"Jangan menangis, nanti riasanmu luntur," kata Derry.Derry mengeluarkan sebuah saputangan putih dari kantong bajunya dengan elegan dan menyeka air mata Isabella dengan sangat lemah lembut dan terampil.Karena diperhatikan oleh seorang pria tampan dan anggun seperti ini, jantung Isabella pun berdebar kencang. Dia merasa bahwa dirinya sendiri sangat menarik perhatian.Pria ini pasti adalah pangeran yang datang menyelamatkannya!Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekat ke dekap Derry sambil berkata dengan sangat manja, "Terima kasih, aku nggak apa-apa.""Baguslah kalau begitu," kata Derry sambil tersenyum. Dia menyodorkan saputangannya ke tangan Isabella dan berkata lagi, "Tadi, aku mendengar seseorang memainkan kecapi di ruangan sebelah. Merdu sekali. Apakah itu kamu?"Ekspresi Isabella menjadi kaku. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?Jika dia menjawab dengan jujur, bukankah dia memberikan kesempatan bagi Pamela sialan ini untuk menebarkan pesonanya di hadapan pangeran t
Sosok pria itu tinggi dan ramping, sedangkan gadis itu mengikuti di sampingnya dengan patuh. Entah mengapa, perbedaan tinggi badan mereka terlihat imut....Isabella berjongkok di lantai sambil menangis tersedu-sedu. Dia menyayangkan kecapinya yang dihancurkan begitu saja ....Awalnya, dia mengira bahwa dengan menangis, dia bisa mendapatkan simpati dari pria anggun yang menyeka air matanya tadi. Siapa sangka, setelah menangis sangat lama pun tidak ada yang membantunya berdiri!Begitu dia mengangkat kepalanya, dia melihat sosok pangerannya yang pergi begitu saja ....Mengapa pria tampan itu juga meninggalkannya?!Apakah pria itu tidak peduli dengan dirinya yang begitu menyedihkan?Isabella bergegas berdiri dan mengejar pria itu sambil berseru, "Tuan, tunggu sebentar ...."Derry menghentikan langkahnya dan menoleh sambil tersenyum. "Ada apa? Masih ada masalah apa?" tanya Derry.Isabella tercengang sesaat, dia merasa canggung ....Apakah ini hanya ilusinya? Pangerannya jelas-jelas sedang
"Terima kasih atas pujiannya," balas Pamela dengan cuek tanpa mengangkat kepalanya sama sekali.Agam memegang keningnya dengan sebelah tangannya dan melirik Pamela sambil bertanya, "Pernah belajar, ya?"Pertanyaan pria ini seperti sedang menggali informasi tentang Pamela karena Pamela bisa main kecapi dengan sangat mahir. Hal ini tidak masuk akal.Meskipun Agam hanya memilih Pamela sebagai istrinya karena sebuah kejadian yang tidak diduga, Agam juga sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki latar belakang gadis ini sebelumnya.Keluarga Alister memang termasuk keluarga tingkat menengah, tetapi Pamela adalah seorang anak haram yang tidak dihargai. Sejak kecil, dia dibesarkan oleh kerabatnya di desa. Dengan lingkungan pertumbuhannya yang mengkhawatirkan, dia tidak memenuhi syarat untuk mempelajari alat musik klasik apa pun.Namun, tanpa dasar musik yang kokoh dari pembelajaran selama tujuh hingga delapan tahun, lagu tadi sama sekali tidak bisa dimainkan hingga tingkatan itu.Gadis ini pe
"Tapi kamu masih saja memainkan kecapi untuk mereka?" tanya Agam.Pamela memonyongkan bibirnya dan berkata, "Kamu kira aku ingin main? Ada beberapa orang yang sengaja memfitnah bahwa aku menjalin hubungan dengan Pak Rektor, sehingga kebanyakan murid jadi salah paham. Asalkan aku main kecapi, mereka baru akan minta maaf! Pak Rektor adalah seorang senior yang sangat kuhormati, jadi aku harus menjernihkan nama baiknya!"Mendengar ucapan Pamela, Agam memiringkan badannya dan menatap Pamela lekat-lekat. Tiba-tiba, dia mencondongkan badannya pada Pamela dan bertanya, "Kenapa Nona Pamela nggak meluruskan rumor tentang aku?"Wajah tampannya yang tiba-tiba mendekat membuat Pamela seketika terkejut dan napasnya tertahan. Apa yang sedang Agam lakukan?"Ehem! Rumor apa?" tanya Pamela.Tatapan Agam sangat mendalam, seperti tali yang bisa melilit seseorang hidup-hidup. Sambil berbicara, dia sambil mencondongkan badannya ...."Kamu seharusnya meluruskan bahwa aku bukan ayah angkatmu, melainkan adalah
