*Happy Reading*"Heh?! Maksud lo apaan ngomong kek gitu? Mau ngajak ribut lo!" Bruno menyalak seraya hendak mendekati Arletta. Namun, langsung di tahan Arkana. "No, udah, No. Lo kan--""Siapa yang ngajak ribut? Orang gue ngajakin lo pake rok bareng. Pasti lucu. Biar kayak bestie, kita."Gustiiii ... ini lagi satu cewek. Bukannya ngerti malah makin ngajak ribut. Ugh ... untung sayang. Coba kalau, gak? Ya ... gak berani ngapa-ngapain juga. Daripada di gorok pulpen ajaibnya ya kan?"Bangsat lo, ya! Udah gue bilang gue cowok! Gak maen gue kayak gituan!""Yakin? Gue sih enggak." Meski Bruno sudah meradang setengah mampus sama Arletta. Tetapi gadis itu masih saja menyahut santai. Sambil main ponsel pula. Mentang dilindungi Arkana."Lo--""Faktanya!" sela Arletta cepat. "Meski tampilan lo cowok. Lo tuh kek cewek banget. Udah mah tukang ghibah. Hobbynya julid, ngomel, sok tahu dan suka campurin urusan orang. Plus ...." Arletta akhirnya melirik Bruno dan menatapnya meski masih dengan tatapan s
*Happy Reading*Umumnya, orang kalau melihat pasangannya berduaan, bahkan dipeluk mesra oleh yang lain. Pasti akan marah. Tidak hanya wanita, pria pun akan sama. Tetapi biasanya wanita lebih banyak dramanya. Ya itu mengamuk, menyerang, melabrak, menjambak, pokoknya intinya ngajak ribut aja. Ada pun yang kalem, paling menangis merasa paling tersakiti sedunia.Ya ... namanya juga wanita. Sukanya nonton drama, hidupnya pun jadi suka berdrama. Sudah biasa begitu, ya kan? Women must be lebay. Memang, gak semua wanita begitu, tapi rata-rata ya ... memang begitu. Udahlah akuin aja. Ya kan reader wanitaku?Akan tetapi, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Arletta. Melihat Arkana berpelukan erat dengan wanita lain. Ralat, dipeluk erat wanita lain. Bukannya marah atau berdrama seperti wanita pada umumnya. Gadis itu hanya mendengkus panjang dan menatap Arkana dengan alis terangkat satu. Seakan bertanya 'opo meneh iki, Mas?'. Arkana yang melihat itu tentu saja makin panik di tempatnya. Pria it
*Happy Reading*Sebenarnya Arletta tak setuju dengan penawaran Bruno. Gadis itu masih menginginkan Arkana menyelesaikan apa pun sangkutan pada gadis yang bernama Rachel tadi. Tetapi, karena Arkana memaksa bahkan sampai menghiba meminta pengertiannya kali ini. Arletta pun terpaksa meluluskan ajakan Arkana untuk pergi dari sana saat Bruno masih menahan Rachel dan mencoba memberi pengertian pada gadis itu.Sayangnya, ternyata Bruno tak bisa menahan Rachel lama. Baru saja keluar pintu rumah dan menuju mobilnya. Gadis itu sudah menghampiri lagi dengan terburu. Hebat juga dia, ya? Padahal saat ini dia memakai heels yang lumayan tinggi. Tetapi, mampu mengejar langkah panjang Arkana dengan cepat. Itu ... kakinya apa gak keselimpet, ya?"Mas, kamu mau ke mana? Kenapa ninggalin aku kayak gitu? Urusan kita belum selesai, Mas!" Rachel menarik tangan Arkana.Pria gondrong yang hari ini memakai kaos polo putih dipadu jeans panjang warna belel itu terlihat mendesah berat. Memutar mata jengah sambil
*Happy Reading*Mendengar kenyataan tentang Milla. Arletta tentu saja mulai terpancing. Tangan gadis itu bahkan sudah mengepal tanpa sadar. Hampir saja menyerang Rachel kalau saja tidak dihalangi Arkana. Pria itu seakan tahu apa yang Arletta rasakan. Makanya saat melihat pergerakan Arletta, Arkana pun bergegas menggeser tubuhnya menghalangi Arletta dan memberi peringatan lainnya pada Rachel. "Ingat ini baik-baik, Rachel. Kalau lo masih sayang hidup dan karir lo. Jangan coba ngusik hidup gue lagi. Terutama perkara asmara. Selain itu, jangan juga lo ngerasa paling penting dalam hidup gue. Karena dari awal bagi gue elo tuh hanya sekedar teman tidur doang. Gak lebih!" tegas Arkana sekali lagi. Sebelum menarik tangan Arletta dan membawanya menjauh ke arah mobil. Beruntung kali ini Arletta tidak menolak. Arkana lalu menggiring gadis itu ke kursi penumpang di samping kemudi. Membuka kan pintu dan membantu Arletta masuk dengan sigap dan lembut. Setelah itu berputar ke arah kursi kemudi den
