Share

Bab 7

Author: Hargai
last update Last Updated: 2024-01-08 22:00:41
Agam sudah tidak berada di kamar ketika Pamela selesai memakai baju dan keluar dari kamar mandi.

Dia tidak terlalu peduli ke mana pria itu pergi. Toh, mereka berdua hanya hubungan kerja sama.

Ketika waktu tiga bulan habis, mereka akan berpisah dan tidak akan saling mengganggu satu sama lain.

Setelah mengunci pintu kamar, Pamela langsung tertidur.

Keesokan paginya.

Pamela dibangunkan oleh suara pelayan Keluarga Dirgantara yang mengetuk pintu kamarnya.

"Nona, tuan muda memintaku untuk membawakan pakaian untuk nona! Nona ...."

Suara itu sangat berisik.

Pamela belum tidur hingga puas. Namun, sebagai orang yang menumpang di rumah orang lain, dia tidak punya pilihan selain bangun.

Dia terpaksa harus bangun dan membuka pintu, lalu menerima baju yang dibawakan oleh pelayan itu.

Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Pamela keluar dari kamarnya untuk mencari makan. Tiba-tiba, sebuah baskom berisi air dingin dengan bau amis mengguyur tubuhnya!

Pada saat yang sama, suara ejekan dan cemoohan terdengar dari sekelilingnya.

Pandangannya kabur karena guyuran air kotor. Setelah air kotor itu menetes selesai dari kepalanya, dia baru melihat apa yang ada di depannya.

Di hadapannya ada seorang gadis asing seusianya yang berdandan cantik. Dia berjalan mondar-mandir dengan senyum menghina dan angkuh.

Beberapa pelayan Keluarga Dirgantara mengelilingi gadis itu seperti pengawal.

Salah satu pelayan memegang baskom kosong, tampaknya air kotor di dalam sudah disiram ke tubuh Pamela.

Pamela mengerutkan kening sambil menyeka bulu matanya yang basah. Dia menatap gadis asing itu dengan tenang, lalu bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu menyiramku?"

Olivia memakai warna lipstik terbaru, lalu dia mendongak dengan sikap angkuh. "Aku adalah nona besar di keluarga ini, namaku Olivia Dirgantara. Agam adalah kakakku!"

Ternyata adiknya Agam!

Pamela mengerutkan alisnya sambil berkata, "Terus, kenapa kamu menyiramku?"

Olivia berdecak sinis, menatap Pamela dengan tatapan merendahkan.

"Air tadi memperingatkanmu untuk mengetahui posisimu sendiri! Jangan kira menikah dengan kakakku, kamu akan menjadi nyonya muda Keluarga Dirgantara. Kamu belum pantas!"

Pamela mengerutkan keningnya. "Bagaimanapun juga aku ini istri kakakmu, kakak iparmu! Nggak pantas kamu memperlakukanku seperti ini, 'kan?"

Olivia menjawab sambil tertawa, "Kakak ipar? Cih! Jangan merasa dirimu dihargai. Tadi malam, kakakku saja nggak tidur di kamarmu. Di malam pernikahan tidur sendirian, tapi masih berani menyebut dirimu sebagai istri kakakku!"

"Sekadar informasi, kakakku menikahimu cuma buat menghibur kakekku. Setelah kakekku sembuh, kamu harus segera keluar dari Keluarga Dirgantara!"

Pamela kehabisan kata-kata, "..."

Ternyata begitu. Pantas saja paman aneh itu buru-buru menikah.

Olivia memperingatkan lagi, "Jangan terobsesi untuk bergantung pada kakakku. Kakakku nggak akan pernah menyukai wanita sepertimu! Di sini statusmu bahkan lebih rendah dari pelayan, bisa di bilang panggilan 'nyonya muda' itu hanya panggilan saja, nggak ada artinya di Keluarga Dirgantara! Saat kakakku pergi, aku yang bertanggung jawab di rumah ini. Kamu harus mematuhi aturanku. Mengerti?"

Pamela mengangguk patuh. "Ya. Aku akan mengingatnya!"

Melihat Pamela terlihat seperti pengecut, hati Olivia sangat senang.

"Bagus kalau kamu sadar diri. Mulai sekarang, kamu jangan banyak tingkah. Ayo pergi. Aku ada janji manikur hari ini. Seharusnya orang manikurnya sudah mau sampai ...."

Saat mengatakan hal itu, Olivia siap untuk pergi dengan para pelayan di sekelilingnya.

"Tunggu dulu."

Namun, Pamela memanggilnya.

Olivia berhenti melangkah dan menoleh dengan tidak sabar, "Kenapa? Kamu mau protes?"

Pamela tersenyum. "Bukan. Hanya saja, Nona Olivia. Aku baru datang dan belum mengerti peraturan apa yang kamu bicarakan. Bisa jelaskan dulu? Aku ingin mengingatnya biar bisa mematuhi perintahmu dengan baik."

Olivia terdiam sejenak, lalu tertawa mengejek. "Wanita miskin sepertimu benar-benar cukup pandai mengamati kondisi saat ini! Baiklah, karena kamu yang minta, aku akan memberikan gambarannya! Dengar, selama kamu berada di sini, kamu jangan banyak bertingkah ...."

"Itu, tunggu sebentar ...."

Pamela terlihat bersungguh-sungguh meminta nasihat, "Nona Olivia, ingatanku nggak bagus. Tolong bicara perlahan denganku di kamar. Aku ingin mengambil pulpen dan kertas, biar bisa mencatatnya secara rinci."

"Sungguh merepotkan!"

Olivia memang merasa dia merepotkan, tetapi tidak melewatkan kesempatan ini untuk menetapkan aturan. Jadi, dia dengan enggan mengikuti Pamela ke dalam kamar.

Tak disangka, pintu kamar tiba-tiba tertutup rapat ketika Olivia masuk.

Pintu terkunci.

Beberapa pelayan yang tidak sempat mengikuti Olivia masuk ke dalam kamar pun mematung di depan pintu.

Mereka terdiam sejenak. Detik berikutnya, mereka mendengar jeritan Olivia yang menyedihkan dari dalam kamar dan buru-buru mengetuk pintu.

"Nona ... Nona ... Nona kenapa?!"

Begitu Olivia memasuki kamar, rambutnya ditarik oleh Pamela dan diseret ke kamar mandi.

Dia berteriak ngeri, "Ah! A ... apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!"

Pamela menjambak rambut Olivia dengan satu tangan dan mengcengkeram pergelangan tangan Olivia yang lasak itu dengan tangan yang lain, lalu bertanya, "Katakan, air apa yang kamu siramkan padaku barusan?"

Pamela yang saat ini benar-benar sangat jahat, seolah-olah sikap patuh dan jujur yang baru saja dia tunjukkan hanyalah halusinasi.

Seketika, Olivia tidak bisa menahan rasa dingin di tulang punggungnya. "Itu ... itu air bekas cucian ikan di dapur!"

"Oh, begitu!"

Pamela mengatupkan bibirnya. Detik berikutnya, dia menekan kepala Olivia ke dalam kloset.

Olivia, "Ahhhh ... gluk ... gluk ... gluk ...."

Setelah 30 detik, Pamela menarik kepalanya, lalu dia bertanya dengan datar, "Bagaimana perasaan Nona Olivia?"

Wajah Olivia menjadi pucat. Dia berkata dengan marah, "Be ... beraninya kamu melakukan ini padaku?! Kamu ...."

Pamela masih berkata dengan wajah datar, "Kamu yang turun tangan dulu, aku hanya melawan. Kamu menyiramku dengan air kotor, aku membiarkanmu mencicipi air toilet. Ini cukup adil."

Wanita ini benar-benar gila!

Olivia berteriak dengan marah, "Ah! Aku adalah nona besar dari Keluarga Dirgantara! Kakakku sangat menyayangiku! Beraninya kamu melakukan ini padaku!"

Pamela tidak takut, hanya menjawab, "Aku nggak peduli apakah kamu nona besar Keluarga Dirgantara atau bukan. Kakakmu memintaku menikah dengannya untuk jadi nyonya muda, bukan untuk ditindas di Keluarga Dirgantara. Ingat, jangan pernah macam-macam denganku lagi!"

Setelah mengatakan itu, dia menekan kepala Olivia ke dalam kloset lagi.

Kemudian, Pamela melambaikan tangannya.

Olivia segera menengadahkan kepalanya dengan napasnya yang terengah-engah, Olivia juga menangis karena jijik.

Mana pernah dia mengalami penghinaan seperti ini? Dia berjongkok di depan kloset untuk muntah, lalu dia mengertakkan gigi sambil berkata, "Pamela, kamu ... tunggu saja! Aku akan membiarkan kakakku menceraikanmu!"

Pamela terkekeh. "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Aku berterima kasih dulu pada Nona Olivia karena sudah membantu kami cerai!"

Melihat Pamela tidak khawatir atau takut sedikit pun, Olivia merasa seolah-olah ancamannya tidak berbobot. Bisa dibilang, dirinya terlihat lemah di depan Pamela.

Setelah menarik Olivia berdiri, Pamela juga menyeretnya keluar dari kamar.

Lalu Pamela segera melepaskan pakaiannya yang amis dan kotor, baru mandi.

Pamela tidak ada pakaian lagi, jadi dia hanya bisa keluar dengan berbalut handuk. Lalu, dia melihat ponsel yang berada di meja menyala.

Pamela berjalan ke sana untuk mengangkat telepon.

Suara rekan kerjanya, Vanda Waskita, terdengar sangat cemas, "Pamela, gawat! Cepat datang ke perusahaan. Sesuatu yang besar telah terjadi!"
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Apeng Suparman
keren euy lanjut kan author...
goodnovel comment avatar
Dewi Galaxy
Suka banget baca novel seperti ini, pemeran utama wanita sosok kuat dan cerdas yang tidak mudah ditindas, alur cerita sangat menarik juga banyak adegan lucu dan unik, excelent lanjutkan tutor bikin cerita seperti ini .........
goodnovel comment avatar
Just Rara
mantap pamela,benar2 gak bisa ditindas sm sekali sm nona muda dirgantara hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 8

    Telepon ditutup dengan tergesa-gesa. Pamela hanya mendengar suara panggilan berakhir bahkan sebelum dia sempat bertanya.Dia tidak punya pakaian lain yang bisa dikenakan. Membuka lemari pakaian, dia melihat bahwa lemari pakaian di depannya penuh dengan pakaian paman aneh.Setelah mengambil kaos putih milik pria itu secara acak dan memakainya, Pamela bergegas keluar dari rumah.Kaos pria itu cukup besar untuknya. Ujung kaos menjuntai sampai ke lutut, sehingga tidak akan terlihat aneh jika dipakai sebagai pakaian kasual yang kebesaran....Perusahaan Quentin.Pamela sedang absen dengan menempelkan sidik jarinya pada pemindai. Tiba-tiba, Vanda yang wajahnya penuh tekanan berlari menghampirinya."Pamela, akhirnya kamu datang juga! Pak Dikra minta kamu datang ke ruangannya. Siapkan mentalmu ....""Pak Dikra mencariku?"Pamela jarang sekali melihat Vanda setegang ini. Jadi, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"Vanda melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang di sekitar sebelu

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 9

    Vanda hanya merasa bahwa Pamela terlalu optimis, sementara dia sendiri telah kehilangan semua harapan.Rencana proyek yang telah dipersiapkan selama sebulan akan dibatalkan begitu saja. Meskipun sangat tidak rela, tidak ada lagi yang bisa Vanda lakukan!Sambil menghela napas dalam, Vanda berbalik ke arah dapur."Pamela, lanjutkan saja. Aku buatkan kopi biar lebih segar!""Ya, terima kasih!"Pamela menjawab dengan samar. Pada saat yang sama, sebuah laman progres berwarna merah muncul di layar hitam komputernya.Setelah laman muncul sepenuhnya, Pamela dengan cepat memecahkan kata sandinya.Dia mengklik sebuah kotak dialog tersembunyi, menekan papan ketik dan mengetik beberapa kata untuk dikirim."Ada dendam apaan sih?!"Pihak peretas terkejut dan membalas, "Kamu! Dewa macam apa kamu, sampai bisa melakukan serangan balik ke dalam sistem enkripsi level tertinggi Aliansi Apollo kami!"Ujung jari Pamela mengetik ringan, "Nggak penting siapa aku. Intinya, kenapa kamu menyerang Perusahaan Quen

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 10

    Bianca melihat Maserati mewah itu melaju dan hatinya merasa cemburu. Dia kembali ke kantor dan memberi tahu rekan-rekannya."Apa kalian tahu? Pantas saja Pamela pergi tanpa beban. Ternyata dia jadi simpanan orang kaya dan nggak peduli dengan pekerjaan ini!"Menjadi simpanan?Rekan-rekan kerja menjadi sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi. Jadi, mereka mendekat dan menanyakan situasinya kepada Bianca.Bianca melebih-lebihkan penjelasannya dengan mengatakan, "Aku berbaik hati mengantarkan barang Pamela yang ketinggalan. Tapi, aku malah melihatnya masuk ke mobil mewah edisi terbatas. Di dalam mobil itu ada pria tua dan Pamela langsung duduk di atas pangkuan pria itu begitu masuk ke dalam mobil. Gerak-gerik mereka sangat ambigu!""Pria tua? Berapa umurnya?"Bianca menjawab, "Sekitar 60 tahun!""Ya ampun. 60 tahun itu seusia kakeknya! Aku nggak nyangka kelakuan Pamela akan semurah itu!""Ckck, jangan cuma menilai seseorang dari penampilannya!"Vanda tidak tahan mendengar lebih lanjut is

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 11

    Ervin yang duduk di kursi samping pengemudi menunjukkan raut wajah yang begitu rumit. Dia memberi isyarat kepada sopir untuk menepikan mobil dan berdiri jauh dari mobil. Dia tidak mau bersikap lancang dengan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat.Pamela tertunduk muram. Tangannya meraih ujung kaos putih besar yang dia kenakan dan perlahan-lahan menariknya ke atas.Agam dengan malas menopang dahinya. Tatapan dinginnya menatap Pamela dengan rasa menarik....Perusahaan Quentin.Manajer umum, Dikra Sambada ditegur keras oleh Pak Patra karena melakukan perekrutan karyawan secara tidak tepat dan membiarkan kerabatnya bekerja di perusahaan dengan melewati pintu belakang.Pak Patra juga memberinya kesempatan terakhir. Jika dia tidak dapat menemukan cara untuk memulihkan kerugian hari ini, bahkan mengakibatkan proyek tersebut tidak dapat mencapai syarat untuk bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara, dia harus meninggalkan perusahaan dengan Bianca si kerabatnya yang bodoh itu!Dikra pun c

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 12

    Pamela sudah mengenakan kaos milik Agam. Jendela yang sempat dia buka karena ingin mendapatkan terpaan angin segar perlahan membuatnya merasa sedikit kedinginan. Jadi, dia memakai jas yang dipakaikan Agam ke tubuhnya tadi."Aku dengar Nona Alister kehilangan pekerjaan?"Pamela sedang menatap keluar jendela mobil, ke arah pemandangan jalanan yang sepi. Tiba-tiba, dia mendengar suara Agam yang rendah dan dewasa.Pamela tersenyum tipis, lalu mengatakan, "Ya. Itu berkat kerja keras Paman!"Raut Agam berubah datar saat membolak-balik map di tangannya. Dia kembali berucap, "Aku sudah memberi kalian kesempatan. Justru kalian yang melakukan kesalahan yang seharusnya nggak kalian lakukan. Menurut standarku, perencanaan seperti itu nggak ada nilai investasinya."Pamela sedikit mengantuk, jadi dia menguap."Oh! Aku bukan karyawan Perusahaan Quentin lagi. Paman nggak perlu bilang alasannya.""..."Agam mengangkat tangannya dan terus membalik-balik halaman kertas, nadanya terkesan asal, "Kalau kamu

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 13

    Jovita menarik jas itu dengan kuat dan bertanya, "Pamela, katakan yang sebenarnya. Dari mana kamu mendapatkan jas ini? Bagaimana kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa mengenakan pakaian semahal ini?!"Pamela menatap kedua pakaian itu dengan tidak percaya. Dia hanya menjawab asal, "Apa ini sangat mahal? Ada seorang pria tua baik hati yang meminjamkannya padaku. Aku nggak mengenalnya!"Pamela tidak terlihat berbohong ketika mengatakan ini. Wajahnya terlihat sangat poloso, tapi Jovita masih tidak percaya."Nggak mungkin kamu bisa kenal pria yang bisa memakai pakaian semewah ini! Cepat cuci bersih baju ini, lalu kembalikan pada orang itu! Jangan harap untuk mendekati pria kaya! Pria yang punya selera bagus nggak bakal melirik orang udik sepertimu!"Pamela tertawa tak peduli. "Omong-omong, kamu belum menjawab pertanyaanku. Di mana suamimu?"Wajah Jovita terlihat masam. Ketika dia melihat Pamela yang tidak tahu apa-apa, dia pun berkata dengan sombong, "Ehem ... kemarin aku berubah pikir

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 14

    Jovita menjawab, "Adik perempuanku ...."Olivia tiba-tiba mencium bau parfum Jovita yang menyengat dan mulai muntah-muntah.Pelayan yang melihat hal ini langsung mendorong Jovita untuk menyingkir. "Pergilah! Nona kami nggak punya waktu untuk meladenimu!""Apa nona baik-baik saja?"Para pelayan dengan hati-hati membantu Olivia yang muntah hingga lemas untuk masuk ke dalam.Jovita sangat kesal karena dia didorong dan diusir seperti pengemis.Namun, dia tidak berani macam-macam dengan orang-orang yang bisa tinggal di sini.Sopir Keluarga Dirgantara menurunkan jendela mobil dan menasihati dengan ramah, "Keluar dari sini. Ini bukan tempat di mana kamu bisa tanya-tanya."Jovita menoleh dan bertanya, "Kamu sopir rumah ini? Katakan padaku, siapa sebenarnya yang tinggal di sini?"Sopir itu menjawab dengan sangat berhati-hati, "Aku nggak bisa bilang siapa yang tinggal di sini. Tapi aku dengar kalau mereka baru merekrut beberapa pelayan baru. Adik yang kamu cari mungkin ada di antara mereka!"Pel

    Last Updated : 2024-01-08
  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 15

    Wajah Pamela berubah menjadi sedikit pucat.Nyonya Frida yang berhasil menarik napas panjang berkata mendesak, "Agam, cepat lepaskan ...."Barulah Agam melepaskan cengkeramannya, melempar Pamela ke samping dan menghampiri neneknya. "Bagaimana keadaan nenek?"Nyonya Frida melambaikan tangannya dengan napas sedikit terengah-engah, baru menjawab, "Nggak apa-apa. Barusan, anak itu menyelamatkanku karena tersedak. Ada biji kurma di lantai yang sudah aku muntahkan."Agam terkejut, menatap biji kurma yang teronggok di lantai, lalu menoleh ke arah Pamela dengan alis berkerut.Pamela yang dilempar ke lantai olehnya perlahan beranjak sambil menggosok-gosok lengannya yang terbentur.Kemudian, dia menghampiri Nyonya Frida dan menjelaskan."Nyonya, pagi ini aku membuat kue itu untukku sendiri. Biji kurmanya sengaja nggak aku buang karena aku lebih suka sedikit rasa pahit dari bijinya. Tapi, itu nggak cocok untuk dimakan oleh orang tua. Maaf karena sudah menyakiti nyonya."Pamela membungkuk tulus, m

    Last Updated : 2024-01-08

Latest chapter

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

DMCA.com Protection Status