Jason menatap adik kesayangannya sejak kecil ini dengan tatapan tajam dan bertanya, "Kamu yakin kamu benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?"Kalana merasa bersalah karena tatapan kakaknya, dia pun berpura-pura sedih dan berkata, "Sungguh! Kak, memangnya kamu masih nggak percaya padaku?"Jason memicingkan sepasang matanya yang memang mengandung kecurigaan terhadap adiknya ini. "Kalau begitu, kenapa Revan malah bilang kalau bukan Pamela yang melukainya?"Itu ucapan Revan? Ekspresi Kalana menjadi kaku, tetapi dia langsung tersadar. Tadi, panggilan yang diterima kakaknya itu pasti berasal dari Calvin!Revan pasti mengucapkan sesuatu pada Calvin, sehingga Calvin menghubungi Jason dan menceritakan semuanya pada Jason!Kalana tidak tahu apa yang sebenarnya Revan katakan, jadi dia merasa panik. Namun, ekspresinya sama sekali tidak goyah."Kak, Revan masih sangat kecil. Sampai sekarang, dia bahkan belum pandai mengucapkan satu kalimat utuh. Mana mungkin dia bisa menjelaskan apa ya
Pada saat ini, Jason merasa bahwa adiknya yang sudah dia lihat sejak kecil ini malah sangat asing. Ada beberapa hal yang tidak ingin dia pikirkan lagi, jadi dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kalana, Kakak harap kamu nggak membohongi Kakak!"Karena kakaknya tidak lagi menanyakan apa pun padanya, Kalana membuang napas dengan lega. Namun, dia masih saja merasa gelisah, dia merasa bahwa kakaknya sepertinya sangat kecewa terhadapnya dan tidak terlalu memercayainya lagi.Setelah masalahnya berlangsung sekian lama, Jason juga mulai lelah. Dia tidak menatap adiknya lagi, dia menoleh dan menatap Agam dan Pamela sambil berkata, "Agam, kalian pergi saja! Untung saja Revan sudah baik-baik saja. Masalah hari ini sampai di sini saja, ya!"Agam tertawa dengan sinis dan berkata, "Sampai di sini? Gampang sekali kamu mengucapkan kata-kata itu! Kalian menuduh istriku sebagai pembunuh selama itu. Sekarang, kamu mau melewatkannya begitu saja?"Jason mengernyit sambil berkata, "Aku hanya nggak mau
"Kakek sudah pulang, ya!"Melihat kedatangan keluarganya, Kalana langsung berlari ke hadapan kakeknya sambil menangis dengan sedih.Melihat cucunya yang berlinang air mata, Johan Yanuar mengernyit dan berkata, "Sudah, sudah, kenapa kamu menangis lagi? Anak ini, mengeluh terus sepanjang hari. Kalau nggak, kamu malah menangis terus karena masalah sepele! Aku dan nenekmu sudah berusia, kami juga nggak sesulit itu untuk diurus!"Kalana tidak bisa berkata-kata. "Ehh ...."Awalnya, dia ingin mendapatkan penghiburan dan perlindungan kakeknya. Alhasil, dia malah diceramahi seperti ini. Kalana pun merasa canggung dan tidak bisa melanjutkan sandiwaranya lagi ....Sejak kecil, dia memang disayang oleh orang tuanya dan selalu dilindungi oleh kakak dan adiknya. Namun, di hadapan kakek dan neneknya, posisinya sebagai cucu perempuan lebih rendah daripada Jason, kakaknya dan Justin, adiknya.Oleh karena itu, dia selalu merasa bahwa kakek dan neneknya lebih menyayangi cucu pria mereka!"Kakek, aku buka
Pria itu menggenggam tangan Pamela dan membawa Pamela ke luar ....Baru saja kedua orang ini berjalan keluar dari dapur, tiba-tiba ada tongkat jalan yang terayun ke arah mereka!Tongkat jalan ini jelas-jelas terayun ke arah Pamela!Dengan sigap, Agam langsung mencegat tongkat itu dan melindungi gadis itu di belakangnya ....Ternyata itu Johan!Dengan tatapan gelap, Agam bertanya, "Apa yang ingin Tuan Johan lakukan?"Jason juga merasa sangat heran. "Kakek?"Namun, Johan sama sekali tidak melihat mereka. Dia menatap Pamela yang terlindung di belakang Agam dengan tatapan tajam ....Johan menarik kembali tongkatnya dari tangan Agam, lalu menunjuk Pamela dengan tongkatnya dan bertanya, "Tadi, kamu yang bicara, ya?"Pamela juga terkejut dan kebingungan. Mengapa tindakan semua anggota Keluarga Yanuar begitu mengejutkan?!Pamela tersadar, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, tadi, sayalah yang berbicara. Ada apa, ya?"Johan pun mengernyit, dia menatap Pamela dengan tatapan yang sanga
Johan menatap Pamela dengan tatapan yang mengandung kekaguman dan rasa ingin tahu yang tidak bisa disembunyikan sambil berkata, "Nggak apa-apa. Aku hanya ingin bertemu dengan penyelamat hidupku yang masih muda ini!"Pamela tersenyum dan berkata, "Tuan, jangan berbicara seperti itu. Pada saat itu, saya hanya kebetulan lewat, jadi sekaligus membantu Anda. Saya bukanlah penyelamat hidup Anda. Anda terlalu memuji saya."Dengan ekspresi tegas, Johan berkata, "Tentu saja kamu adalah penyelamat hidupku! Hari itu, kalau bukan karena kamu datang tepat waktu, aku mungkin sudah dihajar oleh wanita yang kurang ajar itu, yang memarkirkan mobilnya sembarangan itu, hingga aku masuk rumah sakit. Aku bisa saja meninggal!"Pamela mengerutkan bibirnya, dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.Johan tersenyum dengan ramah dan berkata, "Karena penyelamat hidupku sudah datang, tentu saja kami harus menyambutmu dengan baik! Ayo kita duduk di ruang tamu dan mengobrol dengan baik."Pamela seketika terdi
Johan mengabaikan cucunya, lalu tersenyum sambil bertanya pada Pamela, "Pamela, berapa usiamu tahun ini?Pamela meminum seteguk teh dan menjawab, "Tahun ini, saya berusia 20 tahun.""Usia 20 tahun, ya! Bagus!" Johan menganggukkan kepalanya dengan puas. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Kalau Kakek nggak salah tebak, kamu seharusnya belum punya pacar, 'kan? Kebetulan, ada pemuda lajang yang sangat baik, bagaimana kalau Kakek perkenalkan padamu?"Pamela mengerutkan bibirnya dan berkata, "Saya ...."Namun, Johan langsung berkata, "Jangan malu-malu! Seorang gadis harus mencari pacar secepat mungkin. Kalau nggak, pria baik akan direbut semuanya oleh orang lain, menyisakan beberapa pria jelek yang nggak laku!"Agam yang berada di satu sisi mengernyit sambil menyesap tehnya, lalu melirik sekilas ke arah gadis di sampingnya.Sudut bibir Pamela agak berkedut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Johan menahannya di Kediaman Yanuar untuk memperkenalkan pria padanya ....Setelah Johan mengun
Pamela meraih tangannya Agam dan berkata, "Tuan Johan, ini pacar saya, seharusnya Anda juga kenal, jadi saya nggak perkenalkan lagi, ya."Melihat adegan ini, Johan bertanya, "Apa? Kamu bilang pria dari Keluarga Dirgantara ini pacarmu? Pamela, bukankah tadi kamu memanggilnya paman? Dia bukan pamanmu, ya?"Awalnya, Agam sangat puas mendengar ucapan Pamela. Namun, mendengar ucapan Johan, ekspresinya menjadi dingin dan tidak senang.Johan bersikap sangat terbuka, suasana hatinya juga mudah berubah-ubah.Melihat reaksi Johan yang agak berlebihan, Pamela mengerutkan bibirnya dengan tidak berdaya. Dia tersenyum dengan canggung dan berkata, "Saya memanggilnya seperti itu karena dia sedikit lebih tua dari saya, jadi saya sudah terbiasa dengan sebutan itu. Kami nggak berhubungan keluarga, dia benar-benar pacar saya."Johan hanya menggeleng dan berkata dengan kecewa, "Aduh! Pamela, kamu anak baik yang masih muda, kenapa kamu mencari seorang pria tua yang membosankan ini?!"Awalnya, Jason yang sed
Johan berkata, "Sudah berapa lama aku hidup, sudah berapa banyak orang yang kutemui? Tentu saja aku bisa melihat karakter seorang gadis, apakah orangnya baik atau nggak! Dengan sifatmu ini, kamu mau mempertanyakan karakter Pamela?""Huh! Kamu tahu kenapa aku nggak mau menjodohkan Pamela denganmu? Karena kamu sama sekali nggak layak untuknya!"Dengan alis terangkat, Jason bertanya, "Kenapa begitu?"Johan menatap cucunya dengan tatapan tidak suka, tidak seperti kakek dan cucu yang dekat pada umumnya. Johan berkata, "Aku kakekmu, jadi aku tahu semuanya tentang kamu! Dari sikapmu yang sok dewasa, kamu sebenarnya orang hebat yang jahat. Gadis sebaik apa pun yang diperkenalkan padamu, kamu juga nggak akan memperlakukannya dengan baik, kamu hanya akan menindas dia!""Memperkenalkan seorang gadis baik pada pria sepertimu hanyalah sebuah kejahatan!""Cucunya temanku itu adalah anak baik-baik, dia hanya terlalu tergila-gila dengan musik, jadi nggak memahami hubungan pacaran. Kalau Pamela bisa ja