"El?"
"Yes, beibs. I'm here for u."Arletta langsung memutar bola mata ke atas dengan malas. Saat mendengar sahutan Elkava, di seberang telepon.Setelah perdebatan cukup alot dengan ketiga cowok tukang ghibah itu. Akhirnya Arletta memang berhasil melarikan diri, dengan berpura-pura sakit perut karena salah makan.Biarkan saja disebut lebay, gaje, prik, atau apa pun itu sebutannya. Yang penting bisa lolos dari interogasi tiga cowok tadi, dan langsung menelpon Elkava."Bacot deh, El. Gue serius ini." Arletta mulai kesal"Aduh, Let. Sorry kalau gitu. Gue gak bisa. Soalnya lo tahu sendiri gue udah bucin sama Mila. Jadi, please jangan minta keseriusan dari gue. Sama yang lain aja, oke!""Bacot sekali lagi, gue kirim kuyang online ke sana ya, El!"Bukannya takut, Elkava malah terbahak renyah menanggapi ancaman Arletta. Pria itu memang kadang sangat menyebalkan. Membuat Arletta naik darah saja."Woles ngapa, Let! Ngegas mulu lo kek kurang orgasme. Ada apa sih, Beb? Datang-datang langsung ngajak ribut?""Lo yang ngajak ribut. Bukan gue!""Loh, bu--""Okeh stop it! Gue lagi malas debat," sela Arletta cepat. Sengaja menghentikan kegilaan tunangan sahabatnya itu. "Gue, sebenernya nelpon lo cuma pengen nanya. Tentang video yang beredar sekarang. Kenapa lo biarin, sih?" Akhirnya Arletta berhasil mengembalikan topik.Elkava tak langsung menjawab. Terdiam beberapa saat. Sementara Video yang Arletta maksud adalah, kejadian tempo hari saat dia menolong Milla.Memang bukan video macam-macam. Hanya saja, sudah Arlett bilang kan, dia tidak mau ada yang tahu tentang hubungannya dengan Milla.Karena apa? Ya ... karena malas aja dikepoin sama Fans atau hatters Milla. Kalian tahu sendiri Milla itu siapa, ya kan?"Dapat info dari mana?"Pria itu malah bertanya balik. Membuat Arletta makin kesal."Gue bahkan udah lihat video itu, El. Temen kerjaan gue yang kasih liat." Arletta memberi info dengan senang hati.Terdengar helaan napas kasar dari seberang sana. Lalu hening setelahnya."Woles, Let. Ini lagi gue lacak, kok. Bentar lagi juga hilang itu video. Lo tenang aja. Lagian, muka lo juga gak terlalu jelas di sana. Gak ada yang bakal ngenalin lo." Elkava berusaha menenangkan Arletta.Meski ucapan Elkava memang benar adanya. Tetap saja, Arletta merasa tidak nyaman sekarang."Tapi ya, Let. Gue akuin satu hal." Tiba-tiba, Elkava berkata kembali. Meminta fokus Arletta."Apa?""Body lo di video itu bagus. Jadi pengen selingkuh gue. Hahahaha ....."Asem!Kiranya Elkava ingin memberitahu info penting ternyata hanya ingin menggodanya."Gak usak sok pengen selingkuh! Bucin kayak lo mah, didiemin sehari sama Mila aja pasti langsung sakit. Udah khatam banget gue mah."Elkava pun malah makin tertawa renyah di seberang sana. Namun, tidak membantah sama sekali ucapan Arletta. Karena itu memang benar adanya. Elkava memang sangat bucin sama Milla."Tapi gue serius, Arletta. Body lo di video itu emang bagus. Gak heran sih, kalau sampai lo kini jadi buron Mr Felix."Eh?"Mr Felix, siapa? Gak kenal gue." Arletta menjawab dengan bingung."Loh, Milla belum ada kasih tahu lo?""Kasih tahu apa?""Kalau manager agensinya udah liat video itu, dan pengen ketemu sama lo. Soalnya, Mr Felix, pengamat mode luar negeri juga udah liat video itu dan suka sama lo. Mr Felix pengen gaet lo jadi model di tempatnya. Cie ... yang bakal go internasional."What the ... kenapa jadi memanjang begini?"Bacot, El! Gue gak mau! Bilangin si Milla. Jangan sama dia buka identitas gue!" Arletta pun ngamuk seketika.Sekali lagi, Elkava malah tertawa senang di balik telepon."El, gue serius!""Ck, iya, iya, bebs. Tanpa lo minta, gue sama Milla tahu kok apa yang harus kami lakukan."Syukurlah. Arletta pun menghela napas lega setelahnya. Merasa beruntung bisa mengenal Elkava dan Karmila. Meski kadang prik, kedua sahabatnya ini memang bisa di andalkan. Terutama dalam hal membantunya bersembunyi.Mungkin, untuk kalian yang belum tahu. Pasti akan menganggap Arletta bodoh, karena sudah menyia-nyiakan kesempatan emas, seperti yang Elkava beritahukan barusan. Kapan lagi ya kan, bisa jadi model go internasional dengan jalan mudah.Namun, percayalah. Daripada terkenal. Masih bisa bernapas tiap hari saja, Arletta sudah sangat bersyukur. Karena hidup Arletta memang terlalu rumit untuk dijelaskan."Ya udah, gue mau balik kerja. Lo juga, sana! Ingat! Hutang lo masih banyak sama gue."Arletta mencebik kesal di tempatnya."Iya, iya. Gue tahu. Catat aja semuanya. Nantu gue bayar kalau ingat.""Eh, sianying! Mana ada--"Klik!"Mampus lo!" ucap Arletta penuh kemenangan. Setelah menutup hubungan telepon ketika Elkava sedang mengoceh. Saat ini, pria itu pasti sedang ngomel sendiri.Baru saja Arletta hendak keluar dari bilik toilet untuk kembali bekerja. Sebuah notifikasi chat tiba-tiba menghentikan gerakannya. Arletta pun segera mengecek chat dari nomor asing tersebut.From: 085676xxxxxFinaly. Saya menemukan kamu, keponakan tersayang.Degh!Seketika tubuh Arletta pun membeku. Seperti baru saja di siram air es di sekujur tubuh.Bangsat!****Napas Arletta memburu dengan cepat. Sekujur tubuhnya sudah basah oleh keringat dingin yang mengalir. Melenguh beberapa kali, Arletta meremas kuat selimut tanpa sadar."Pergi, Le! Pergi! Gak usah hiraukan gue di sini! Pergi!""Tapi, Ne! Gue gak mau. Hanya lo keluarga yang masih gue miliki sekarang. Gue gak mau kehilangan lagi. Ayo! Pergi sama gue. Lo gak boleh tinggal di rumah terkutuk ini!""Gue gak mau! Gue mau di sini!""Ane--""Pergi, Ale! Pergi bangsat! Tinggalin gue! Gue gak mau ikut dan hidup susah sama lo! Gue capek jadi bayangan lo! Biarin gue hidup bahagia di sini!""Tapi, Ne--""Pergi dan jangan kembali lagi. Atau gue akan membenci lo seumur hidup!""Aneee!"Tanpa sadar, Arletta berseru lantang dalam tidurnya. Melihat sang adik membalik badan dan menghilang begitu saja."Ane! Ane! Aneee!"Hosh! Hosh! Hosh!Dan Arletta pun seketika terbangun dari tidur malamnya. Dengan napas memburu dan gerak mata gusar seketika. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas panjang sambil menyugar rambutnya yang telah kusut sehabis bangun tidur.Sialan! Mimpi itu lagi!Arletta 7*Happy Reading*Benar saja, sehari setelah pengaduan Arletta pada Elkava. Video itu pun hilang dari peredaran. Dan terhapus dari semua pencarian.Ya! Elkava memang selalu bisa diandalkan untuk urusan seperti ini.Namun, seperti kata Elkava pula. Seusai huru hara tentang Video itu menghilang. Kini Arletta harus menerima teror dari si model cantik, yang sudah kembali eksis di depan kamera.Karmila Anastasya.Model sekaligus sahabat kampretnya, yang mulai sering menerornya tiap hari. Perihal video itu.Seperti halnya pagi ini, saat Arletta sedang bersiap untuk melaksanakan tugas pagi di Cafe. Model itu sudah merecokinya.Karmila [Letaaa ... manager gue mau ketemu sama lo]Arletta hanya bisa menghela napas lelah melihat chat dari si model.Arletta: [Apalagi sih, Mil? Gue udah bilang gak mau bahas itu lagi!]Arletta menjawab dengan kesal. Karena sudah sangat muak diteror chat sepe
*Happy Reading*Arletta [Mil, lo kenal cowo yang namanya Arkana Sadewa H, gak?]Setelah Kinan kembali dari break makan pagi. Arletta segera pergi ke loker. Mengambil ponselnya dan mengirim chat pada Karmila. Bertanya perihal cowok yang memberinya cofee dan Cake tadi. Soalnya, saat tadi Arletta ingin bertanya kembali. Pria itu sudah beranjak pergi, dan tak bisa Arletta kejar. Sepertinya, pria itu sedang diburu waktu. Tetapi tolong jangan tanya kopi dan cakenya, ya? Karena semua sudah aman di dalam perut Arletta.Sekalipun awalnya sungkan menerima pemberian orang. Tapi, karena sudah di berikan. Ya ... sudah terima saja. Rezeki itu kan, gak boleh di tolak. Benar tidak?Tring!Eh, tumben nih bocah balasnya cepat. Lagi break juga kali, ya?Karmila [Siapa? Mas Arkan maksud lo?]Ck, balasan macam apa ini? Bukannya jawab malah balik tanya. Dasar model peak.Arletta [Mana gue tau, Karmila. Maka itu gu
*Happy Reading*"Kata gue sih dia murahan. Tuh, liat aja kelakuannya. Udah tahu tunangan orang, masih aja nempel-nempel kek cewek gatel. Fix lah, pelakor pasti!""Lo ngapa dah, No? Berisik sendiri nontonin hp doang. Kek emak-emak pecinta sinetron lo!"Arkana pun menggeleng tak habis pikir, melihat kelakuan Bruno, asistennya yang aneh sedari tadi. Padahal ini waktunya kerja. Tapi malah main hp. Mana berisik lagi. Bikin ganggu konsentrasi."Sialan lo! Cakep gini, malah di samain sama emak-emak pecinta sinetron. Buta atau gimana, lo?" tukas Bruno tak terima. "Tetep gantengan gue." Arkana menjawab santai. Namun, sukses membuat Bruno misuh-misuh kesal. Faktanya, itu memang benar, kan?"Lagi lo kenapa, sih? Nonton apaan sampe rame sendiri kek gitu?" tanya Arkana kemudian. Lumayan kepo dengan apa yang sedang asistennya lakukan. "Lagi nonton live-nya si Dita.""Dita asistennya Karmila?""Iya, itu."
"Gue minta maaf. Gue bener-bener gak tahu soal yang tadi.""Halah! Apanya yang gak tahu? Bukannya dari awal lo kerja, gue udah bilang jangan melakukan live, photo-photo atau apa pun yang akan tersebar di medsos saat gue sama Arletta. Lo lupa atau gimana?" Raut marah masih sangat terlihat di wajah Karmila. Pada Asistennya yang telah lancang melakukan live tanpa sepengetahuannya. Karmila bahkan langsung melempar gawai canggih si asisten. Sampai tercerai berai dengan mengenaskan setelah membetur tembok."Ya, gue tahu. Tapi kan kemarenan video Arletta udah tersebar. Gue kira, udah boleh nunjukin dia ke medsos.""So? Lo mau pansos ceritanya? Huh?" tukas Karmila sengit. "Bukan gitu. Gue cuma ... cuma ...." Dita, sang asisten kebingungan menjelaskan pada Karmila tentang maksud dan tujuannya mengadakan Live tadi. Bukan karena Dita ada maksud tertentu atau ingin pansos seperti yang Karmila tuduhkan tadi. Tetapi ... duh, gimana ya jelasinnya? Bukannya jaman sek
Arletta 11*Happy Reading*"Gue udah berusaha sebaik mungkin untuk jagain Dita, Let. Tapi dia pergi diam-diam menemui cowoknya dan ... ya ... saat itulah dia ditangkap paman lo," ungkap Elkava. Saat Arletta meminta konfirmasi tentang kejadian yang menimpa Dita. "Padahal gue udah siapin satu rencana. Agar dia terlepas dari incaran bajingan itu. Semuanya gagal akhirnya."Arletta hanya bisa menghela napas panjang, syarat akan beban mendengar penuturan Elkava. "So? Itu berarti gue harus segera pergi dari kota ini?" Arletta memastikan.Bagaimanapun, Arletta yakin. Sebelum Dita dibunuh. Gadis itu pasti sudah diintrogasi perihal keberadaan Arletta. Dan kalian tahu sendiri bagaimana jujurnya orang yang di hadapkan maut, kan?Memang ada sebagian orang yang bisa tutup mulut hingga maut menyambut. Sayangnya, Arletta tidak yakin jika Dita orang seperti itu. Gadis itu penakut dan dia tidak tahu kebenaran tentang Arletta. Jujur untu
*Happy Reading*"Ayo, Arletta. Panggil saya Mas Arkan."Hadew ... baiklah, baiklah. Mari kira turuti saja mau pria ini, agar tidak makin panjang dramanya."Baiklah. MAS-AR-KAN. Begitu, kan?" Arletta pun mencoba mengalah. Seraya menampilkan senyum yang terlihat sangat terpaksa.Akan tetapi, pria itu seakan tak melihat kekesalan Arletta pada senyumnya. Karena kini, pria yang minta dipanggil 'MAS ARKAN' itu sudah tersenyum lebar sekali mendengar Arletta mau memanggilnya, dengan panggilan kebangaannya.Pria itu merasa bahagia dengan panggilan Arletta padanya tadi. Sekalipun nama itu sering dia dengar dari orang lain. Tapi entah kenapa? Jika Arletta yang memanggil. Seperti ada manis-manisnya, gitu. Hatinya malah berdesir hangat hanya karena panggilan itu.Konyol, Kan? Memang!"Oh, iya. Lupa. Kita belum kenalan, kan?" Sambung pria itu, seperti baru mengingat sesuatu yang penting dari tadi.Lalu pria itu pun kini terli
Tring!From: 08588012xxxx [Sudah pulang?]Sebuah chat masuk di ponsel Arletta. Saat gadis itu baru saja keluar loker, setelah mengganti sergamnya.Siapa? Nomornya asing. Karena itulah, Arletta memilih mengabaikan chat itu, dan segera keluar area cafe tanpa beban."Let? Ikut nongkrong dulu, yuk?" Ajak Kinan tiba-tiba dengan baik hati. "Anak-anak katanya mau nongkrong dulu. Ikut yuk, biar seru." Gadis keturunan jawa itu bahkan menjelaskan dengan detail ajakannya barusan."Sorry, nggak dulu, deh." Sayangnya Arletta tidak berminat. Ralat, bahkan tidak akan berminat dengan ajakan itu. Karena apa? Ya ... buat apa? Mending segera pulang dan tidur. Badannya sudah minta istirahat soalnya. "Yah ... kok gitu, sih?" Kinan tampak kecewa. "Padahal besok libur ini. Ngapain sih pulang cepet-cepet?" "Gue ada urusan. Makanya harus balik buru-buru." Arletta mencoba memberi alasan. "Urusan apa?" Kinan mulai kepo.
*Happy Reading*"Aduh, siapa dah? Lupa gue!" Arletta menepuk kepalanya dengan refleks. Saat tak berhasil mengingat orang yang sedang dihajar beberapa preman di kawasan itu. Arletta merasa mengenalnya. Pernah melihat tepatnya, tapi lupa di mana? Maka dari itu jadi gemas sendiri. Masalahnya, Arletta itu bukan tipe orang yang gampang mengingat orang. Kecuali yang pernah berinteraksi dengannya dalam momen tertentu, baru dia bisa ngeh pada wajah orang itu. Nah, kali ini itulah yang Arletta rasakan. "Siapa, sih? Asli gue lupa. Tapi ... ini tolongin jangan, ya?" Arletta bermonolog lagi, masih memantau keadaan yang tak jauh dari tempatnya."Kalau gue tolongin, nanti para preman itu dendam. Bisa-bisa gue yang bakal jadi target berikutnya."Tidak masalah sebenarnya. Arletta bukan tipe orang yang bisa digertak, kok. Hanya saja, untuk ukuran seseorang yang harus selalu tidak terlihat, jelas mempunyai masalah dengan para preman itu bukan hal yang bagus. Kalau pamannya malah kerj