjadi sumber masalah baru itu. Lucian dengan segera memberikan penjelasan pada Leanna. "Jangan salah paham. Itu hanyalah dokumen tentang bisnis!" "Benarkah?" ucap Leanna masih dengan tatapan curiga. "Tentu. Kau bisa memeriksanya." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Dia berbalik pergi. Lucian menahan tangannya. "Kemana kau pergi? Aku akan menggend

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 33 Apa yang Salah?

    "Kau punya nyali untuk menyinggung keponakanku ya? Apa kau tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya?" ucap Lucian yang kini duduk di sofa ruang tengah. Tatapannya tajam menusuk, tangannya bersilang di depan dadanya. "Tuan, ada apa sebenarnya? Apa Anda marah karena saya meninggalkan apartemen tanpa izin, tapi saya sungguh--" "Kau pergi setelah berdebat dengan Leanna, kan? Bagaimana bisa kau melarikan diri setelah menyakitinya? Kau membuat kondisi Leanna menjadi buruk!" ucap Lucian. Rara terlihat sedikit gugup, tapi masih mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tuan Muda, apa yang kau bicarakan? Saya tidak berdebat dengan Nona. Setelah memberikan buku, saya langsung pergi." Lucian tertawa pahit. "Jangan berbohong, Leanna telah mengatakan yang terjadi padaku. Jika kau tidak memperlakukannya dengan buruk, tidak mungkin Leanna berada dalam kondisi depresinya!" "Tuan Muda, apa kau begitu mempercayai Nona Leanna? Tidakkah Nona sering melakukan trik untuk mengusir para pelayan. Mung

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 32 Siapa yang akan Menang?

    "Nona, Anda mau ke mana? Bukankah Tuan sudah meminta agar Anda tidak meninggalkan rumah dengan keadaan kaki anda yang sedang sakit?" ucap Rara yang sudah berdiri di samping kamar saat Leanna membuka pintu dan berniat untuk keluar. "Kau? Apa kau sudah dari tadi berada di sini? Apa kau begitu punya banyak waktu luang?" ucap Leanna mencibir. "Tidak, karena saya harus mengawasi Anda, membuat pekerjaan saya bertambah. Nona, kenapa Anda tidak kembali ke kamar dan memanfaatkan hadiah dari Tuan Muda," ucap Rara. "Apa buku-buku itu bisa dibilang sebagai hadiah? Aku tidak ingin membaca buku yang semakin membuatku bosan. Aku hanya pergi ke ruang tengah untuk menonton film, jangan menatapku begitu!" Rara masih menatap dengan curiga. "Tapi, di kamar anda ada layar TV. Kenapa Anda harus pergi ke ruang lain?" Leanna merasa kesal. "Kau terlalu banyak bertanya! Tenang saja, aku pastikan bahwa aku tidak akan keluar dari rumah." Rara justru berjalan di depannya, menghadang jalan Leanna.

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 31 Hukuman (18+)

    Lucian hendak mengatakan sesuatu ketika ponselnya berdering. "Aku harus menjawab telepon, tetap duduk diam dan jangan banyak bergerak!" ucap Lucian memberikan peringatan. Lucian melangkah sedikit menjauh. Leanna menatap Lucian dengan penasaran saat melihat ekspresi samar-samar yang ditunjukkan oleh Lucian. Leanna tidak tahu apa yang orang itu bicarakan, dan Lucian hanya menanggapi dengan jawaban singkat yang membuat Leanna kesulitan untuk menebak. "Paman, kau mau ke mana?" ucap Leanna ketika Lucian berjalan melewatinya setelah selesai menerima telepon. "Leanna, aku pergi keluar sebentar. Ada hal yang harus aku tangani. Aku akan menghubungi Rara untuk menemanimu. Jangan banyak bergerak dan jangan keluar dari rumah! Kau mengerti?" Lucian memberikan peringatan. "Paman, bagaimana jika aku merasa bosan. Apa aku tidak boleh pergi jalan-jalan?" "Jika kau ingin aku membawamu ke dokter maka kau bisa nekat melakukan itu!" ucap Lucian yang membuat Leanna terdiam. Lucian mengusap ram

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 30 Sebuah Pilihan

    Lucian menghela nafas, mengatur emosinya dan berbicara selembut yang dia bisa.”Sampai berapa kali kau akan mengusulkan hal ini? Leanna, kau bukan anak kecil lagi yang hidup dalam ingatan tentang impian aneh karena sebuah buku dongengkan?" "Paman, aku serius tentang ini. Bukankah pernikahan adalah--" Lucian memotong ucapan Leanna, "Kau ingin mengatakan pernikahan adalah janji seumur hidup untuk bersama, kan? Tapi, aku tidak bisa mempercayai hal itu. " Lucian menatap Leanna dengan serius. "Aku akan memberikan pilihan padamu." Lucian memberikan jeda selama beberapa detik sebelum akhirnya mengatakan, "Kau ingin tetap tinggal bersamaku, tapi jangan pernah membahas tentang pernikahan lagi dan percayalah padaku bahwa aku akan tetap di sisimu sampai kau tidak lagi membutuhkanku atau kau kembali ke rumah lamamu, hidup sesuai dengan kemauanmu dan aku tidak akan mengendalikanmu lagi. Buat pilihanmu, aku akan menghormati keputusanmu." Leanna terkejut dengan pilihan terakhir yang diberikan

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 29 Jarak yang Terlalu Dekat

    Lucian terkejut dengan tanggapan Leanna yang tidak dia prediksi. "Kenapa kau berpikir begitu? Aku tidak pernah membawa orang lain ke tempat ini selain kau." Leanna menatapnya dengan ekspresi tidak keraguan. "Benarkah? Lalu ke mana Paman mengajak kekasihmu berkencan?" tanya Leanna. "Itu bukan hal yang perlu kau ketahui," ucap Lucian tanpa berniat untuk melanjutkan pembicaraan. "Tidak perlu membahas tentang itu lagi." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Pesanan mereka datang lebih cepat. Paman dan keponakan yang tidak memiliki hubungan darah itu, menikmati makanannya dengan tenang. Lucian tiba-tiba berhenti makan, tangannya terulur menyentuh ujung bibir Leanna. Leanna terkejut dan secara refleks menghindar. Lucian menyadari tindakannya. "Apa aku membuatmu merasa tidak nyaman? Kalau begitu kau bisa bersihkan saus yang tersisa di bibirmu. " Lucian memberikan tisu pada Leanna. "Aku bukannya merasa tidak nyaman, aku hanya sedikit terkejut. Paman, bisakah kau membantuku meng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status