Walaupun Jason setuju membiarkan Pamela mencoba untuk menyelamatkan Revan, tetapi dia tetap waspada pada wanita itu.Sambil mengamati apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu, dia memerintahkan seorang pelayan yang berada di sampingnya untuk merekam keseluruhan proses ini menggunakan ponsel. Nanti, begitu anggota kepolisian tiba di lokasi, dia akan menyerahkan video rekaman itu kepada anggota kepolisian, agar Pamela tidak melakukan trik-trik tertentu untuk membebaskan dirinya dari tuntutan hukum dan tidak mengakui perbuatannya lagi!....Setelah bocah itu dibaringkan dengan rata di lantai, Pamela berjongkok, lalu membuka kelopak mata Revan untuk memeriksa mata bocah itu. Kemudian, dia melakukan penyelamatan darurat pada bocah itu dengan sangat teliti.Kalana bersandar dengan tidak berdaya dalam pelukan kakaknya. Sambil terisak, dia mengamati pergerakan Pamela dengan ekspresi cemas ....Sebenarnya, dia sama sekali tidak memedulikan hidup dan mati bocah itu. Dia hanya berakting sedih un
Perlahan-lahan, orang-orang yang tadinya masih menaruh secercah harapan merasa sangat kecewa. Sorot mata amarah seolah sudah dipermainkan tampak jelas di mata mereka.Para pelayan Keluarga Yanuar mulai berdiskusi satu sama lain dengan tidak senang ...."Kulihat sama sekali nggak ada pergerakan, nggak ada tanda-tanda bisa hidup kembali.""Wanita itu memang nggak bisa dipercaya! Dia hanya sedang mengelabui kita saja!""Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali hanya dengan memakan sebutir pil obat kecil aneh itu? Kalau pil obat itu berkhasiat untuk membangkitkan orang yang sudah mati, para dokter sudah nggak dibutuhkan lagi!""Ya, benar! Padahal Tuan Muda sudah memberinya kesempatan untuk mencoba. Wanita itu jelas-jelas sedang mempermainkan Keluarga Yanuar!"Ekspresi Jason berubah menjadi muram dan dingin. 'Sesuai dugaanku'. Dia menyipitkan matanya dan menatap Pamela untuk melihat apakah wanita itu merasa malu dan bersalah atau tidak.Melihat hasil yang dinantikannya, Ka
Bocah itu sudah membuka matanya. Namun, bagaimanapun juga, bocah itu sudah hampir mati. Jadi, wajahnya sangat pucat dan terlihat sangat lemah.Setelah tertegun sejenak, seluruh anggota Keluarga Yanuar langsung mengerumuni bocah itu untuk melihat kondisinya ....Melihat bocah itu sudah sadar kembali, saraf-saraf Pamela yang tadinya menegang sudah bisa rileks. Dia berdiri, lalu secara natural bersandar pada tubuh Agam dan menghela napas lega.Di saat seperti ini, Agam juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia mengangkat lengannya dan memeluk gadis-nya dengan lembut sambil merapikan rambut gadis-nya.Walaupun terkejut bukan main, Kalana tetap melanjutkan aktingnya. Dia berjongkok di samping bocah itu, lalu berkata sambil menyeka air matanya, "Revan, syukurlah kamu sudah sadar kembali! Ibu mengira kamu akan meninggalkan Ibu .... Ibu benar-benar sangat mengkhawatirkanmu ...."Awalnya, Revan tampak kebingungan dan mengamati sekeliling, seolah-olah tidak mengerti apa yang telah terjadi.Na
....Mobil ambulans dan mobil polisi tiba di kediaman Keluarga Yanuar pada saat bersamaan.Para staf medis memasuki kediaman Keluarga Yanuar terlebih dahulu. Setelah memeriksa luka bocah itu dan menanyakan langkah pertolongan pertama apa yang telah diambil oleh pihak keluarga, staf medis memuji pihak keluarga melakukan langkah pertolongan pertama dengan tepat. Staf medis juga mengatakan bahwa kalau pertolongan pertama tidak dilakukan, mungkin bocah itu sudah tidak terselamatkan lagi!Saat mendengar pujian dari dokter, Jason memiringkan kepalanya dan melirik Pamela. Sorot mata rumit tampak jelas di mata pria itu.Karena bocah itu kehilangan cukup banyak darah dan luka di bagian belakang kepalanya perlu dijahit, para staf medis segera membawa Revan ke atas tandu dan membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara menyeluruh.Jason berpesan pada Calvin untuk menemani bocah itu ke rumah sakit terlebih dahulu, sedangkan dia sendiri tetap berada di rumah untuk ber
Jason langsung terdiam, dia juga tahu ini sama sekali tidak masuk akal. Namun, baginya, tindakan-tindakan Pamela sebelumnya juga tidak masuk akal.Contohnya, melamar kerja di perusahaannya, tiba-tiba muncul di kediaman Keluarga Maron untuk menghadiri acara ulang tahun Eko, kakeknya, dan lain sebagainya ....Terlebih lagi, Kalana dan pelayan wanita di rumah mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri Pamela melukai bocah itu. Bagaimana mungkin kejadian itu palsu?"Kak, aku tahu apa alasannya Pamela berusaha keras menyelamatkan Revan tadi!"Tiba-tiba, Kalana menyela pembicaraan mereka.Saat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara, mereka mendapati Kalana sedang berjalan masuk ke dalam dengan mata memerah ....Awalnya, dia berencana mengikuti staf medis untuk menemani Revan ke rumah sakit. Namun, begitu bocah itu melihatnya, bocah itu langsung menangis dengan keras dan tampak ketakutan. Jadi, setelah dibujuk oleh staf medis untuk turun dari ambulans, dia terpaksa pul
Beberapa petugas kepolisian ini tentu saja mengenal bos besar dari Keluarga Dirgantara ini. Ekspresi mereka pun tampak kewalahan. "Emm .... Tuan Agam, jangan menyusahkan kami, kami juga hanya melakukan pekerjaan kami ...."Pria itu mendengus dengan nada dingin. Tatapannya tampak berbahaya. "Melakukan pekerjaan kalian? Hanya berdasarkan pengakuan sepihak dari Keluarga Yanuar, kalian mau membawa istriku pergi sebagai tersangka pembunuhan? Kalian punya surat perintah penangkapan, nggak?"Apa?!Gadis bernama Pamela ini istrinya Agam?!Beberapa polisi itu pun seketika merasa serbasalah!Awalnya, saat mereka melihat gadis ini berdiri di sisinya Agam, mereka hanya mengira bahwa dia adalah kekasih baru Agam yang kebetulan datang bersama Agam. Tak disangka, orang itu ternyata adalah istrinya Agam!Mereka tentu saja tidak bisa menyinggung wanita ini! Jika istrinya Agam benar-benar tidak bersalah, jangankan mereka, bahkan semua orang di kantor polisi juga tidak akan bisa menanggung konsekuensinya
Jason menatap adik kesayangannya sejak kecil ini dengan tatapan tajam dan bertanya, "Kamu yakin kamu benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?"Kalana merasa bersalah karena tatapan kakaknya, dia pun berpura-pura sedih dan berkata, "Sungguh! Kak, memangnya kamu masih nggak percaya padaku?"Jason memicingkan sepasang matanya yang memang mengandung kecurigaan terhadap adiknya ini. "Kalau begitu, kenapa Revan malah bilang kalau bukan Pamela yang melukainya?"Itu ucapan Revan? Ekspresi Kalana menjadi kaku, tetapi dia langsung tersadar. Tadi, panggilan yang diterima kakaknya itu pasti berasal dari Calvin!Revan pasti mengucapkan sesuatu pada Calvin, sehingga Calvin menghubungi Jason dan menceritakan semuanya pada Jason!Kalana tidak tahu apa yang sebenarnya Revan katakan, jadi dia merasa panik. Namun, ekspresinya sama sekali tidak goyah."Kak, Revan masih sangat kecil. Sampai sekarang, dia bahkan belum pandai mengucapkan satu kalimat utuh. Mana mungkin dia bisa menjelaskan apa ya
Pada saat ini, Jason merasa bahwa adiknya yang sudah dia lihat sejak kecil ini malah sangat asing. Ada beberapa hal yang tidak ingin dia pikirkan lagi, jadi dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kalana, Kakak harap kamu nggak membohongi Kakak!"Karena kakaknya tidak lagi menanyakan apa pun padanya, Kalana membuang napas dengan lega. Namun, dia masih saja merasa gelisah, dia merasa bahwa kakaknya sepertinya sangat kecewa terhadapnya dan tidak terlalu memercayainya lagi.Setelah masalahnya berlangsung sekian lama, Jason juga mulai lelah. Dia tidak menatap adiknya lagi, dia menoleh dan menatap Agam dan Pamela sambil berkata, "Agam, kalian pergi saja! Untung saja Revan sudah baik-baik saja. Masalah hari ini sampai di sini saja, ya!"Agam tertawa dengan sinis dan berkata, "Sampai di sini? Gampang sekali kamu mengucapkan kata-kata itu! Kalian menuduh istriku sebagai pembunuh selama itu. Sekarang, kamu mau melewatkannya begitu saja?"Jason mengernyit sambil berkata, "Aku hanya nggak mau