Mendengar suara seruan terkejut Jovita, Darius dan Wulan langsung memandang ke luar jendela mobil ....Wulan mencari-cari, lalu berkata, "Darius, coba lihat, itu benar-benar Pamela! Apakah pria itu pacarnya? Kenapa seorang gadis seperti Pamela masih bermain di luar dengan seorang pria selarut ini? Nggak patut!"Darius mengernyit dengan tidak senang karena Pamela tidak terlihat baik berkeliaran berduaan dengan seorang pria semalam ini dan juga karena melihat Pamela berjalan memasuki stasiun MRT dengan pria itu.Dari sudut pandang ketiga orang ini, mereka hanya bisa melihat punggung dan sisi samping pria itu, wajahnya sama sekali tidak terlihat.Namun, mereka memiliki pandangan yang sama terhadap pria itu, yaitu bahwa pria itu miskin!Jovita sengaja membuang napas dengan cemas sambil berkata, "Ayah, kenapa Pamela mencari seorang pacar yang mau naik MRT?! Dia benar-benar makin nggak berguna, deh. Pria-pria yang sebelumnya dikenalkan Ibu padanya setidaknya punya rumah dan mobil!"Wulan men
Pria ini tidak marah, melainkan tertawa kecil sambil mengikuti Pamela berjalan ke dalam.Sesaat kemudian, Ervin menghubungi Agam kembali. "Tuan, sudah ketemu! Kamu seharusnya membeli ..." kata Ervin.Namun, Agam langsung menyela, "Nggak usah lagi."Sebelum Ervin bisa menyelesaikan ucapannya, panggilan ini sudah langsung dimatikan oleh Agam, meninggalkan Ervin yang kebingungan di ujung telepon lainnya .......Pamela membawa Agam berjalan secara perlahan ke area tunggu. Melihat Agam mematikan panggilan Ervin, Pamela tidak bisa menahan tawa.Mendengar suara tawa itu, Agam menatap Pamela dengan tatapan dingin dan bertanya, "Apa lagi yang kamu tertawakan?"Pamela terkikik sambil berkata, "Paman, aku sedang berpikir, kalau orang kaya seperti kalian jatuh bangkrut, apakah kalian juga akan kesusahan untuk bertahan hidup?"Agam mengernyit dan berkata, "Kamu mengejekku?"Pamela sama sekali tidak memedulikan harga diri Agam, dia menganggukkan kepalanya dengan jujur dan berkata, "Ya! Tadi, aku su
Pamela menutup matanya, sepertinya dia sudah lelah. Tampaknya yang lelah membuat wajahnya yang cantik terlihat memesona.Lalu, Pamela berkata, "Paman, aku harap kelak kamu bisa percaya padaku, jangan selalu takut aku bisa selingkuh, juga memberiku sedikit waktu sendiri! Aku pernah bilang, kalau aku sudah setuju untuk bekerja sama denganmu selama tiga bulan, aku pasti nggak akan selingkuh sebelum kerja sama ini berakhir. Jadi, kamu tenang saja!"Agam melihatnya tanpa mengedipkan mata. "Apa kamu merasa masalah hari ini karena aku khawatir kamu selingkuh?"Pamela menolehkan kepalanya untuk melihat pria itu dengan mata membelalak. "Kalau nggak? Kalau kamu nggak khawatir padaku? Hari ini kamu nggak akan datang ke sini untuk memeriksa ruangan kami, karena itu nggak cocok dengan karakter CEO dominanmu. Perbuatanmu membuatku dan temanku merasa canggung!"Agam berkata dengan tenang, "Nona Pamela, meski kita punya hubungan kerja sama, selama tiga bulan ini, keamananmu akan menjadi tanggung jawab
Dia juga tidak memikirkan hal itu lagi, hanya merasa tidak nyaman karena masih mengenakan baju semalam dan tidak mandi.Jadi, dia turun dari tempat tidur, lalu mengambil baju ganti di lemari tanpa melihat jelas dan langsung masuk ke kamar mandi ....Ada uap di kamar mandi, juga ada suara air mengalir, bahkan masih terasa panas.Apa setelah dia pulang, dia mengisi bak mandi dengan air panas, lalu lupa menutup keran?Saat dia sedang berpikir, Pamela masuk ke dalam, lalu dia melihat tubuh pria yang kekar, bahu yang lebar, serta tubuh berotot ....Pria yang sedang mandi pun menolehkan kepalanya ketika mendengar ada suara. Mereka saling melihat, tatapan Agam sangat dingin, sedangkan tatapan Pamela sangat kaget dan malu ....Pamela tidak merasa ngantuk lagi, dia langsung sadar!Lalu, Pamela menarik napas dingin dan segera membalikkan tubuh. "Paman, ke ... kenapa kamu nggak kunci pintu ketika mandi?!"Agam terlihat masam, bahkan berkata dengan nada dingin, "Nona Pamela, sepertinya ini adalah
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen