*Happy Reading*Flashback"Ngapain sih, Sayang? Bt banget kamu kayaknya?" tanya Elkava seraya menghampiri kekasihnya, Karmilla yang dari tadi terdengar berdecak kesal seraya mengotak atik ponselnya. Saat ini, Elkava tengah berada di rumah Karmilla. Berkunjung seperti biasa dan dalam rangka semakin mendekatkan diri pada calon mertua. Tetapi, pacarnya itu dari tadi malah sibuk sendiri dengan raut wajah yang kesal sekali."Ini loh, Yang. Dari kemarin aku coba telp sama chat si sirup jeruk. Tapi gak nyambung terus. Padahal, aku kan cuma mau kasih tahu kalau surat kelulusannya ada di sini. Kesel banget aku jadinya," terang Milla akhirnya membuat Elkava akhirnya paham."Mungkin Ale sedang sibuk, Yang. Coba kamu teleponya sama Ane. Kali di angkat," usul Elkava."Sama aja, Yang. Dua-duanya gak ada yang respon." Karmilla mendengkus kasar. "Ih, nyebelin banget gak sih mereka tuh. Sejak pindah ke rumah pamannya jadi susah banget di hubungi. Apalagi ditemui. Ke sekolah buat ambil ijazah aja, ngg
*Enjoy it!*Bugh!Tanpa tedeng aling-aling. Arletta langsung melayangkan sebuah bogeman kuat pada wajah Elkava, setelah pria itu selesai cerita. Milla langsung berteriak histeris melihat pacarnya tersungkur mengenaskan di lantai."Brengsek lo, Kav! Brengsek!""Bugh!Bugh!Bugh!Seakan kesetanan. Arletta kemudian menerjang Elkava dan melayangkan banyak sekali pukulan pada pria itu. Elkava hanya pasrah menerimanya. "Arletta, sudah! Hentikan!" Milla makin histeris. Sementara Arkana seakan linglung di tempatnya. Antara kaget mendengar cerita pahit Arnetta, dan kaget pada kebrutalan Arletta. Pria itu jadi bingung sendiri harus bagaimana sekarang. "Mas Arkan, tolong! Jangan diem aja!" seru Milla lagi, akhirnya membuat Arkana menginjak bumi lagi. "Arletta, sudah! Sudah!" Arkana lalu berusaha melerai. Menahan Arletta agar tak semakin menggila memukuli Elkava. Herannya, setahu Arkana, Elkava itu lumayan bisa jago diri. Tetapi, kenapa tidak melawan sama sekali dan malah seakan membiarkan Ar
*Happy Reading*Arletta mengemudikan mobilnya dengan gila-gilaan. Menerobos lampu merah seenaknya dan menyalip kendaraan yang lumayan padat di ibu kota. Membuat semua yang dilewatinya memaki marah.Meski begitu, harus diakui jika gadis ini memang pandai sekali dalam soal terbang di jalan. Arkana merasa seperti berada dalam film fast n furious dibawa Arletta ngebut seperti ini. Walau ... ya ... sepanjang perjalanan jantung pria itu berdetak 10x lebih cepat dari biasanya. Tolong ingatkan Arkana untuk cek jantung setelah ini, ya? Arkana tidak tahu akan dibawa ke mana oleh gadis ini. Arletta juga sepertinya mengemudikan mobil tanpa arah yang jelas. Hanya tancap gas saja taunya. Yang penting ngebut dan menjauh dari dua sahabat penipunya. Emosi masih nampak jelas diwajah gadis itu.Ciitttt!Tubuh Arkana sontak terlempar ke depan karena rem mendadak yang Arletta lakukan. Beruntung ditahan seatbelt yang melingkar kuat di tubuhnya. Hingga wajahnya tak sampai menghantam kuat dashboar. Pria it
*Happy Reading*"Hebat deh pacar aku nih. Makan nasi padang aja, keren banget tampilannya. pake kaca mata item, loh." Arkana menyindir Arletta seraya mengulum senyum geli."Diem deh kamu, Mas. Aku buka nih kaca mata. Masuk kolom gosip kamu. Di sangka abis KDRT anak orang." Arletta membalas dengan suara parau setelah mendengkus kesal. Gadis itu lalu membenarkan letak hodie yang menutupi kepalanya, dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Faktanya, gara-gara menangis lama dan meraung seperti anak kecil tadi di bukit. Suaranya otomatis jadi serak dan matanya bengkak seperti habis di tonjok orang. Alhasil, saat diajak makan. Arletta pun terpaksa meminjam kaca mata hitam Arkana demi menutupi mata bengkaknya. Gadis yang biasa jutek itu pun bahkan seketika jadi pendiam dan kemayu. Berusaha seminim mungkin mengeluarkan suaranya. Karena apa? Ya karena masih bindeng dan parau. Khas sekali suara orang habis menangis. Arletta malu? Tidak. Tetapi lebih ke ... malas jadi buah bib
*Happy Reading*Bugh!"Aduh!"Arkana langsung mengaduh saat tiba-tiba saja tangan Arletta memukul lengannya. Memang tidak kuat, tapi lumayan pedes dan panas di kulit. Apalagi, saat ini pria itu hanya memakai kaos oblong tanpa lengan. Nah, bisa bayangkan sendiri kan gimana rasanya kulit ketemu kulit dalam bentuk gaplokan?"Kamu bisa gak serius dikit, Mas? Ini bukan waktunya becanda, loh?" Arletta mengingatkan. Terlihat kesal dengan ucapan Arkana sebelumnya."Lah, yang becanda siapa, Ayang? Mas juga lagi serius ini. Serius banget malah." Arkana membantah."Terus kenapa bawa-bawa sugar baby sama langsung jadi istri? Hubungannya apa?" Arletta masih tak habis pikir. "Ya jelas ada hubungannya, Ayang. Kan itu biar Mas ada alasan bisa ngasih kamu duit dan nanggung hidup kamu. Soalnya, Mas tahu banget. Status pacar aja gak akan bisa membuat kamu menerima uang Mas begitu aja. Pasti ada aja alasan yang akan kamu kemukakan. Ya, bukan pengemislah. Ya, bukan cewek matre. Ya, gak biasa make duit pa
*Happy reading*"Lo bisa gak, Kan? Kalau bucin gak usah sekalian sama goblok? Nanti ujung-ujungnya lo nyesel sendiri Arkana!" Padahal hari masih pagi. Tetapi, Arkana sudah disuguhkan kultum oleh Bruno. Hanya karena Arkana meminta tolong pria itu untuk mengurus studionya dulu, karena Arkana harus menemani Arletta beberapa waktu ini. Limpahan pekerjaan dan nama Arletta seakan kombinasi yang tepat untuk menghancurkan mood Bruno pagi ini. Setelah sebelumnya memang sudah lumayan hancur karena Arkana seenaknya membawa Arletta ke rumahnya untuk numpang tidur. Memang ada gila-gilanya si kang photo gondrong ini. "Gue bukan goblok Bruno. Gue cuma mencoba melakukan hal yang memang sudah seharusnya di lakukan seorang pacar untuk pasangannya. Dia sangat butuh gue saat ini, Bruno." Arkana mencoba menjelaskan. "Halah kentut! Bilang aja lo emang goblok hingga mau aja dimanfaatin tuh cewek!" tukas Bruno dengan sarkas. Kalau saja Arkana tidak mengenal Bruno baik. Sudah pasti pria itu dengan senan
*Happy Reading*"Heh?! Maksud lo apaan ngomong kek gitu? Mau ngajak ribut lo!" Bruno menyalak seraya hendak mendekati Arletta. Namun, langsung di tahan Arkana. "No, udah, No. Lo kan--""Siapa yang ngajak ribut? Orang gue ngajakin lo pake rok bareng. Pasti lucu. Biar kayak bestie, kita."Gustiiii ... ini lagi satu cewek. Bukannya ngerti malah makin ngajak ribut. Ugh ... untung sayang. Coba kalau, gak? Ya ... gak berani ngapa-ngapain juga. Daripada di gorok pulpen ajaibnya ya kan?"Bangsat lo, ya! Udah gue bilang gue cowok! Gak maen gue kayak gituan!""Yakin? Gue sih enggak." Meski Bruno sudah meradang setengah mampus sama Arletta. Tetapi gadis itu masih saja menyahut santai. Sambil main ponsel pula. Mentang dilindungi Arkana."Lo--""Faktanya!" sela Arletta cepat. "Meski tampilan lo cowok. Lo tuh kek cewek banget. Udah mah tukang ghibah. Hobbynya julid, ngomel, sok tahu dan suka campurin urusan orang. Plus ...." Arletta akhirnya melirik Bruno dan menatapnya meski masih dengan tatapan s
*Happy Reading*Umumnya, orang kalau melihat pasangannya berduaan, bahkan dipeluk mesra oleh yang lain. Pasti akan marah. Tidak hanya wanita, pria pun akan sama. Tetapi biasanya wanita lebih banyak dramanya. Ya itu mengamuk, menyerang, melabrak, menjambak, pokoknya intinya ngajak ribut aja. Ada pun yang kalem, paling menangis merasa paling tersakiti sedunia.Ya ... namanya juga wanita. Sukanya nonton drama, hidupnya pun jadi suka berdrama. Sudah biasa begitu, ya kan? Women must be lebay. Memang, gak semua wanita begitu, tapi rata-rata ya ... memang begitu. Udahlah akuin aja. Ya kan reader wanitaku?Akan tetapi, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Arletta. Melihat Arkana berpelukan erat dengan wanita lain. Ralat, dipeluk erat wanita lain. Bukannya marah atau berdrama seperti wanita pada umumnya. Gadis itu hanya mendengkus panjang dan menatap Arkana dengan alis terangkat satu. Seakan bertanya 'opo meneh iki, Mas?'. Arkana yang melihat itu tentu saja makin panik di tempatnya. Pria it