"Bear, akhirnya kamu pulang."Saat Leo datang, Alana langsung menyambutnya dengan pelukan erat. Dalam hatinya merasa lega karena Leo telah kembali, sehingga dia tidak merasa sendirian."Iya, Sayang."Leo membalas pelukan Alana dengan kehangatan dan peluk kerinduan. Yang dirasakan Alana, Leo juga merasakannya. Hanya saja, perasaan lega Leo lebih daripada rasa syukur karena melihat Alana baik-baik saja tanpa kurang satu apa pun.Setelah beberapa saat saling mengobati rasa rindu, Leo merenggangkan pelukannya. Mengalihkan kedua tangan untuk mendekap wajah cantik Alana dengan sentuhan lembut. Satu kecupan pun diberikan pada kening Alana sebagai ungkapan rasa cinta dan kasih sayangnya."Apa kamu merindukan aku?" tanyanya dengan suara lembut sembari membelai rambut halus Alana."Emm." Alana mengangguk manja. "Aku sangat merindukanmu, Bear," jawabnya dengan wajah berseri dan manja.Cup.Satu kecupan mendarat pada bibir kenyal Alana."Aku juga sangat merindukanmu," balas Leo merasakan hal yang
"Halo!" sapa Alana dengan suara sedikit serak khas orang baru bangun tidur karena hari memang masih sangat pagi saat ponselnya berdering.Tidak ada jawaban, hanya ada suara hujan dan guntur."Halo! Siapa ini?" tanyanya lagi.Mata Alana kembali terpejam setelah melihat sekilas siapa yang menelponnya pagi-pagi buta. Bahkan di saat cuaca mendukung untuk tetap bersembunyi mencari kehangatan di balik selimut tebal, di saat hujan deras mengguyur bumi disertai guntur dan kilat, seseorang yang tidak dikenal melakukan panggilan ke dalam ponselnya.Sekali lagi sapaan dan pertanyaannya tidak mendapat balasan. Karena cuaca saat ini hujan, ditambah dengan suhu pendingin ruangan, Alana merasa kedinginan. Dia pun mengabaikan orang yang menghubunginya dan tidak mau ambil pusing. Karena tidak juga mendapat respon baik, Alana menutup ponselnya dan kembali tidur.Dia memilih mencari kehangatan ekstra dengan merapatkan diri pada Leo dan memeluknya, daropada harus meladeni orang iseng. Pelukan ini disamb
"Kamu yakin mereka membuat janji di sini?" Sembari bertanya, Damian mengedarkan pandangnya ke sekitar memperhatikan setiap pengunjung di sekitar mereka. Meski sedang mencari seseorang yang mereka anggap mencurigakan, tapi Damian melakukan dengan sewajarnya saja, sehingga tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk mencurigai mereka."Dari yang dia katakan, dia akan menunggunya di tempat ini," jawab Leo.Leo juga melakukan hal yang sama. Mengedarkan pandang mencari seseorang yang mungkin bisa dicurigai sebagai orang yang meminta Alana datang menemuinya.Beberapa hari lalu, seseorang menghubungi Alana dan memintanya datang ke sebuah restauran. Katanya, ada hal penting yang ingin disampaikan tentang masa lalunya dan tentang siapa Alana sebenarnya. Si penelpon tidak tau kalau orang yang diajaknya bicara bukan Alana, melainkan Leo."Apa dia juga mengatakan di meja mana Alana harus menunggu?" "Tidak. Dia hanya meminta Alana datang ke restauran ini di hari Kamis, pukul sepuluh," jawab L
"Nona!" Wanita yang tadi trolinya menabrak troli Alana mengejar Alana saat dia hendak pergi setelah membayar belanjaannya di kasir."Nona, sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku traktir kamu minum kopi atau lemon tea siang ini?" tanya wanita itu setelah mencapai tempat Alana berdiri. "Tidak lama, hanya sebentar saja. Karena, kalau aku tidak melakukan ini, maka aku akan terus merasa bersalah padamu."Alana memfokuskan pandangannya pada wanita tersebut dengan tatapan yang tajam dan terus-menerus. Meskipun tidak merasa marah, ia tengah memikirkan dengan serius tawaran yang diberikan oleh wanita itu. Alana bertanya-tanya mengapa wanita itu begitu bernafsu untuk mengajaknya minum, padahal sebelumnya Alana sudah menolak saat diajak makan.Ketidaknyamanan mulai dirasakan oleh Alana, sehingga ia menghela napas panjang dan berusaha mempertahankan kesabarannya. Sebelum memberikan jawaban atas tawaran dari wanita tersebut, Alana melihat sekeliling terlebih dahulu untuk memastikan situasi
"Om, kamu sudah pulang?"Tubuh Alana sedikit melonjak, tiba-tiba Leo mendekap dan memeluknya dari belakang. Lamunannya seketika buyar. Rasa dingin yang tadi menusuk kulitnya karena angin malam, kini telah terhalang oleh kehangatan tubuh Leo yang melekat pada punggungnya."Em. Baru saja pulang," jawab Leo dengan suara sangat lembut.Memeluk tubuh ramping Alana membuat pikiran dan hatinya menjadi tenang dan nyaman. Terlebih saat mencium aroma segar tubuh kecil istrinya, Leo semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam ceruk leher jenjang Alana menikmati setiap inci keharuman yang melekat pada kulit mulus Alana.Mendapat dekapan dan pelukan erat Leo, serta ciuman pada lehernya, Alana merespon dengan menekuk sedikit kepala. Sentuhan lembut bibir Leo pada kulit lehernya serta embusan napas hangatnya, jelas saja membuat darah dalam tubuhnya berdesir. Alana memejamkan mata sesaat menikmati desiran dalam darahnya, lalu kembali menatap langit malam."Kenapa melamun, Sayang?" tanya Leo meletakkan d
"Apa kamu tidak mengenalnya?" Leo mengembalikan pertanyaan Alana.Alana melonggarkan tangan Leo dari pinggangnya, lalu memutar badan untuk saling berhadapan. Kali ini Alana melingkarkan kedua tangan pada tengkuk Leo. Alana bergelayut manja dengan wajah berseri, menanti jawaban."Apa kamu pikir aku mengenalnya?" Kembali Alana bertanya. Sorot matanya menunjukkan kalau keingintahuannya besar."Ya. Bahkan kamu bukan hanya mengenalnya saja, tapi kamu sangat memahami dan mengerti gadis kecil itu," jawab Leo memberi senyum lembut.Alana terdiam, semakin melekatkan pandangnya. Dia ingin tau, apakah jawaban Leo tentang siapa gadis kecil yang bernama Pelangi Jingga itu sama dengan apa yang dikatakan oleh Tanty padanya.Melihat Alana terdiam, Leo kembali tersenyum. Lalu, dia pun melepaskan tangan dari pinggang Alana. Tapi, tidak melepaskan begitu saja, Leo hanya memindahkan tangannya untuk meraih tangan Alana dan menggenggamnya lembut."Mari, aku perkenalkan!" Leo menarik tangan Alana untuk meng
"Alana, kamu yakin mereka adalah keluarga papamu?" Leo kembali mempertanyakan keyakinan Alana.Alana mengarahkan matanya lekat pada Leo. Sesungguhnya, kalau ditanya, apakah dia yakin orang yang akan mereka temui adalah keluarganya atau bukan, dia juga tidak tau. Hatinya tidak bisa mengatakan yakin, tapi juga tidak bisa mengatakan tidak."Dia bilang akan membawa bukti," jawab Alana.Wajah Alana tampak gelisah dan tidak tenang. Ketika mendengar bahwa dia masih memiliki keluarga dari papanya, jelas saja dia sangat senang. Karena ternyata, dia tidak sendirian di dunia ini, dia masih memiliki keluarga lain selain Leo setelah kematian kedua orangtuanya. Namun, di sisi lain hatinya, dia juga merasa ragu, apakah mereka benar keluarga atau hanya orang lain yang mengaku sebagai keluarga?Andai mereka benar adalah keluarganya, kenapa baru sekarang mereka datang mencarinya setelah umurnya hampir menginjak 21 tahun? Dan kenapa mereka tidak mengatakan sejak pertama kali mereka bertemu di pesta mala
"Aku menyesal karena saat itu tidak bisa mencegah mereka pergi menggunakan kereta. Andai saat itu mereka mempercayai aku dan tidak pergi, mungkin sampai saat ini mereka masih hidup dan kita masih bisa berkumpul bersama," ucap Carlos.Kembali pria itu menunjukkan kesedihan dan penyesalannya saat mengenang dan menceritakan tentang kecelakaan kereta api yang merenggut nyawa kedua orangtua Alana. Bahkan air mata Carlos mengalir di sudut matanya. Terlihat jelas pria itu sedang menahan kesedihan dan menyesalan yang mendalam."Pa!" Tanty kembali mengusap lengan Carlos. "Jangan diingat lagi! Semua sudah berlalu. Lagi pula ini bukan salahmu, kamu sudah berusaha mengingatkan mereka.""Ini semua salahku, Ma. Andai aku bisa menahan mereka, mereka pasti tidak akan mengalami kecelakaan itu." Tangis dan kesedihan Carlos semakin menjadi. Bahkan mampu menarik perhatian pengunjung restauran lain yang duduk di dekat mereka.Karena hal ini, Alana mengedarkan pandang ke sekitar. Dia mera