"Om, kamu sudah pulang?"Tubuh Alana sedikit melonjak, tiba-tiba Leo mendekap dan memeluknya dari belakang. Lamunannya seketika buyar. Rasa dingin yang tadi menusuk kulitnya karena angin malam, kini telah terhalang oleh kehangatan tubuh Leo yang melekat pada punggungnya."Em. Baru saja pulang," jawab Leo dengan suara sangat lembut.Memeluk tubuh ramping Alana membuat pikiran dan hatinya menjadi tenang dan nyaman. Terlebih saat mencium aroma segar tubuh kecil istrinya, Leo semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam ceruk leher jenjang Alana menikmati setiap inci keharuman yang melekat pada kulit mulus Alana.Mendapat dekapan dan pelukan erat Leo, serta ciuman pada lehernya, Alana merespon dengan menekuk sedikit kepala. Sentuhan lembut bibir Leo pada kulit lehernya serta embusan napas hangatnya, jelas saja membuat darah dalam tubuhnya berdesir. Alana memejamkan mata sesaat menikmati desiran dalam darahnya, lalu kembali menatap langit malam."Kenapa melamun, Sayang?" tanya Leo meletakkan d
"Apa kamu tidak mengenalnya?" Leo mengembalikan pertanyaan Alana.Alana melonggarkan tangan Leo dari pinggangnya, lalu memutar badan untuk saling berhadapan. Kali ini Alana melingkarkan kedua tangan pada tengkuk Leo. Alana bergelayut manja dengan wajah berseri, menanti jawaban."Apa kamu pikir aku mengenalnya?" Kembali Alana bertanya. Sorot matanya menunjukkan kalau keingintahuannya besar."Ya. Bahkan kamu bukan hanya mengenalnya saja, tapi kamu sangat memahami dan mengerti gadis kecil itu," jawab Leo memberi senyum lembut.Alana terdiam, semakin melekatkan pandangnya. Dia ingin tau, apakah jawaban Leo tentang siapa gadis kecil yang bernama Pelangi Jingga itu sama dengan apa yang dikatakan oleh Tanty padanya.Melihat Alana terdiam, Leo kembali tersenyum. Lalu, dia pun melepaskan tangan dari pinggang Alana. Tapi, tidak melepaskan begitu saja, Leo hanya memindahkan tangannya untuk meraih tangan Alana dan menggenggamnya lembut."Mari, aku perkenalkan!" Leo menarik tangan Alana untuk meng
"Alana, kamu yakin mereka adalah keluarga papamu?" Leo kembali mempertanyakan keyakinan Alana.Alana mengarahkan matanya lekat pada Leo. Sesungguhnya, kalau ditanya, apakah dia yakin orang yang akan mereka temui adalah keluarganya atau bukan, dia juga tidak tau. Hatinya tidak bisa mengatakan yakin, tapi juga tidak bisa mengatakan tidak."Dia bilang akan membawa bukti," jawab Alana.Wajah Alana tampak gelisah dan tidak tenang. Ketika mendengar bahwa dia masih memiliki keluarga dari papanya, jelas saja dia sangat senang. Karena ternyata, dia tidak sendirian di dunia ini, dia masih memiliki keluarga lain selain Leo setelah kematian kedua orangtuanya. Namun, di sisi lain hatinya, dia juga merasa ragu, apakah mereka benar keluarga atau hanya orang lain yang mengaku sebagai keluarga?Andai mereka benar adalah keluarganya, kenapa baru sekarang mereka datang mencarinya setelah umurnya hampir menginjak 21 tahun? Dan kenapa mereka tidak mengatakan sejak pertama kali mereka bertemu di pesta mala
"Aku menyesal karena saat itu tidak bisa mencegah mereka pergi menggunakan kereta. Andai saat itu mereka mempercayai aku dan tidak pergi, mungkin sampai saat ini mereka masih hidup dan kita masih bisa berkumpul bersama," ucap Carlos.Kembali pria itu menunjukkan kesedihan dan penyesalannya saat mengenang dan menceritakan tentang kecelakaan kereta api yang merenggut nyawa kedua orangtua Alana. Bahkan air mata Carlos mengalir di sudut matanya. Terlihat jelas pria itu sedang menahan kesedihan dan menyesalan yang mendalam."Pa!" Tanty kembali mengusap lengan Carlos. "Jangan diingat lagi! Semua sudah berlalu. Lagi pula ini bukan salahmu, kamu sudah berusaha mengingatkan mereka.""Ini semua salahku, Ma. Andai aku bisa menahan mereka, mereka pasti tidak akan mengalami kecelakaan itu." Tangis dan kesedihan Carlos semakin menjadi. Bahkan mampu menarik perhatian pengunjung restauran lain yang duduk di dekat mereka.Karena hal ini, Alana mengedarkan pandang ke sekitar. Dia mera
"Leo, kamu yakin akan membiarkan mereka mendekati Alana?" Damian kembali mempertanyakan pertanyaan ini pada Leo. Padahal, dia pernah mengajukan pertanyaan yang sama sebelumnya dan jawaban Leo juga masih sama."Ya. Aku sangat yakin dan aku sudah memikirkan resikonya." "Tapi, bagaimana dengan Alana? Bagaimana kalau mereka menghasut Alana? Bagaimana kalau yang ditakutkan orangtuanya benar terjadi?" Lagi-lagi Damian mencecar Leo dengan banyak pertanyaan. Meski terkesan cerewet dan terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya dan Alana, tapi Leo sama sekali tidak menganggapnya begitu. Damian adalah sahabatnya, orang yang selama ini menjadi tempat bertukar pikiran.Damian juga melakukan semua ini karena dia sangat menyayangi Alana. Jadi, tidak ada alasan bagi Leo untuk marah atau melarang Damian ikut campur tentang urusan peribadi dirinya dengan Alana."Aku butuh memancing mereka untuk mengungkap kebenaran yang selama ini tidak ada tanda untuk bisa terungkap. Mungkin, dengan kehadiran me
"Yah, Pa, kok malah hujan?" Tanty memasang wajah kaget bercampur sedih ketika melihat langit menurunkan air hujan di saat mereka bersiap untuk pulang."Iya, Ma. Deras sekali hujannya," sahut Carlos."Bagaimana kita pulangnya, Pa?" Tanty tampak bingung. Beberapa kali wanita itu melongok ke arah luar, ke langit malam yang semakin gelap dan tidak terlihat karena hujan turun dengan deras. Beberapa kali juga terlihat kilat dan guntur kecil menggelegar.Rupanya, bukan hanya Tanty yang tampak kebingungan dan resah, tapi juga Carlos. Pria setengah baya itu tampak gelisah dan tidak tenang. Beberapa kali juga melihat ke luar dan menatap langit malam. Padahal, tanpa harus melakukan hal seperti itu, seharusnya mereka sudah tahu bila hujan memang turun dengan sangat deras karena saat ini mereka berada di teras rumah."Aku bisa minta Damian mengambilkan payung dan mengantar kalian masuk ke dalam mobil," ucap Leo.Sembari melipat kedua tangan di depan dada, Leo berdiri dengan tenang memperhatikan
"Bear, seandainya suatu saat nanti ada yang menfitnah aku mengkhianati cinta kita, apakah kamu masih tetap percaya padaku?" tanya Alana.Sejujurnya, tanpa bertanya pun, dia sudah tau jawaban Leo. Namun, Alana hanya ingin menenangkan hatinya saja.Cup!Satu kecupan mendarat lembut pada kening Alana. Leo juga memberikan kecupan lembut pada punggung tangan Alana sebagai bentuk cinta dan kepercayaannya yang besar. Tatapannya teduh menentramkan."Bagaimana kalau hal itu terjadi padaku? Apa kamu masih percaya padaku?" Leo membalikkan pertanyaan itu pada Alana."Aku percaya padamu, Bear," jawab Alana, lalu berhambur ke dalam pelukan Leo. Alana menyandarkan kepala pada dada bidang Leo. Merasakan detak jantung dan juga merasakan pergerakan dada Leo. Di sana, di setiap pergerakan dadanya, di setiap detak jantungnya, Alana percaya, ada cinta mereka.Dalam dekapan dan pelukan hangat Leo, Alana tertidur dengan sangat nyenyak. Ditambah hujan deras membawa suasana dingin, Alana semakin mencari keha
"Maksudnya, Om?" Alana mengernyitkan kulit dahi dengan tatapan penuh keingintahuan.Namun, Carlos tidak langsung menjawab, melainkan mengedarkan bola mata ke sekitar seolah sedang memeriksa situasi."Alana, lupakan saja!" ucapnya sembari membuang muka setelah kembali melihat Alana.Dia tampak enggan menceritakan apa yang ingin diketahui oleh Alana. Bahkan mimik wajah dan gestur tubuhnya, seolah Carlos menyimpan sebuah rahasia besar. Namun, seperti tabu untuk dikatakan pada Alana. Pria itu menggantung informasi yang ingin diketahui Alana."Om!" panggil Alana. "Ada apa ini?" Alana semakin penasaran.Setelah tidak mendapat jawaban dari Carlos, Alana mengalihkan pandang ke arah Tanty. Saat mata mereka saling beradu, sesaat kemudian Tanty pun memalingkan wajah darinya. Wanita itu menatap Carlos, suaminya. Sorot matanya seperti sedang melakukan kompromi. Meski tidak yakin apa yang sedang mereka kompromikan, namun Alana merasa Tanty sedang bertanya pada Carlos, apakah dia boleh menyampaikan
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang