*Happy Reading*"Hebat deh pacar aku nih. Makan nasi padang aja, keren banget tampilannya. pake kaca mata item, loh." Arkana menyindir Arletta seraya mengulum senyum geli."Diem deh kamu, Mas. Aku buka nih kaca mata. Masuk kolom gosip kamu. Di sangka abis KDRT anak orang." Arletta membalas dengan suara parau setelah mendengkus kesal. Gadis itu lalu membenarkan letak hodie yang menutupi kepalanya, dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Faktanya, gara-gara menangis lama dan meraung seperti anak kecil tadi di bukit. Suaranya otomatis jadi serak dan matanya bengkak seperti habis di tonjok orang. Alhasil, saat diajak makan. Arletta pun terpaksa meminjam kaca mata hitam Arkana demi menutupi mata bengkaknya. Gadis yang biasa jutek itu pun bahkan seketika jadi pendiam dan kemayu. Berusaha seminim mungkin mengeluarkan suaranya. Karena apa? Ya karena masih bindeng dan parau. Khas sekali suara orang habis menangis. Arletta malu? Tidak. Tetapi lebih ke ... malas jadi buah bib
*Happy Reading*Bugh!"Aduh!"Arkana langsung mengaduh saat tiba-tiba saja tangan Arletta memukul lengannya. Memang tidak kuat, tapi lumayan pedes dan panas di kulit. Apalagi, saat ini pria itu hanya memakai kaos oblong tanpa lengan. Nah, bisa bayangkan sendiri kan gimana rasanya kulit ketemu kulit dalam bentuk gaplokan?"Kamu bisa gak serius dikit, Mas? Ini bukan waktunya becanda, loh?" Arletta mengingatkan. Terlihat kesal dengan ucapan Arkana sebelumnya."Lah, yang becanda siapa, Ayang? Mas juga lagi serius ini. Serius banget malah." Arkana membantah."Terus kenapa bawa-bawa sugar baby sama langsung jadi istri? Hubungannya apa?" Arletta masih tak habis pikir. "Ya jelas ada hubungannya, Ayang. Kan itu biar Mas ada alasan bisa ngasih kamu duit dan nanggung hidup kamu. Soalnya, Mas tahu banget. Status pacar aja gak akan bisa membuat kamu menerima uang Mas begitu aja. Pasti ada aja alasan yang akan kamu kemukakan. Ya, bukan pengemislah. Ya, bukan cewek matre. Ya, gak biasa make duit pa
*Happy reading*"Lo bisa gak, Kan? Kalau bucin gak usah sekalian sama goblok? Nanti ujung-ujungnya lo nyesel sendiri Arkana!" Padahal hari masih pagi. Tetapi, Arkana sudah disuguhkan kultum oleh Bruno. Hanya karena Arkana meminta tolong pria itu untuk mengurus studionya dulu, karena Arkana harus menemani Arletta beberapa waktu ini. Limpahan pekerjaan dan nama Arletta seakan kombinasi yang tepat untuk menghancurkan mood Bruno pagi ini. Setelah sebelumnya memang sudah lumayan hancur karena Arkana seenaknya membawa Arletta ke rumahnya untuk numpang tidur. Memang ada gila-gilanya si kang photo gondrong ini. "Gue bukan goblok Bruno. Gue cuma mencoba melakukan hal yang memang sudah seharusnya di lakukan seorang pacar untuk pasangannya. Dia sangat butuh gue saat ini, Bruno." Arkana mencoba menjelaskan. "Halah kentut! Bilang aja lo emang goblok hingga mau aja dimanfaatin tuh cewek!" tukas Bruno dengan sarkas. Kalau saja Arkana tidak mengenal Bruno baik. Sudah pasti pria itu dengan senan
*Happy Reading*"Heh?! Maksud lo apaan ngomong kek gitu? Mau ngajak ribut lo!" Bruno menyalak seraya hendak mendekati Arletta. Namun, langsung di tahan Arkana. "No, udah, No. Lo kan--""Siapa yang ngajak ribut? Orang gue ngajakin lo pake rok bareng. Pasti lucu. Biar kayak bestie, kita."Gustiiii ... ini lagi satu cewek. Bukannya ngerti malah makin ngajak ribut. Ugh ... untung sayang. Coba kalau, gak? Ya ... gak berani ngapa-ngapain juga. Daripada di gorok pulpen ajaibnya ya kan?"Bangsat lo, ya! Udah gue bilang gue cowok! Gak maen gue kayak gituan!""Yakin? Gue sih enggak." Meski Bruno sudah meradang setengah mampus sama Arletta. Tetapi gadis itu masih saja menyahut santai. Sambil main ponsel pula. Mentang dilindungi Arkana."Lo--""Faktanya!" sela Arletta cepat. "Meski tampilan lo cowok. Lo tuh kek cewek banget. Udah mah tukang ghibah. Hobbynya julid, ngomel, sok tahu dan suka campurin urusan orang. Plus ...." Arletta akhirnya melirik Bruno dan menatapnya meski masih dengan tatapan s
*Happy Reading*Umumnya, orang kalau melihat pasangannya berduaan, bahkan dipeluk mesra oleh yang lain. Pasti akan marah. Tidak hanya wanita, pria pun akan sama. Tetapi biasanya wanita lebih banyak dramanya. Ya itu mengamuk, menyerang, melabrak, menjambak, pokoknya intinya ngajak ribut aja. Ada pun yang kalem, paling menangis merasa paling tersakiti sedunia.Ya ... namanya juga wanita. Sukanya nonton drama, hidupnya pun jadi suka berdrama. Sudah biasa begitu, ya kan? Women must be lebay. Memang, gak semua wanita begitu, tapi rata-rata ya ... memang begitu. Udahlah akuin aja. Ya kan reader wanitaku?Akan tetapi, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Arletta. Melihat Arkana berpelukan erat dengan wanita lain. Ralat, dipeluk erat wanita lain. Bukannya marah atau berdrama seperti wanita pada umumnya. Gadis itu hanya mendengkus panjang dan menatap Arkana dengan alis terangkat satu. Seakan bertanya 'opo meneh iki, Mas?'. Arkana yang melihat itu tentu saja makin panik di tempatnya. Pria it
*Happy Reading*Sebenarnya Arletta tak setuju dengan penawaran Bruno. Gadis itu masih menginginkan Arkana menyelesaikan apa pun sangkutan pada gadis yang bernama Rachel tadi. Tetapi, karena Arkana memaksa bahkan sampai menghiba meminta pengertiannya kali ini. Arletta pun terpaksa meluluskan ajakan Arkana untuk pergi dari sana saat Bruno masih menahan Rachel dan mencoba memberi pengertian pada gadis itu.Sayangnya, ternyata Bruno tak bisa menahan Rachel lama. Baru saja keluar pintu rumah dan menuju mobilnya. Gadis itu sudah menghampiri lagi dengan terburu. Hebat juga dia, ya? Padahal saat ini dia memakai heels yang lumayan tinggi. Tetapi, mampu mengejar langkah panjang Arkana dengan cepat. Itu ... kakinya apa gak keselimpet, ya?"Mas, kamu mau ke mana? Kenapa ninggalin aku kayak gitu? Urusan kita belum selesai, Mas!" Rachel menarik tangan Arkana.Pria gondrong yang hari ini memakai kaos polo putih dipadu jeans panjang warna belel itu terlihat mendesah berat. Memutar mata jengah sambil
*Happy Reading*Mendengar kenyataan tentang Milla. Arletta tentu saja mulai terpancing. Tangan gadis itu bahkan sudah mengepal tanpa sadar. Hampir saja menyerang Rachel kalau saja tidak dihalangi Arkana. Pria itu seakan tahu apa yang Arletta rasakan. Makanya saat melihat pergerakan Arletta, Arkana pun bergegas menggeser tubuhnya menghalangi Arletta dan memberi peringatan lainnya pada Rachel. "Ingat ini baik-baik, Rachel. Kalau lo masih sayang hidup dan karir lo. Jangan coba ngusik hidup gue lagi. Terutama perkara asmara. Selain itu, jangan juga lo ngerasa paling penting dalam hidup gue. Karena dari awal bagi gue elo tuh hanya sekedar teman tidur doang. Gak lebih!" tegas Arkana sekali lagi. Sebelum menarik tangan Arletta dan membawanya menjauh ke arah mobil. Beruntung kali ini Arletta tidak menolak. Arkana lalu menggiring gadis itu ke kursi penumpang di samping kemudi. Membuka kan pintu dan membantu Arletta masuk dengan sigap dan lembut. Setelah itu berputar ke arah kursi kemudi den
*Happy Reading*Malam harinya mereka benar-benar pulang kembali ke rumah Bruno. Arkana yang memaksa, soalnya katanya barang-barang pentingnya masih di sana. Arletta terpaksa menurut. Emang mau gimana lagi? Saat ini Arletta sendiri tak punya naungan lain, kan? Jangankan naungan, uang pun sudah mulai menipis di dompet. Jadi selain ikut kata Arkana yang bisa membantunya meringankan pengeluaran dompet. Arletta tak punya opsi lainnya. Hebatnya, Bruno benar-benar tetap menerima mereka, loh. Acuh dan tidak langsung mengusir saat melihat kedatangan mereka. Meski ... ya ... wajahnya lebih keruh dari hari biasanya. Wajar! Memang apa yang diharapkan paksa kejadian tadi siang? Tidak mungkinkan, setelah hubungannya diporak-porandakan Arkana, mereka akan di sambut senyum sumringah dan untaian puisi cinta? Justru itu malah serem. Ya kan? "Tidur duluan, gih. Jangan lupa baca doa biar gak mimpi buruk," titah Arkana seraya tersenyum konyol dan sedikit mendorong tubuh Arletta agar segera naik tangga