Bocah itu sudah membuka matanya. Namun, bagaimanapun juga, bocah itu sudah hampir mati. Jadi, wajahnya sangat pucat dan terlihat sangat lemah.Setelah tertegun sejenak, seluruh anggota Keluarga Yanuar langsung mengerumuni bocah itu untuk melihat kondisinya ....Melihat bocah itu sudah sadar kembali, saraf-saraf Pamela yang tadinya menegang sudah bisa rileks. Dia berdiri, lalu secara natural bersandar pada tubuh Agam dan menghela napas lega.Di saat seperti ini, Agam juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia mengangkat lengannya dan memeluk gadis-nya dengan lembut sambil merapikan rambut gadis-nya.Walaupun terkejut bukan main, Kalana tetap melanjutkan aktingnya. Dia berjongkok di samping bocah itu, lalu berkata sambil menyeka air matanya, "Revan, syukurlah kamu sudah sadar kembali! Ibu mengira kamu akan meninggalkan Ibu .... Ibu benar-benar sangat mengkhawatirkanmu ...."Awalnya, Revan tampak kebingungan dan mengamati sekeliling, seolah-olah tidak mengerti apa yang telah terjadi.Na
....Mobil ambulans dan mobil polisi tiba di kediaman Keluarga Yanuar pada saat bersamaan.Para staf medis memasuki kediaman Keluarga Yanuar terlebih dahulu. Setelah memeriksa luka bocah itu dan menanyakan langkah pertolongan pertama apa yang telah diambil oleh pihak keluarga, staf medis memuji pihak keluarga melakukan langkah pertolongan pertama dengan tepat. Staf medis juga mengatakan bahwa kalau pertolongan pertama tidak dilakukan, mungkin bocah itu sudah tidak terselamatkan lagi!Saat mendengar pujian dari dokter, Jason memiringkan kepalanya dan melirik Pamela. Sorot mata rumit tampak jelas di mata pria itu.Karena bocah itu kehilangan cukup banyak darah dan luka di bagian belakang kepalanya perlu dijahit, para staf medis segera membawa Revan ke atas tandu dan membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara menyeluruh.Jason berpesan pada Calvin untuk menemani bocah itu ke rumah sakit terlebih dahulu, sedangkan dia sendiri tetap berada di rumah untuk ber
Jason langsung terdiam, dia juga tahu ini sama sekali tidak masuk akal. Namun, baginya, tindakan-tindakan Pamela sebelumnya juga tidak masuk akal.Contohnya, melamar kerja di perusahaannya, tiba-tiba muncul di kediaman Keluarga Maron untuk menghadiri acara ulang tahun Eko, kakeknya, dan lain sebagainya ....Terlebih lagi, Kalana dan pelayan wanita di rumah mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri Pamela melukai bocah itu. Bagaimana mungkin kejadian itu palsu?"Kak, aku tahu apa alasannya Pamela berusaha keras menyelamatkan Revan tadi!"Tiba-tiba, Kalana menyela pembicaraan mereka.Saat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara, mereka mendapati Kalana sedang berjalan masuk ke dalam dengan mata memerah ....Awalnya, dia berencana mengikuti staf medis untuk menemani Revan ke rumah sakit. Namun, begitu bocah itu melihatnya, bocah itu langsung menangis dengan keras dan tampak ketakutan. Jadi, setelah dibujuk oleh staf medis untuk turun dari ambulans, dia terpaksa pul
Beberapa petugas kepolisian ini tentu saja mengenal bos besar dari Keluarga Dirgantara ini. Ekspresi mereka pun tampak kewalahan. "Emm .... Tuan Agam, jangan menyusahkan kami, kami juga hanya melakukan pekerjaan kami ...."Pria itu mendengus dengan nada dingin. Tatapannya tampak berbahaya. "Melakukan pekerjaan kalian? Hanya berdasarkan pengakuan sepihak dari Keluarga Yanuar, kalian mau membawa istriku pergi sebagai tersangka pembunuhan? Kalian punya surat perintah penangkapan, nggak?"Apa?!Gadis bernama Pamela ini istrinya Agam?!Beberapa polisi itu pun seketika merasa serbasalah!Awalnya, saat mereka melihat gadis ini berdiri di sisinya Agam, mereka hanya mengira bahwa dia adalah kekasih baru Agam yang kebetulan datang bersama Agam. Tak disangka, orang itu ternyata adalah istrinya Agam!Mereka tentu saja tidak bisa menyinggung wanita ini! Jika istrinya Agam benar-benar tidak bersalah, jangankan mereka, bahkan semua orang di kantor polisi juga tidak akan bisa menanggung konsekuensinya
Jason menatap adik kesayangannya sejak kecil ini dengan tatapan tajam dan bertanya, "Kamu yakin kamu benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?"Kalana merasa bersalah karena tatapan kakaknya, dia pun berpura-pura sedih dan berkata, "Sungguh! Kak, memangnya kamu masih nggak percaya padaku?"Jason memicingkan sepasang matanya yang memang mengandung kecurigaan terhadap adiknya ini. "Kalau begitu, kenapa Revan malah bilang kalau bukan Pamela yang melukainya?"Itu ucapan Revan? Ekspresi Kalana menjadi kaku, tetapi dia langsung tersadar. Tadi, panggilan yang diterima kakaknya itu pasti berasal dari Calvin!Revan pasti mengucapkan sesuatu pada Calvin, sehingga Calvin menghubungi Jason dan menceritakan semuanya pada Jason!Kalana tidak tahu apa yang sebenarnya Revan katakan, jadi dia merasa panik. Namun, ekspresinya sama sekali tidak goyah."Kak, Revan masih sangat kecil. Sampai sekarang, dia bahkan belum pandai mengucapkan satu kalimat utuh. Mana mungkin dia bisa menjelaskan apa ya
Pada saat ini, Jason merasa bahwa adiknya yang sudah dia lihat sejak kecil ini malah sangat asing. Ada beberapa hal yang tidak ingin dia pikirkan lagi, jadi dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kalana, Kakak harap kamu nggak membohongi Kakak!"Karena kakaknya tidak lagi menanyakan apa pun padanya, Kalana membuang napas dengan lega. Namun, dia masih saja merasa gelisah, dia merasa bahwa kakaknya sepertinya sangat kecewa terhadapnya dan tidak terlalu memercayainya lagi.Setelah masalahnya berlangsung sekian lama, Jason juga mulai lelah. Dia tidak menatap adiknya lagi, dia menoleh dan menatap Agam dan Pamela sambil berkata, "Agam, kalian pergi saja! Untung saja Revan sudah baik-baik saja. Masalah hari ini sampai di sini saja, ya!"Agam tertawa dengan sinis dan berkata, "Sampai di sini? Gampang sekali kamu mengucapkan kata-kata itu! Kalian menuduh istriku sebagai pembunuh selama itu. Sekarang, kamu mau melewatkannya begitu saja?"Jason mengernyit sambil berkata, "Aku hanya nggak mau
"Kakek sudah pulang, ya!"Melihat kedatangan keluarganya, Kalana langsung berlari ke hadapan kakeknya sambil menangis dengan sedih.Melihat cucunya yang berlinang air mata, Johan Yanuar mengernyit dan berkata, "Sudah, sudah, kenapa kamu menangis lagi? Anak ini, mengeluh terus sepanjang hari. Kalau nggak, kamu malah menangis terus karena masalah sepele! Aku dan nenekmu sudah berusia, kami juga nggak sesulit itu untuk diurus!"Kalana tidak bisa berkata-kata. "Ehh ...."Awalnya, dia ingin mendapatkan penghiburan dan perlindungan kakeknya. Alhasil, dia malah diceramahi seperti ini. Kalana pun merasa canggung dan tidak bisa melanjutkan sandiwaranya lagi ....Sejak kecil, dia memang disayang oleh orang tuanya dan selalu dilindungi oleh kakak dan adiknya. Namun, di hadapan kakek dan neneknya, posisinya sebagai cucu perempuan lebih rendah daripada Jason, kakaknya dan Justin, adiknya.Oleh karena itu, dia selalu merasa bahwa kakek dan neneknya lebih menyayangi cucu pria mereka!"Kakek, aku buka
Pria itu menggenggam tangan Pamela dan membawa Pamela ke luar ....Baru saja kedua orang ini berjalan keluar dari dapur, tiba-tiba ada tongkat jalan yang terayun ke arah mereka!Tongkat jalan ini jelas-jelas terayun ke arah Pamela!Dengan sigap, Agam langsung mencegat tongkat itu dan melindungi gadis itu di belakangnya ....Ternyata itu Johan!Dengan tatapan gelap, Agam bertanya, "Apa yang ingin Tuan Johan lakukan?"Jason juga merasa sangat heran. "Kakek?"Namun, Johan sama sekali tidak melihat mereka. Dia menatap Pamela yang terlindung di belakang Agam dengan tatapan tajam ....Johan menarik kembali tongkatnya dari tangan Agam, lalu menunjuk Pamela dengan tongkatnya dan bertanya, "Tadi, kamu yang bicara, ya?"Pamela juga terkejut dan kebingungan. Mengapa tindakan semua anggota Keluarga Yanuar begitu mengejutkan?!Pamela tersadar, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, tadi, sayalah yang berbicara. Ada apa, ya?"Johan pun mengernyit, dia menatap Pamela dengan tatapan yang sanga