Beberapa petugas kepolisian ini tentu saja mengenal bos besar dari Keluarga Dirgantara ini. Ekspresi mereka pun tampak kewalahan. "Emm .... Tuan Agam, jangan menyusahkan kami, kami juga hanya melakukan pekerjaan kami ...."Pria itu mendengus dengan nada dingin. Tatapannya tampak berbahaya. "Melakukan pekerjaan kalian? Hanya berdasarkan pengakuan sepihak dari Keluarga Yanuar, kalian mau membawa istriku pergi sebagai tersangka pembunuhan? Kalian punya surat perintah penangkapan, nggak?"Apa?!Gadis bernama Pamela ini istrinya Agam?!Beberapa polisi itu pun seketika merasa serbasalah!Awalnya, saat mereka melihat gadis ini berdiri di sisinya Agam, mereka hanya mengira bahwa dia adalah kekasih baru Agam yang kebetulan datang bersama Agam. Tak disangka, orang itu ternyata adalah istrinya Agam!Mereka tentu saja tidak bisa menyinggung wanita ini! Jika istrinya Agam benar-benar tidak bersalah, jangankan mereka, bahkan semua orang di kantor polisi juga tidak akan bisa menanggung konsekuensinya
Jason menatap adik kesayangannya sejak kecil ini dengan tatapan tajam dan bertanya, "Kamu yakin kamu benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?"Kalana merasa bersalah karena tatapan kakaknya, dia pun berpura-pura sedih dan berkata, "Sungguh! Kak, memangnya kamu masih nggak percaya padaku?"Jason memicingkan sepasang matanya yang memang mengandung kecurigaan terhadap adiknya ini. "Kalau begitu, kenapa Revan malah bilang kalau bukan Pamela yang melukainya?"Itu ucapan Revan? Ekspresi Kalana menjadi kaku, tetapi dia langsung tersadar. Tadi, panggilan yang diterima kakaknya itu pasti berasal dari Calvin!Revan pasti mengucapkan sesuatu pada Calvin, sehingga Calvin menghubungi Jason dan menceritakan semuanya pada Jason!Kalana tidak tahu apa yang sebenarnya Revan katakan, jadi dia merasa panik. Namun, ekspresinya sama sekali tidak goyah."Kak, Revan masih sangat kecil. Sampai sekarang, dia bahkan belum pandai mengucapkan satu kalimat utuh. Mana mungkin dia bisa menjelaskan apa ya
Pada saat ini, Jason merasa bahwa adiknya yang sudah dia lihat sejak kecil ini malah sangat asing. Ada beberapa hal yang tidak ingin dia pikirkan lagi, jadi dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kalana, Kakak harap kamu nggak membohongi Kakak!"Karena kakaknya tidak lagi menanyakan apa pun padanya, Kalana membuang napas dengan lega. Namun, dia masih saja merasa gelisah, dia merasa bahwa kakaknya sepertinya sangat kecewa terhadapnya dan tidak terlalu memercayainya lagi.Setelah masalahnya berlangsung sekian lama, Jason juga mulai lelah. Dia tidak menatap adiknya lagi, dia menoleh dan menatap Agam dan Pamela sambil berkata, "Agam, kalian pergi saja! Untung saja Revan sudah baik-baik saja. Masalah hari ini sampai di sini saja, ya!"Agam tertawa dengan sinis dan berkata, "Sampai di sini? Gampang sekali kamu mengucapkan kata-kata itu! Kalian menuduh istriku sebagai pembunuh selama itu. Sekarang, kamu mau melewatkannya begitu saja?"Jason mengernyit sambil berkata, "Aku hanya nggak mau
"Kakek sudah pulang, ya!"Melihat kedatangan keluarganya, Kalana langsung berlari ke hadapan kakeknya sambil menangis dengan sedih.Melihat cucunya yang berlinang air mata, Johan Yanuar mengernyit dan berkata, "Sudah, sudah, kenapa kamu menangis lagi? Anak ini, mengeluh terus sepanjang hari. Kalau nggak, kamu malah menangis terus karena masalah sepele! Aku dan nenekmu sudah berusia, kami juga nggak sesulit itu untuk diurus!"Kalana tidak bisa berkata-kata. "Ehh ...."Awalnya, dia ingin mendapatkan penghiburan dan perlindungan kakeknya. Alhasil, dia malah diceramahi seperti ini. Kalana pun merasa canggung dan tidak bisa melanjutkan sandiwaranya lagi ....Sejak kecil, dia memang disayang oleh orang tuanya dan selalu dilindungi oleh kakak dan adiknya. Namun, di hadapan kakek dan neneknya, posisinya sebagai cucu perempuan lebih rendah daripada Jason, kakaknya dan Justin, adiknya.Oleh karena itu, dia selalu merasa bahwa kakek dan neneknya lebih menyayangi cucu pria mereka!"Kakek, aku buka
Pria itu menggenggam tangan Pamela dan membawa Pamela ke luar ....Baru saja kedua orang ini berjalan keluar dari dapur, tiba-tiba ada tongkat jalan yang terayun ke arah mereka!Tongkat jalan ini jelas-jelas terayun ke arah Pamela!Dengan sigap, Agam langsung mencegat tongkat itu dan melindungi gadis itu di belakangnya ....Ternyata itu Johan!Dengan tatapan gelap, Agam bertanya, "Apa yang ingin Tuan Johan lakukan?"Jason juga merasa sangat heran. "Kakek?"Namun, Johan sama sekali tidak melihat mereka. Dia menatap Pamela yang terlindung di belakang Agam dengan tatapan tajam ....Johan menarik kembali tongkatnya dari tangan Agam, lalu menunjuk Pamela dengan tongkatnya dan bertanya, "Tadi, kamu yang bicara, ya?"Pamela juga terkejut dan kebingungan. Mengapa tindakan semua anggota Keluarga Yanuar begitu mengejutkan?!Pamela tersadar, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, tadi, sayalah yang berbicara. Ada apa, ya?"Johan pun mengernyit, dia menatap Pamela dengan tatapan yang sanga
Johan menatap Pamela dengan tatapan yang mengandung kekaguman dan rasa ingin tahu yang tidak bisa disembunyikan sambil berkata, "Nggak apa-apa. Aku hanya ingin bertemu dengan penyelamat hidupku yang masih muda ini!"Pamela tersenyum dan berkata, "Tuan, jangan berbicara seperti itu. Pada saat itu, saya hanya kebetulan lewat, jadi sekaligus membantu Anda. Saya bukanlah penyelamat hidup Anda. Anda terlalu memuji saya."Dengan ekspresi tegas, Johan berkata, "Tentu saja kamu adalah penyelamat hidupku! Hari itu, kalau bukan karena kamu datang tepat waktu, aku mungkin sudah dihajar oleh wanita yang kurang ajar itu, yang memarkirkan mobilnya sembarangan itu, hingga aku masuk rumah sakit. Aku bisa saja meninggal!"Pamela mengerutkan bibirnya, dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.Johan tersenyum dengan ramah dan berkata, "Karena penyelamat hidupku sudah datang, tentu saja kami harus menyambutmu dengan baik! Ayo kita duduk di ruang tamu dan mengobrol dengan baik."Pamela seketika terdi
Johan mengabaikan cucunya, lalu tersenyum sambil bertanya pada Pamela, "Pamela, berapa usiamu tahun ini?Pamela meminum seteguk teh dan menjawab, "Tahun ini, saya berusia 20 tahun.""Usia 20 tahun, ya! Bagus!" Johan menganggukkan kepalanya dengan puas. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Kalau Kakek nggak salah tebak, kamu seharusnya belum punya pacar, 'kan? Kebetulan, ada pemuda lajang yang sangat baik, bagaimana kalau Kakek perkenalkan padamu?"Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Saya ...."Namun, Johan langsung berkata, "Jangan malu-malu! Seorang gadis harus mencari pacar secepat mungkin. Kalau nggak, pria baik akan direbut semuanya oleh orang lain, menyisakan beberapa pria jelek yang nggak laku!"Agam yang berada di satu sisi mengernyit sambil menyesap tehnya, lalu melirik sekilas ke arah gadis di sampingnya.Sudut bibir Pamela agak berkedut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Johan menahannya di Kediaman Yanuar untuk memperkenalkan pria padanya ....Setelah Johan mengun
Pamela meraih tangannya Agam dan berkata, "Tuan Johan, ini pacar saya, seharusnya Anda juga kenal, jadi saya nggak perkenalkan lagi, ya."Melihat adegan ini, Johan bertanya, "Apa? Kamu bilang pria dari Keluarga Dirgantara ini pacarmu? Pamela, bukankah tadi kamu memanggilnya paman? Dia bukan pamanmu, ya?"Awalnya, Agam sangat puas mendengar ucapan Pamela. Namun, mendengar ucapan Johan, ekspresinya menjadi dingin dan tidak senang.Johan bersikap sangat terbuka, suasana hatinya juga mudah berubah-ubah.Melihat reaksi Johan yang agak berlebihan, Pamela mengerutkan bibirnya dengan tidak berdaya. Dia tersenyum dengan canggung dan berkata, "Saya memanggilnya seperti itu karena dia sedikit lebih tua dari saya, jadi saya sudah terbiasa dengan sebutan itu. Kami nggak berhubungan keluarga, dia benar-benar pacar saya."Johan hanya menggeleng dan berkata dengan kecewa, "Aduh! Pamela, kamu anak baik yang masih muda, kenapa kamu mencari seorang pria tua yang membosankan ini?!"Awalnya, Jason yang sed
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen