Pembantu itu pun berhenti dan menjawab, "Nyonya Muda, Nyonya Frida sudah mau pulang."Nenek sudah mau pulang?Pamela sedang khawatir apa Nyonya Frida terkejut karena perbuatan Olivia semalam, tiba-tiba dia mendengar suara Nyonya Frida memanggil namanya dengan penuh kasih sayang."Pamela."Dia menengadahkan kepala untuk melihat, lalu melihat Nyonya Frida berjalan dari seberang."Nenek, kudengar Nenek mau pulang, ya?"Tatapan Nyonya Frida penuh dengan kasih sayang, lalu dia menghela napas dengan tak berdaya. "Ya, aku sudah harus pulang untuk menemani kakekmu. Pria tua yang baru melakukan operasi itu nggak patuh, nggak mau menuruti perintah dokter, jadi aku harus pulang untuk mengaturnya.""Ternyata seperti itu." Setelah mendengar alasan itu, Pamela juga sungkan menyuruh Nyonya Frida tinggal lebih lama. "Kalau begitu, Nenek juga harus jaga kesehatan dan hati-hati di jalan."Nyonya Frida menganggukkan kepalanya, juga memegang tangannya dengan pelan. "Pamela, aku tahu selama kamu menikah de
Baru parkir mobil, Ervin sudah menerima telepon dan ekspresinya menjadi serius. "Aku akan segera tiba!"Setelah menutup telepon, Ervin berkata pada Pamela dengan nada meminta maaf, "Nona Pamela, sekarang ada urusan penting yang perlu aku urus, jadi nggak bisa menemanimu masuk. Kamu langsung masuk dan cari manajer bernama Pak Ikman, beri tahu dia kalau aku yang menyuruhmu datang. Nanti dia akan mengatur pekerjaan untukmu."Pamela menganggukkan kepalanya, lalu menggunakan tangan untuk membuat tanda "ok" dan turun dari mobil.Ervin pun pergi dengan buru-buru dan melaju cepat.Setelah Pamela melihat mobil itu menghilang, dia pun mengerutkan alis karena tidak tahu apa yang terjadi, apa terjadi sesuatu pada Agam?...Ini adalah perusahaan media milik Perusahaan Dirgantara. Pamela masuk ke lobi, lalu mengatakan tujuan dia datang di resepsionis.Karyawati di resepsionis mengamati dia sejenak, kemudian menelepon Pak Ikman untuk mengkonfirmasi hal ini."Nona Pamela, silakan ikut aku!"Karyawati
Pamela hanya tersenyum. "Aku datang ke sini untuk bekerja.""Bekerja? Bukankah kamu menjadi pengasuh di rumah orang kaya?""Majikan itu jarang pulang, pekerjaan di rumahnya juga nggak banyak, jadi aku datang mencari pekerjaan paruh baya, biar bisa mendapatkan banyak uang."Jovita melirik Pamela dari atas hingga bawah dengan tatapan menghina. Melihat tampak dia demi mendapatkan uang, Jovita merasa dia sungguh miskin, jadi menghinanya, "Bisa-bisanya masih perlu melakukan pekerjaan paruh baya? Tampaknya gaji yang diberikan majikanmu nggak tinggi!"Pamela menganggukkan kepalanya. "Memang.""Apa masih ada masalah? Kenapa kamu masih berdiri di sini? Bukankah kamu perlu memotret sampul majalah?"Terdengar suara pria paruh baya yang sopan dari dalam kantor.Jovita menoleh untuk tersenyum manja pada pria paruh baya di dalam. "Paman Ikman, aku mau pergi, tapi ada yang mengadang jalanku!""Mengadangmu? Aku mau lihat siapa yang berani mengadang jalan aktris besar kita?"Pak Ikman keluar untuk meme
Terpikir hal ini, Jovita langsung menyela sambil berjalan ke sana, "Paman Ikman, apa dia mau cari kerja? Biarkan dia ikut aku saja! Lagian aku kekurangan satu asisten!"Pak Ikman terlihat serbasalah. "Ini ...."Bagaimanapun, Pamela adalah orang yang diatur Asisten Ervin kemari, kalau membiarkan dia melakukan pekerjaan melayani aktris, pasti tidak cocok."Jovita, aku tahu ini adalah niat baikmu, tapi mungkin nggak bisa, karena Nona Pamela adalah ....""Bolehkah aku tahu berapa gaji asisten?" tanya Pamela untuk menyela perkataan Pak Ikman.Pak Ikman tercengang dan merasa Pamela memang wanita aneh.Dia bilang tidak tertarik dengan menjadi aktris, tetapi dia malah tertarik menjadi asisten aktris?Jovita melirik Pamela dengan sombong. "Gaji asistenku 6 sampai 8 juta! Tenang saja, kamu nggak akan rugi!"Setelah mendengar harga ini, Pamela pun bersandar lemas. "Gajinya terlalu rendah, aku nggak mau pekerjaan ini!"Dia tahu apa yang dikhawatirkan Jovita.Jovita mengerutkan alis dengan tidak pu
Jovita memelototi Pamela, ketika mau memarahinya, tiba-tiba ponselnya berdering.Ini panggilan video dari ayahnya, Darius.Jovita memutar pupil matanya, lalu melambaikan ponselnya di depan Pamela dengan bangga sambil pamer, "Lihatlah, ini telepon dari Ayah! Biasanya kamu sangat jarang ditelepon Ayah, 'kan? Bisa dilihat, kalau Ayah sama sekali nggak peduli pada putri di luar nikah sepertimu!"Pamela hanya tersenyum acuh. "Kalau Kakak nggak angkat, ayah tercintamu akan menutup telepon."Jovita hanya mendengus, lalu menekan tombol speaker, tujuannya sengaja membiarkan Pamela mendengar percakapan mereka.Di ujung telepon sana terlihat Darius dan Wulan, mereka berdua dengan senang melihat putri aktris mereka.Darius bertanya dengan perhatian, "Jovita, bagaimana pekerjaan hari ini? Apa kamu sudah makan?"Jovita memanyunkan bibir, lalu menjawab dengan manja, "Belum makan! Ayah, aku sangat sibuk, mana ada waktu untuk makan!"Darius mengerutkan alis. "Mana boleh nggak makan! Meski sangat sibuk,
Di pemotretan majalah siang nanti, Jovita akan mulai melakukan tindakannya.Bentar mau ini, jadi menyuruh Pamela turun ke bawah untuk beli. Bentar lagi mau ini, lalu memanggil Pamela turun ke bawah beli lagi. Bisa dibilang Pamela bolak balik belasan kali, hanya karena Jovita sengaja mengerjainya.Namun, Pamela sudah tebak Jovita akan berbuat seperti ini, jadi dia tidak peduli.Lagian dia bisa berjalan dengan cepat, jadi dia anggap ini sebagai olahraga.Hari ini, dia setuju menjadi asistennya Jovita, tentu saja bukan karena gaji, melainkan dia ingin melihat cara apa yang digunakan Wulan dan Jovita untuk mengklarifikasi nama baik Jovita!Sepengetahuan dan tebakannya, kali ini Wulan dan Jovita pasti melakukan hal yang tidak baik demi mencapai tujuannya.Kalau dia terus di sisi Jovita, dia bisa dengan mudah mendapatkan petunjuk.Setelah pemotretan selesai, langit sudah gelap.Pamela tidak mengikuti Jovita naik ke mobil, melainkan bersiap memanggil taksi dan kembali ke kediaman Keluarga Dir
Setelah Pamela selesai mengganti baju dan keluar, Jovita hampir saja tertawa.Dia menyiapkan gaun bermotif bunga paling jelek untuk Pamela, bahkan setiap pola bunga terasa seperti kampungan.Siapa suruh wajah Pamela itu terlalu cantik, bahkan tidak berdandan pun masih begitu cantik dan tidak bisa melihat kejelekannya.Kalau tidak membuat Pamela seperti orang kampungan, nanti dia pasti akan menarik perhatian orang di acara, lalu membuat orang kaya tertarik padanya!Tadi Pak Ikman sudah seperti itu. Baru melihat Pamela, dia sudah terpesona!Sejak kecil Jovita paling benci dengan wajah Pamela, tetapi sekarang melihat dia mengenakan gaun seperti orang kampungan, dalam hati merasa sangat senang, bahkan memuji dengan senyum sinis."Em, memang bagus! Ini adalah baju yang kupilih khusus untukmu. Pakai saja gaun ini untuk menemani aku pergi ke acara malam itu!"Pamela becermin di depan kaca. "Terima kasih, cukup bagus!"Penata rias di samping tak bisa menahan tawa, dia mendekati Jovita dan berb
Saat ini, Jovita sepertinya sudah menemukan orang yang dia kenal di tempat ini. Dia pun melihat ke sana, lalu memerintah, "Pamela, kamu carilah tempat untuk berdiri dengan patuh, aku masuk ke dalam untuk mencari teman dan berbincang! Ingat, jangan asal menyentuh barang di sini, kalau kamu buat rusak, kamu nggak sanggup ganti rugi!""Aku sudah tahu," jawab Pamela sambil menganggukkan kepalanya.Kemudian, Jovita mengambil segelas anggur merah sambil berjalan anggun ke salah satu pria paruh baya dan menyapanya.Pria paruh baya itu terlihat senang ketika melihatnya datang, tatapannya juga penuh dengan rasa kasih sayang dan mereka berbincang dengan senang.Sementara Pamela berdiri di prasmanan untuk mengambil jus dan meminumnya agar menghilangkan rasa haus, Pamela juga mengamati gerak-gerik Jovita dengan mata menyipit ....Sangat aneh untuk Jovita bisa bertemu orang yang dia kenal di sini, bahkan hubungannya sangat baik dengan orang itu.Pasti ada cerita di antara mereka.Kali ini, Jovita b
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen