Johan menatap Pamela dengan tatapan yang mengandung kekaguman dan rasa ingin tahu yang tidak bisa disembunyikan sambil berkata, "Nggak apa-apa. Aku hanya ingin bertemu dengan penyelamat hidupku yang masih muda ini!"Pamela tersenyum dan berkata, "Tuan, jangan berbicara seperti itu. Pada saat itu, saya hanya kebetulan lewat, jadi sekaligus membantu Anda. Saya bukanlah penyelamat hidup Anda. Anda terlalu memuji saya."Dengan ekspresi tegas, Johan berkata, "Tentu saja kamu adalah penyelamat hidupku! Hari itu, kalau bukan karena kamu datang tepat waktu, aku mungkin sudah dihajar oleh wanita yang kurang ajar itu, yang memarkirkan mobilnya sembarangan itu, hingga aku masuk rumah sakit. Aku bisa saja meninggal!"Pamela mengerutkan bibirnya, dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.Johan tersenyum dengan ramah dan berkata, "Karena penyelamat hidupku sudah datang, tentu saja kami harus menyambutmu dengan baik! Ayo kita duduk di ruang tamu dan mengobrol dengan baik."Pamela seketika terdi
Johan mengabaikan cucunya, lalu tersenyum sambil bertanya pada Pamela, "Pamela, berapa usiamu tahun ini?Pamela meminum seteguk teh dan menjawab, "Tahun ini, saya berusia 20 tahun.""Usia 20 tahun, ya! Bagus!" Johan menganggukkan kepalanya dengan puas. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Kalau Kakek nggak salah tebak, kamu seharusnya belum punya pacar, 'kan? Kebetulan, ada pemuda lajang yang sangat baik, bagaimana kalau Kakek perkenalkan padamu?"Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Saya ...."Namun, Johan langsung berkata, "Jangan malu-malu! Seorang gadis harus mencari pacar secepat mungkin. Kalau nggak, pria baik akan direbut semuanya oleh orang lain, menyisakan beberapa pria jelek yang nggak laku!"Agam yang berada di satu sisi mengernyit sambil menyesap tehnya, lalu melirik sekilas ke arah gadis di sampingnya.Sudut bibir Pamela agak berkedut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Johan menahannya di Kediaman Yanuar untuk memperkenalkan pria padanya ....Setelah Johan mengun
Pamela meraih tangannya Agam dan berkata, "Tuan Johan, ini pacar saya, seharusnya Anda juga kenal, jadi saya nggak perkenalkan lagi, ya."Melihat adegan ini, Johan bertanya, "Apa? Kamu bilang pria dari Keluarga Dirgantara ini pacarmu? Pamela, bukankah tadi kamu memanggilnya paman? Dia bukan pamanmu, ya?"Awalnya, Agam sangat puas mendengar ucapan Pamela. Namun, mendengar ucapan Johan, ekspresinya menjadi dingin dan tidak senang.Johan bersikap sangat terbuka, suasana hatinya juga mudah berubah-ubah.Melihat reaksi Johan yang agak berlebihan, Pamela mengerutkan bibirnya dengan tidak berdaya. Dia tersenyum dengan canggung dan berkata, "Saya memanggilnya seperti itu karena dia sedikit lebih tua dari saya, jadi saya sudah terbiasa dengan sebutan itu. Kami nggak berhubungan keluarga, dia benar-benar pacar saya."Johan hanya menggeleng dan berkata dengan kecewa, "Aduh! Pamela, kamu anak baik yang masih muda, kenapa kamu mencari seorang pria tua yang membosankan ini?!"Awalnya, Jason yang sed
Johan berkata, "Sudah berapa lama aku hidup, sudah berapa banyak orang yang kutemui? Tentu saja aku bisa melihat karakter seorang gadis, apakah orangnya baik atau nggak! Dengan sifatmu ini, kamu mau mempertanyakan karakter Pamela?""Huh! Kamu tahu kenapa aku nggak mau menjodohkan Pamela denganmu? Karena kamu sama sekali nggak layak untuknya!"Dengan alis terangkat, Jason bertanya, "Kenapa begitu?"Johan menatap cucunya dengan tatapan tidak suka, tidak seperti kakek dan cucu yang dekat pada umumnya. Johan berkata, "Aku kakekmu, jadi aku tahu semuanya tentang kamu! Dari sikapmu yang sok dewasa, kamu sebenarnya orang hebat yang jahat. Gadis sebaik apa pun yang diperkenalkan padamu, kamu juga nggak akan memperlakukannya dengan baik, kamu hanya akan menindas dia!""Memperkenalkan seorang gadis baik pada pria sepertimu hanyalah sebuah kejahatan!""Cucunya temanku itu adalah anak baik-baik, dia hanya terlalu tergila-gila dengan musik, jadi nggak memahami hubungan pacaran. Kalau Pamela bisa ja
Pamela mengedipkan matanya dan berseru, "Aku nggak menyesal!"Agam tersenyum dengan santai sambil berkata, "Nggak menyesal, ya? Kalau tadi aku nggak di sana, apakah kamu akan menyetujui tawaran itu dan bertemu dengan pria muda itu?"Pamela minum air sambil berpikir keras, lalu menganggukkan kepalanya dengan wajahnya yang memerah dan menjawab, "Seharusnya iya!"Tatapan Agam seketika menggelap. "Huh, berani sekali kamu mengakuinya?!"Pamela menatap Agam dengan sepasang matanya yang jernih, tatapannya sangat tulus."Benar, aku ingin bertemu dengan Ferdi Salim, tapi bukan mau kencan buta dengannya. Aku hanya ingin bertemu dengan idola dari masa mudaku, sekaligus meminta tanda tangannya!" kata Pamela.Dengan ekspresi masam, Agam tidak lagi menanggapi ucapan Pamela. Dia mengangkat kepalanya dan meneguk setengah botol air.Melihat ekspresi dingin pria ini dari samping, Pamela berpikir, 'Paman cemburu, ya?'Setelah berpikir sejenak, Pamela mengernyit dan bertanya, "Paman nggak punya idola di m
Gadis ini sengaja menggodanya!Agam memelototi wajah kecil yang usil ini untuk sesaat, lalu memicingkan matanya dan mendekati gadis ini sambil berkata, "Bukankah karya Paman ada padamu?"Sambil berbicara, tangan kasar pria ini mengelus perut Pamela dan menggelitik perutnya melalui lapisan kemeja yang dia pakai. Kehangatan dari telapak tangan pria ini pun menembus ke dalam ....Wajah Pamela seketika memerah. Dia mendorong Agam sambil berkata, "Paman, kamu mau ngapain? Kamu ... kamu .... nggak malu, ya?!"Melihat gadis ini malu-malu seperti ini, akhirnya pria ini tersenyum dan mencium gadis ini dengan lembut. Dengan tatapan mendalam, Agam berkata, "Pamela, kelak, kamu nggak boleh mengeluh kalau aku tua. Kamu nggak boleh meninggalkanku demi seorang pria muda!"Pamela tercengang sesaat, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, kamu harus mencari cara untuk membuatku senang. Kalau nggak, saat kamu sudah tua dan nggak bisa berjalan lagi, aku akan melepaskan selang oksigenmu dan pergi menca
Ada dua kamar khusus di lantai atas Kediaman Yanuar, salah satunya kamar yang dulu ditempati oleh ibu dan ayah kandungnya Jason, sedangkan kamar lainnya adalah kamar milik Rembulan, adik kandung Jason dari ayah dan ibu yang sama dengannya.Kedua kamar ini masih sama seperti 15 tahun yang lalu, sama sekali tidak ada yang berubah dan juga merupakan tempat terlarang bagi Keluarga Yanuar.Sebelum para pembantu di Kediaman Yanuar membersihkan kedua kamar ini, mereka juga harus meminta izin dari Jason untuk memasuki kedua kamar ini.Jason menutup pintu kamar, lalu menarik kursi di depan meja rias dan duduk di kursi tersebut.Bagi seorang pria dewasa dengan tinggi badan 180-an cm, kursi kecil ini jelas-jelas kekecilan. Namun, bagi Jason, kursi ini penuh akan kenangan dari masa kecilnya.Jason dan adiknya memiliki perbedaan usia 10 tahun. Saat mereka masih kecil, dia bahkan lebih sering menjaga adiknya daripada orang tuanya.Tiap malam, Jason, sebagai seorang kakak, akan duduk di kursi ini sam
Tok, tok!Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu, diikuti dengan suara Calvin."Tuan, ini saya," kata Calvin."Masuklah," jawab Jason.Setelah mendapatkan izin dari Jason, Calvin baru berani mendorong pintu dan berjalan memasuki kamarnya Rembulan yang sudah menghilang selama bertahun-tahun ....Jason mengurut keningnya dengan lelah dan bertanya, "Bagaimana kondisi anak itu?"Calvin melaporkan keadaannya apa adanya. "Kata dokter, luka di kepala Revan lumayan parah, ada juga gejala gegar otak. Sekarang, dokter sudah menjahit luka di belakang kepala anak itu, juga sudah memberikan obat padanya. Tapi, karena suasana hati Revan nggak bagus, dokter menganjurkan agar dia dirawat di rumah. Yang penting, suasana hatinya harus ditenangkan. Kemudian, dia harus dibawa ke rumah sakit setiap hari untuk ganti obat. Selain itu, lukanya nggak boleh kena air."Jason memicingkan matanya. Harus dikatakan bahwa anak itu benar-benar tidak beruntung. Sejak diadopsi, dia sering sekali terluka dan lukanya ju