"Pamela memang adalah murid berprestasi yang serbabisa. Dia bahkan bisa memainkan kecapi dengan lebih baik dari beberapa orang dari jurusan musik!""Aku benar-benar kagum. Aku nggak akan lagi meragukan kemampuan murid terbaik ini!""Aku juga! Sekarang, akhirnya aku mengerti kenapa teman-temanku memanggil Pamela murid berprestasi yang serbabisa. Pantas saja Pak Rektor begitu menyukai Pamela!"Hasilnya sudah jelas, semua orang di tempat terus memuji dan bertepuk tangan.Sedangkan ekspresi Isabella dan beberapa teman baiknya sangat masam.Pamela meletakkan kecapi itu dengan pelan dan berjalan menghampiri beberapa orang itu. "Sekarang, kalian bisa naik ke atas panggung dan meminta maaf pada Pak Rektor."Wanita yang memimpin terjadinya masalah ini tampak tidak percaya. "Kamu ... kamu bukan jurusan musik, kenapa kamu bisa memainkan kecapi dengan sebagus ini?"Pamela menjawab dengan cuek, "Aku nggak mahir, hanya bisa sedikit!"Mendengar nada bicaranya yang santai, wanita itu menggertakkan gig
Pamela tertawa. "200 juta? Isabella, kamu kira aku gampang ditipu, ya, hingga kamu mau menipuku seperti ini?"Isabella mendengus dengan sinis dan berkata, "Pamela, bukankah keluargamu sangat kaya? Keluargamu bahkan bisa menyumbangkan gedung untuk universitas kita. Mana mungkin kamu bahkan nggak sanggup ganti rugi sebuah kecapi?"Pamela memicingkan matanya dan bertanya balik, "Kalau aku nggak mau ganti rugi?""Kamu nggak mau ganti rugi?" Mata Isabella terbelalak. Dia pun mengancam Pamela, "Hari ini, kalau kamu berani nggak ganti rugi, aku akan lapor polisi! Bagaimanapun, ada sidik jarimu di kecapi ini. Tadi, semua orang juga sudah melihatmu memainkan kecapi ini, jadi kamu nggak akan bisa mengelak!"Pamela mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Isabella jelas-jelas merasa kesal karena dia tidak berhasil menjadi pusat perhatian, jadi dia datang mencari masalah lagi dengan Pamela!Dasar wanita rendahan!"Baiklah, kamu bisa lapor polisi! Saat polisi datang, mereka bisa menilai apakah keca
"Jangan menangis, nanti riasanmu luntur," kata Derry.Derry mengeluarkan sebuah saputangan putih dari kantong bajunya dengan elegan dan menyeka air mata Isabella dengan sangat lemah lembut dan terampil.Karena diperhatikan oleh seorang pria tampan dan anggun seperti ini, jantung Isabella pun berdebar kencang. Dia merasa bahwa dirinya sendiri sangat menarik perhatian.Pria ini pasti adalah pangeran yang datang menyelamatkannya!Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekat ke dekap Derry sambil berkata dengan sangat manja, "Terima kasih, aku nggak apa-apa.""Baguslah kalau begitu," kata Derry sambil tersenyum. Dia menyodorkan saputangannya ke tangan Isabella dan berkata lagi, "Tadi, aku mendengar seseorang memainkan kecapi di ruangan sebelah. Merdu sekali. Apakah itu kamu?"Ekspresi Isabella menjadi kaku. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?Jika dia menjawab dengan jujur, bukankah dia memberikan kesempatan bagi Pamela sialan ini untuk menebarkan pesonanya di hadapan pangeran t
Sosok pria itu tinggi dan ramping, sedangkan gadis itu mengikuti di sampingnya dengan patuh. Entah mengapa, perbedaan tinggi badan mereka terlihat imut....Isabella berjongkok di lantai sambil menangis tersedu-sedu. Dia menyayangkan kecapinya yang dihancurkan begitu saja ....Awalnya, dia mengira bahwa dengan menangis, dia bisa mendapatkan simpati dari pria anggun yang menyeka air matanya tadi. Siapa sangka, setelah menangis sangat lama pun tidak ada yang membantunya berdiri!Begitu dia mengangkat kepalanya, dia melihat sosok pangerannya yang pergi begitu saja ....Mengapa pria tampan itu juga meninggalkannya?!Apakah pria itu tidak peduli dengan dirinya yang begitu menyedihkan?Isabella bergegas berdiri dan mengejar pria itu sambil berseru, "Tuan, tunggu sebentar ...."Derry menghentikan langkahnya dan menoleh sambil tersenyum. "Ada apa? Masih ada masalah apa?" tanya Derry.Isabella tercengang sesaat, dia merasa canggung ....Apakah ini hanya ilusinya? Pangerannya jelas-jelas sedang
"Terima kasih atas pujiannya," balas Pamela dengan cuek tanpa mengangkat kepalanya sama sekali.Agam memegang keningnya dengan sebelah tangannya dan melirik Pamela sambil bertanya, "Pernah belajar, ya?"Pertanyaan pria ini seperti sedang menggali informasi tentang Pamela karena Pamela bisa main kecapi dengan sangat mahir. Hal ini tidak masuk akal.Meskipun Agam hanya memilih Pamela sebagai istrinya karena sebuah kejadian yang tidak diduga, Agam juga sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki latar belakang gadis ini sebelumnya.Keluarga Alister memang termasuk keluarga tingkat menengah, tetapi Pamela adalah seorang anak haram yang tidak dihargai. Sejak kecil, dia dibesarkan oleh kerabatnya di desa. Dengan lingkungan pertumbuhannya yang mengkhawatirkan, dia tidak memenuhi syarat untuk mempelajari alat musik klasik apa pun.Namun, tanpa dasar musik yang kokoh dari pembelajaran selama tujuh hingga delapan tahun, lagu tadi sama sekali tidak bisa dimainkan hingga tingkatan itu.Gadis ini pe
"Tapi kamu masih saja memainkan kecapi untuk mereka?" tanya Agam.Pamela memonyongkan bibirnya dan berkata, "Kamu kira aku ingin main? Ada beberapa orang yang sengaja memfitnah bahwa aku menjalin hubungan dengan Pak Rektor, sehingga kebanyakan murid jadi salah paham. Asalkan aku main kecapi, mereka baru akan minta maaf! Pak Rektor adalah seorang senior yang sangat kuhormati, jadi aku harus menjernihkan nama baiknya!"Mendengar ucapan Pamela, Agam memiringkan badannya dan menatap Pamela lekat-lekat. Tiba-tiba, dia mencondongkan badannya pada Pamela dan bertanya, "Kenapa Nona Pamela nggak meluruskan rumor tentang aku?"Wajah tampannya yang tiba-tiba mendekat membuat Pamela seketika terkejut dan napasnya tertahan. Apa yang sedang Agam lakukan?"Ehem! Rumor apa?" tanya Pamela.Tatapan Agam sangat mendalam, seperti tali yang bisa melilit seseorang hidup-hidup. Sambil berbicara, dia sambil mencondongkan badannya ...."Kamu seharusnya meluruskan bahwa aku bukan ayah angkatmu, melainkan adalah
Mendengar suara seruan terkejut Jovita, Darius dan Wulan langsung memandang ke luar jendela mobil ....Wulan mencari-cari, lalu berkata, "Darius, coba lihat, itu benar-benar Pamela! Apakah pria itu pacarnya? Kenapa seorang gadis seperti Pamela masih bermain di luar dengan seorang pria selarut ini? Nggak patut!"Darius mengernyit dengan tidak senang karena Pamela tidak terlihat baik berkeliaran berduaan dengan seorang pria semalam ini dan juga karena melihat Pamela berjalan memasuki stasiun MRT dengan pria itu.Dari sudut pandang ketiga orang ini, mereka hanya bisa melihat punggung dan sisi samping pria itu, wajahnya sama sekali tidak terlihat.Namun, mereka memiliki pandangan yang sama terhadap pria itu, yaitu bahwa pria itu miskin!Jovita sengaja membuang napas dengan cemas sambil berkata, "Ayah, kenapa Pamela mencari seorang pacar yang mau naik MRT?! Dia benar-benar makin nggak berguna, deh. Pria-pria yang sebelumnya dikenalkan Ibu padanya setidaknya punya rumah dan mobil!"Wulan men
Pria ini tidak marah, melainkan tertawa kecil sambil mengikuti Pamela berjalan ke dalam.Sesaat kemudian, Ervin menghubungi Agam kembali. "Tuan, sudah ketemu! Kamu seharusnya membeli ..." kata Ervin.Namun, Agam langsung menyela, "Nggak usah lagi."Sebelum Ervin bisa menyelesaikan ucapannya, panggilan ini sudah langsung dimatikan oleh Agam, meninggalkan Ervin yang kebingungan di ujung telepon lainnya .......Pamela membawa Agam berjalan secara perlahan ke area tunggu. Melihat Agam mematikan panggilan Ervin, Pamela tidak bisa menahan tawa.Mendengar suara tawa itu, Agam menatap Pamela dengan tatapan dingin dan bertanya, "Apa lagi yang kamu tertawakan?"Pamela terkikik sambil berkata, "Paman, aku sedang berpikir, kalau orang kaya seperti kalian jatuh bangkrut, apakah kalian juga akan kesusahan untuk bertahan hidup?"Agam mengernyit dan berkata, "Kamu mengejekku?"Pamela sama sekali tidak memedulikan harga diri Agam, dia menganggukkan kepalanya dengan jujur dan berkata, "Ya! Tadi, aku su