Share

Dinas Luar Kota

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-14 07:16:54
“Baik Pak saya segera kembali.” Lalita segera memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Dia tidak membiarkan Arga melanjutkan kalimatnya.

“Ada apa? Kenapa kamu sangat gugup?” Tanya Rangga dengan tatapan sedikit khawatir. “Apa barusan telepon dari Arga?”

Sebenarnya dia masih ingin bercerita banyak dengan Rangga, tapi Lalita harus segera kembali karena jam istirahat sudah usai.

"Maaf Pak, saya harus kembali ke ruang CEO, Pak Arga sudah kembali. Bapak juga ingin bertemu Pak Arga, kan?"

"Tidak, titip salam saja. Aku harus kembali ke kantor." Rangga bangkit dari tempat duduknya.

Lalita mengangguk, lalu bergegas turun. Di belakang wanita itu, Rangga masih tak beranjak dan terus menatap punggung Lalita hingga gadis itu menghilang.

“Selamat siang, Pak. Maaf, saya terlambat.” Dengan napas ngos-ngosan, Lalita memasuki ruangan Arga.

Di hadapannya kini, raut wajah Arga nampak kesal.

"Kamu dari mana?" tanyanya kesal sambil menatap Lalita dengan tajam.

"Makan siang Pak," Dia menunduk.

"Kenapa b
CitraAurora

Pagi kak, hehe pagi2 udah update. Semoga suka ceritanya ya kak, terima kasih untuk yang udah share komentarnya di kolom komentar, mood booster banget. Makasih Kak......

| 16
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Libra Girl
Pria tua mesuuuuummm
goodnovel comment avatar
Indira
lanjut kk author
goodnovel comment avatar
Shanum Eka
cari masalah ni orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ciuman Pertama

    “Bereskan dia!”Dada Arga semakin bergejolak dengan amarah. Andai saja dia tidak memikirkan Lalita yang sudah kepayahan karena minuman itu, dia sudah pasti menghajar Anan-orang tua mesum yang tidak tahu diri itu.Setelah berkata demikian, Arga pun membawa Lalita dalam dekapannya menuju kamar hotel mereka.Arga meletakkan tubuh Lalita di atas tempat tidur, "Istirahatlah kamu mabuk!" Wanita itu menggeleng, dia mengatakan apabila dirinya tidak lah mabuk. "Mana mungkin saya mabuk, Pak?! Saya tidak minum bir!" Dengusan dan gelengan lembut diperlihatkan Arga. “Kamu memang tidak minum bir, tapi minuman yang kamu minum tadi mengandung alkohol yang cukup tinggi,” sahut Arga.Gadis ini berpikir jika minuman yang memabukkan hanya bir saja. Padahal, ada banyak minuman lain yang bisa memabukkan, yang bahkan lebih memabukkan meski diminum hanya sedikit.Lalita tertawa, dia tetap merasa tidak mabuk bahkan wanita itu protes, “Saya hanya minum satu gelas.” Dia membuka lima jarinya dan menunjukkannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bintang Sirius

    Lalita mengangguk, jelas dia ingin tahu apa yang terjadisemalam. Hingga pikirannya melayang ke hal yang merujuk ke ranjang.“Kita tidak melakukan hal itu kan Pak?” Cicitnya pelan dengan raut wajahmemucat.Pria itu tersenyum licik, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Lalita. “Bila kitamelakukan hal itu memangnya kenapa? Bukankah sebuah hal yang wajar apabilasuami istri melakukannya?” Bibir Arga hanya sekian mili dengan bibir Lalita.Ciuman semalam tiba-tiba kembali mencuat membuat pria itu menelan salivakasar. Tak hanya Arga Lalita pun sama, dia semakin gugup. Salivanya juga tertelankasar. “Anda bercanda kan Pak?” Wanita itu meringis berharap apa yang Argaucapkan tidaklah benar.Arga menarik wajahnya, niat awalnya ingin menggoda Lalita tapi kenapa kinidirinya yang tak karuan, ciuman semalam benar-benar membekas di pikirannya. “Sial.” Dia mengumpat pelan.Inilah definisi senjata makan Tuan, niat menggoda tapi…. Malah terkena sendiri.“Iya,” jawab Arga singkat. Tubuh pria itu mal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kecewa Dengan Arga

    “Seenaknya saja bilang aku rindu, siapa juga yang merindukanorang sepertinya!” Gerutu Lalita sambil meletakkan ponselnya.Menggoda Lalita sekarang agaknya jadi hobi baru Arga. Takingin terus mendapatkan pertanyaan dari Arga, wanita itu segera memutussambungan teleponnya.Tapi…. Wanita itu diam sejenak. Berpikir dengan keras,bukankah apa yang barusan dia lakukan adalah bentuk rasa rindu???“Tidak mungkin aku merindukannya! Tidak akan pernah!”tekadnya lagi sebelum kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan lain yang diaada-adakan.Tidak lama, Arga datang bersama Damar, juga Rangga dan satupria lainnya.Lalita mengerutkan kening ketika dia berdiri dan menyambutkedatangan empat pria itu, dan yang dia dapati adalah sikap dingin Arga.Sungguh, berbeda sekali sikap sang suami dengan tadi yangmenggoda di telepon. Lalita tidak mengerti, apakah ini bentuk usaha untukmelindungi status pernikahan mereka yang tidak boleh diketahui oleh Rangga danpria satunya lagi?Sementara Arga bersikap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Lalita Mulai Tak Ingin Berakhir

    “Maaf Pak.” Baru sadar akan sikapnya, Lalita bergegas melepas pelukan Arga. Wanita itu kembali menunduk, takut. Helaan terdengar dari hadapan wanita itu. “Sudahlah, tidak apa-apa.” Seandainya bukan Lalita mungkin Arga bisa marah besar, bahkan dia akan melepas dan membuang pakaian yang dia kenakan. “Sebaiknya Pak Arga mandi, dan berikan bajunya pada saya,” pinta Lalita. “Saya akan mencucinya dengan bersih.” Tidak ingin beradu pendapat lagi, Arga pun bergegas melakukan yang Lalita pinta. Interaksi mereka yang semula tidak enak, kini berangsur kembali normal. Perasaan kecewa dan sakit hati Lalita pun berangsur menghilang, meski dia masih was-was Arga mengulangi kesalahan yang sama. Hingga tengah malam menjelang, di mana Lalita telah tertidur pulas di sofa… Arga yang masih terjaga berdecak kesal saat ponsel milik sang istri terus berbunyi. “Kebiasaan, kenapa tidak menggunakan mode diam saat tidur.” Pria itu turun dari tempat tidurnya kemudian mengambil ponsel sang istri. Saat dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Apa Kamu Menyukainya Ta?

    “Anda sudah mau berangkat Pak?” Keesokan harinya, ketika Lalita membuka matanya terlihat Arga sudah bersiap. Pria yang harus mengurusi proyeknya itu terlihat sangat sibuk. Arga baru baru pulang dini hari, dan kini pagi sekali sudah harus berangkat. Dia mengangguk dengan wajah yang terlihat sangat payah. “Hari ini kemungkinan aku tidak datang ke kantor.” Mendengar kalimat terakhir sang suami, seketika Lalita melemas. Ditinggal separuh hari saja dirinya sudah gusar, apalagi ini seharian? Namun, tentu saja Lalita tidak menyatakan kegusarannya itu. Alih-alih protes pada kesibukan Arga, dia mengangguk. “Baik, Pak.” Setelahnya, Arga bergegas. Tinggallah Lalita yang tidak bersemangat, tetapi harus tetap pergi ke kantor hari ini. Sebelum dia berangkat, Lalita melihat sekilas buku-buku pemberian Arga. Dia mengambil buku-buku itu dan membawanya ke kantor. “Buat bacaan di kantor,” gumam Lalita lalu keluar. Menggunakan taksi online karena sopir pribadinya tengah sakit, Lalita pun pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Drama Mie Instan

    Lalita lantas tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya itu. "Ngaco, mana mungkin Mario!” Tawa wanita itu terdengar begitu lepas dan renyah. “Dia CEO sedangkan aku hanya Upik Abu.”Melihat hal itu, Mario jadi tersenyum. “Begitu? Kalian terlihat sangat akrab. Aku kira, kamu menyukainya,” ulang pria itu.“Tidak mungkin,” sanggah Lalita lagi. “Pun kalau aku suka pada CEO-CEO itu, sudah pasti aku akan patah hati duluan, Mario.”Lalita tertawa. Kali ini, terdengar lebih dibuat-buat. Sebab, dia mulai merasakan… mungkin sebentar lagi dia akan merasakan patah hati.Bukan karena Rangga, tapi karena CEO dingin yang sudah menjeratnya dalam pernikahan. Lalita sendiri masih belum berani menyimpulkan, akan tetapi… dia mulai khawatir bibit cinta mulai bersemi di hatinya.Absennya Arga di kantor membuat pekerjaan Lalita jadi lebih ringan. Dia bahkan bisa pulang teng go, di luar kebiasaannya ketika ada sang atasan.Seharian ini, alih-alih bekerja Lalita justru terlihat lebih sering membaca. Bahkan hingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ketahuan

    Bab 36."Ti-tidak Pak," tolak Lalita cepat."Terserah." Arga menarik selimutnya dia yang sudah mengantuk tidak mau berdrama lagiDia kemudian memaksa diri untuk terlelap di atas sofa. Akan tetapi, seberapa kuat pun dia coba mengusir rasa takut, mimpi buruk itu lebih kuat menghantuinya.Hingga dia pun memutuskan pindah ke tempat tidur sang suami. “Untuk malam ini saja, saya janji, Pak.” Usai berkata langsung demikian, Lalita memejamkan mata.Dia sudah mengantuk dan sangat lelah.Setelah wanita itu terlelap, Arga mendekatkan diri. Dia menatap wajah lelah istrinya, “Tidurlah. Aku akan menjagamu dari mimpi buruk,” ucap Arga diiringi senyum, sebelum turut memejamkan mata di samping sang istri.Pagi harinya, Lalita sudah sibuk di dapur. Terima kasih untuk Arga yang telah membuat tidurnya nyenyak! Mimpi buruk itu tidak kembali datang saat dia tahu ada pria itu di ranjang yang sama dengannya.Sesuai janji, hari ini Lalita ada janji makan siang bersama Rangga di rooftop. Dua bekal makan siang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Dasar Murahan!

    “Brengsek kamu Rangga!” Amarah yang sudah di ubun-ubun tidak dapat ditahan. Tangan Arga akhirnya tergerak menarik kerah baju Rangga, menjauhkan Lalita dari sahabatnya. Setelah itu dia mendorong tubuh Rangga dengan kuat sehingga pria yang tidak waspada itu terhuyung ke belakang dan terjungkal. “Pak Rangga.” Teriak Lalita ketika Rangga terjatuh. Tatapan Arga kembali menajam setelah melihat dua kotak makanan, senyumnya begitu sinis. Rasa perih kembali menghujam dadanya, setelah sadar bila kotak makanan yang istrinya siapkan tadi pagi bukanlah untuknya. Kini tatapan tajam Arga mengarah ke Lalita. Dia segera menarik tangan wanita itu dengan kuat dan membawanya pergi dari rooftop. “Sakit Pak!” Pekik Lalita Rangga yang mendengar Lalita kesakitan menunjukkan ekspresi khawatir, ingin menolong tapi tertahan mengingat dirinya bukan siapa-siapa. Sejenak Rangga terdiam. Awalnya Rangga heran dengan sikap Arga. Namun kini dia paham kenapa sahabatnya bersikap demikian. “Tak kusangka, kamu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18

Bab terbaru

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Pria itu Siapa?

    Semenjak kejadian itu Amira mulai menjaga jarak dengan Rangga, biasanya dia akan terbuai apabila dekat dengan sang CEO namun kali ini dia benar-benar menahan diri. Hal ini membuat Rangga sangat frustasi, di sisi lain Vina menggunakan kelemahannya untuk mendesak sementara rasanya untuk Amira semakin kuat. Beberapa penyelidikan juga tidak membuahkan hasil, tidak ada rekaman CCTV sama sekali di club yang bisa membuktikan siapa yang dia paksa waktu itu. "Gilang panggilkan Amira, dia harus ikut aku ke Winata Grup." Titah Rangga. Sebenarnya Monica lah yang dia tunjuk sebelumnya tapi tiba-tiba dia berubah pikiran. Amira semakin kesal dengan sikap Rangga, jelas ini bukan tugasnya tapi entah mengapa dialihkan ke dia. Di dalam mobil Amira terus saja diam, dia yang patah hati dan kesal dengan Rangga tidak ingin bicara apapun diluar urusan kerjaan. Setibanya di Winata Group, Rangga mengajak Amira pergi ke ruangan CEO. "Rangga!" Arga yang sibuk dengan kerjaannya nampak terkejut dengan k

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Tolong Aku, Amira.

    Hasrat bercinta begitu menggebu, membuat pria itu tak tahan. Melihat Vina yang memakai pakaian dinas membuat pria itu tak kuasa, ingin rasanya segera melampiaskan hasratnya tapi entah mengapa ada keraguan yang timbul. Dengan buru-buru pria itu keluar tempat tinggal Vina, dia segera pulang untuk meredam hasratnya. Namun ketika baru sampai di runah Amira justru menghubunginya, wanita itu mengatakan ada sedikit kendala jadi Rangga harus mengecek langsung. Tak mungkin lagi datang ke kontrakan Amira, Rangga meminta Amira yang datang ke rumahnya. Awalnya Amira menolak karena tidak sopan datang ke rumah pria malam-malam tapi Rangga mengatakan tidak apa-apa. Akhirnya demi pekerjaan Amira bersedia datang. Beberapa menit kemudian, Amira datang dengan membawa laptop miliknya. Dia diantar pelayan menuju kamar pribadi milik Tuan Muda mereka. "Silahkan masuk Nona." Pelayan nampak menunduk meminta Amira untuk masuk. Perlahan Amira melangkahkan kaki untuk masuk, desain kamar yang sangat i

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Hadiah dan Hukuman Bersamaan

    "A-aku...." Amira bingung mau menjawab apa, karena tidak mungkin dia mengatakan alasannya datang ke ruangan Rangga. Karena tak mendapatkan jawaban dari Amira, Monica segera memecat Amira.Hal ini tentu membuat wanita itu terkejut, dia tahu masuk ruangan CEO adalah sebuah kesalahan tapi minimal surat peringatan dulu yang dia dapat bukannya pemutusan kerja sepihak seperti ini. "Tapi saya tidak melakukan kesalahan apapun." Amira protes akan keputusan Monica. Di sisi lain, Rangga yang baru datang terkejut mendapati hadiah pemberiannya dikembalikan oleh Amira. Segera Rangga pergi menemui Amira untuk bertanya alasannya, namun setibanya di meja kerja Amira dia kembali terkejut, pasalnya dia melihat bawahannya itu sedang berkemas. "Kamu mau kemana?" tanya Rangga heran. "Pergi dari sini Pak, karna saya sudah dipecat." Jawab Amira. Rangga menatap semua pegawai disana, kini tatapannya tertuju kepada Monica yang sudah menunduk setelah dia datang. "Apa kamu yang memecatnya?" tanya Rangga.

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kelakuan Random Rangga

    Kedekatannya dengan Amira membuat Rangga tak kuasa, setiap saat setiap waktu bayangan wanita itu menghantuinya bahkan kini perlahan menyingkirkan Lalita di hatinya, apa ini artinya dia telah jatuh cinta pada pegawai magangnya itu? Pagi itu Rangga memanggil Amira untuk menghadap, sebenarnya tidak ada urusan yang mengharuskan bawahannya itu menghadap hanya saja ada rasa rindu yang tidak bisa Rangga tahan. "Ada urusan apa Pak? apa saya harus mendesain lagi?" tanya Amira yang kini telah berada di hadapannya. Rangga menatap wanita itu dengan senyuman tapi sesaat kemudian rasa bingung mulai datang, dia tak tau harus menjawab apa. Pria itu masih bergeming hingga suara Amira kembali mencuat. "Pak." Kini Amira yang menatap Rangga dengan tatapan bingung. "Iya." Sahutnya. Untung saja laptopnya kini membuka file desain sebelumnya sehingga Rangga berpura-pura meminta Amira membenahi apa yang ada di dalam file tersebut. CEO itu mengajak Amira untuk pindah ke sofa agar dia bisa melihat

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Malu Setengah Mati

    Amira segera mendorong tubuh Rangga, dia buru-buru berdiri karena dilihat Gilang dan beberapa teknisi. Melihat aksinya diketahui Rangga hanya bisa tersenyum lalu keluar. "Aku sudah keluar, kenapa kalian masih saja berdiri disini." Ujarnya. Dia mengkode Amira untuk segera pergi karena waktu jam makan siang sudah kepotong cukup lama di lift tadi. Gilang dan beberapa teknisi hanya bisa menggeleng sambil melihat punggung pimpinan Siputra Group menjauh. "Aneh." Di dalam mobil, Amira terus saja diam. Dia sungguh malu pada Gilang dan terknisi tersebut, entah mau ditaruh mana wajahnya apabila bertemu dengan mereka semua. "Kenapa kamu hanya diam saja, kamu jadi traktir aku dimana?" Pertanyaan Rangga membuat Amira tersentak. Dia mengamati jalan tapi arah jalan yang Rangga tuju bukan jalan menuju depot masakan padang yang dia maksud. "Pak kita salah jalan." Meskipun salah jalan tapi hal itu tak membuat Rangga kesal justru dia merasa senang karena bisa lebih lama. Setibanya di tempat ma

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Lembur Bersama

    Pagi itu Rangga tersentak, dia sungguh terkejut karena hari sudah pagi. "Astaga aku malah tertidur disini." Gumam Rangga. Pria itu pun bangkit dan saat bersamaan Amira keluar dari kamarnya. "Pak Rangga sudah bangun?" Amira menunjukkan senyum manisnya. "Iya, maaf aku malah tidur disini." Sahut Rangga. "Tidak apa-apa Pak, semalam anda tidur sangat lelap jadi saya tidak berani membangunkan." Wanita itu berbicara sambil menyiapkan desainnya semalam. Rangga yang melihat hasil kerja Amira sangat puas karena sama seperti yang rusak kemarin. "Perfect." Satu kata pujian untuk bawahannya. Ada CEO menginap di rumahnya tentu Amira ingin melayani atasannya itu dengan baik. Sebelum berangkat kerja Amira memasak dulu untuk Rangga. Menu simpel pilihannya adalah nasi goreng. "Tidak perlu repot-repot aku sarapan di rumah saja." Rangga meminta Amira untuk tidak repot. Namun agaknya wanita itu lebih memilih repot daripada membiarkan Rangga pergi dari rumahnya dalam keadaan perut kosong. "Nas

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Begadang Bersama

    "Meskipun pegawai magang tapi tak seharusnya kamu memperlakukannya semena-mena Monica." Suara dari belakang mengejutkan Monica, Amira yang tau jika pemilik suara itu Rangga pun segera menunduk. Sementara Monica perlahan membalikkan badan. P-pak Rangga." Dia terbata. Rangga menatap bawahannya itu dengan tatapan kecewa, ternyata di perusahaannya ada atasan yang menindas bawahan. "Jelaskan padaku apa maksud kamu melempar pekerjaan ke Amira?" CEO itu meminta penjelasan kepada Monica. Tak tau harus menjelaskan apa, Monica hanya menunduk. Dia meminta maaf atas sikapnya. "Orang yang kamu tindas adalah Amira jadi minta maaflah pada Amira." Ujar Rangga. Monica memelotot, harga dirinya cukup tinggi untuk meminta maaf pada Amira yang notabennya hanya seorang pegawai magang. "Tapi Pak... " Dia nampak protes. Rangga melempar tatapan tajamnya, yang sontak membuat Monica takut. Tak ingin membuat Rangga marah, Monica akhirnya setuju meminta maaf. "Maafkan aku Amira.

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Ciuman Kembali

    Pagi itu Amira datang menghadap dengan membawa desainnya. Dia mempreseantasikan kepada Rangga detail desainnya itu. Pria itu puas akan kerja keras Amira, inilah desain yang dia cari. "Desain kamu sangat bagus Amira." Puja-puji keluar dari mulut Rangga, sehingga membuat Amira tersipu malu. Sebagai bentuk apresiasi akan kerja keras Amira, Rangga mengajak pegawai magang itu untuk makan siang bersama. "Jangan lupa nanti makan siang bersamaku." Titah pria itu. "Baik Pak." Sahut Amira lalu pamit. Di ambang pintu ada Monica yang juga ingin menghadap, dia juga membawa desain yang akan dia tunjukkan kepada Rangga. Mendengar Rangga ingin mengajak Amira makan siang membuat Monica kesal, bagaimana bisa seorang pegawai magang mendapatkan keistimewaan seperti itu sementara dia yang merupakan senior belum pernah sekalipun diajak makan siang oleh orang nomor satu siputra Group itu. Jam makan siang telah tiba, Amira sudah bersiap untuk pergi makan siang, dia menunggu sang CEO di park

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Salah Paham

    Buru-buru Amira melepaskan diri, dia segera menunduk, "Maafkan saya Pak." "Tidak apa-apa." Sahut Rangga. Amira segera pamit pergi sementara Rangga terus menatap punggung wanita itu. "Apa dia yang kupaksa malam itu?" Tak ingin terus memikirkan Amira, Rangga kembali ke ruangannya.Di atas mejanya sudah banyak berkas yang menumpuk, padahal ketika dia pergi tadi mejanya sudah kosong. "Apa lagi ini." Gumamnya yang merasa malas mengerjakan berkas-berkas tersebut. Tak selang lama, Gilang datang melapor. Dia menunjukkan salah satu desain yang perusahaan perlukan. "Bagus sekali siapa yang mendesain?" tanya Rangga sambil menelisik desain yang diberikan oleh Gilang. "Amira salah satu pegawai magang." Jawab Gilang. Rangga mengerutkan alisnya, "Apa dia yang tadi menghadap?" Kini tatapannya beralih ke Gilang. Asisten itu mengangguk, dia kembali menunjukkan desain Amira yang lain. CEO tampan nan hangat itu mengukir senyuman, "Dia lagi." Sungguh Rangga tak menyangka, jika seorang

DMCA.com Protection Status