*Happy Reading*Malam harinya mereka benar-benar pulang kembali ke rumah Bruno. Arkana yang memaksa, soalnya katanya barang-barang pentingnya masih di sana. Arletta terpaksa menurut. Emang mau gimana lagi? Saat ini Arletta sendiri tak punya naungan lain, kan? Jangankan naungan, uang pun sudah mulai menipis di dompet. Jadi selain ikut kata Arkana yang bisa membantunya meringankan pengeluaran dompet. Arletta tak punya opsi lainnya. Hebatnya, Bruno benar-benar tetap menerima mereka, loh. Acuh dan tidak langsung mengusir saat melihat kedatangan mereka. Meski ... ya ... wajahnya lebih keruh dari hari biasanya. Wajar! Memang apa yang diharapkan paksa kejadian tadi siang? Tidak mungkinkan, setelah hubungannya diporak-porandakan Arkana, mereka akan di sambut senyum sumringah dan untaian puisi cinta? Justru itu malah serem. Ya kan? "Tidur duluan, gih. Jangan lupa baca doa biar gak mimpi buruk," titah Arkana seraya tersenyum konyol dan sedikit mendorong tubuh Arletta agar segera naik tangga
*Happy Reading*"Selingkuhlah! Ngapain lagi? Lo kira, lo doang yang bisa ngembat punya temen?" Bruno tersenyum licik. Mendengar hal itu. Arkana yang tadi sebenarnya masih ngantuk, langsung mendapatkan kesadarannya 100%. Pria itu terdiam dengan mata membulat ke arah Bruno, lalu bergantian dengan Arletta. "Sayang ... ini ... serius?" tanyanya terbata.Yang ditanya malah mendengkus kasar dan memutar mata malas ke atas. "Menurut ngana?"Sikap Arletta sukses mematahkan kecurigaan Arkana. Karena ... ya, mana ada orang ketahuan selingkuh sikapnya santai begitu? Yang namanya orang salah kan pasti gusar atau pun panik. Tetapi ini ...?"Uhm ... Mas gak percaya, sih," ucap Arkana akhirnya, seraya menghampiri Arletta. "Lagian juga, mana mau kamu sama modelan Bruno gitu. Kan, tipe kamu kayak Mas ini, iya kan?" Arkana lalu melingkarkan tangannya di pinggang Arletta dengan mesra, sebelum mendekatkan bibirnya pada pipi sang gadis.Sayangnya, Arletta langsung menjauhkan wajahnya dari jangkauan Arkan
*Happy Reading*"Uhg yeah Baby! ... you so seksi!" Arkana menggigit bibir bawahnya dengan gemas. "Oh, shit! I like it! I like it! Owh ... you amazing baby. I want you more!" Arkana semakin meracau tak jelas. "Uhg baby ... ugh baby ... come on! Come on! Just little again. I can feel that. Baby you--"Plak! "Lo ngapain anjir!" Tidak tahan mendengar racauan gila Arkana, Bruno pun seketika memukul kepala pria itu gemas sekali. "Apa sih, No. Ganggu orang aja. Gue kan lagi menikmati tugas gue!" Arkana pun menjawab sekenanya. "Menikmati sih menikmati! Tapi lo bikin gue gak minat lagi makan tuh ayam, njir!" Bruno melirik jijik ayam di dalam baskom, yang sedang dilumuri bumbu rempah oleh Arkana. Memang gila si kang photo ini. Di suruh bantuin bumbuin ayam aja, polanya luar biasa. Ditambahain desahan sama pijatan yang ... ugh ... jijik banget lihatnya. Sementara Bruno merasa jijik. Arkana malah tertawa terpingkal di tempatnya. Dengan sengaja meraba mesra paha ayam yang montok itu, kemudi
*Happy Reading*"Gak ada waktu. Gue harus menyelesaikan kuliah gue tepat waktu." Sebenarnya, bukan itu alasan pastinya. Tetapi demi tak dibrondong pertanyaan lainnya. Arletta pun memilih jawaban aman. Tetapi ...."Emang kamu kuliah? Kok, aku gak tahu?" Malah Arkana kini yang memberondongnya.Haduh .... merepotkan. Arletta mengangkat bahu acuh, sebelum memberikan jawaban. "Mas kan gak pernah tanya."Eh, jawaban macam apa itu? Tentu saja, jawaban Arletta tak memuaskan Arkana sama sekali. Justru malah sedikit membuatnya kecewa. Karena, masa hal dasar seperti ini pun dia tidak diberi tahu? Sebenarnya, Arletta sudah menganggapnya pasangan atau belum?Sayangnya, meski kecewa. Arkana tidak bisa menyuarakan perasaannya itu. Karena Arkana sendiri yang pernah berjanji tak akan memaksa Arletta bercerita dan akan tetap bertahan meski tak pernah dianggap Arletta. Akhirnya, kini dia galau sendiri."Ya sudahlah ...." desahnya pasrah. "Gue ... mau beli rokok dulu ke mini market depan. Lo mau titip s